Mendadak Panik

1134 Kata

“Aya…” “Uhuk uhuk.” Enver hampir menyemburkan makanan karena kaget mendengar suara yang tiba-tiba saja muncul. Dia tidak akan lupa dengan suara yang terus membayang-bayang dalam pikirannya beberapa hari ini. Melihat bagaimana respon Enver, tentu saja Athar menahan tawa. Ia harus menjaga wibawa di depan karyawan sehingga tidak boleh tertawa terlalu keras. “Rindu banget,” ujar Ayara sembari memeluk sang sahabat. Mereka sudah lama tidak berjumpa secara langsung. Terakhir kali, mereka berjumpa saat terjadinya insiden memalukan di lobby perusahaan yang disebabkan oleh Celna dan Adno. Sejak saat itu, Uli dan Ayara tidak pernah bertemu lagi dan hanya saling berkirim pesan. “Maaf maaf, akhir-akhir ini gue sibuk mulu.” Uli langsung menyampaikan permintaan maaf. Seharusnya, ia yang mendatangi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN