Perlahan kedua bola mata tertutup, segurat wajah menampakan ketakutan. Lelaki di hadapannya masih belum bisa mengendalikan hasrat. Perlahan dia mengecup leher dengan napas tak beraturan. Hal tersebut tentu saja mendapatkan sebuah perlawanan, tapi semua serasa aneh. Seolah hal ini bukan pertama kali terjadi. "Vin, jangan!" Suara Sally tertahan. Tak banyak yang bisa dia katakan. Namun, rintihan tersebut membuat Ravin lebih b*******h. 'Oh, Lord! Tolong dengar aku sekarang. Aku hanya ingin seorang lelaki yang menjadi teman hidupku. Bukan lelaki yang akan menghancurkan hidupku,' batin Sally memanjatkan permohonan. Tangan Ravin bergerak ke bawah dan masuk ke dalam pakaian Sally. Belum sempat dia menjamah apa yang ada dalam pikiran, suara ketukan terdengar. Panggilan dari gadis di balik pintu