Bagian 3

569 Kata
Rama pergi untuk bekerja, kali ini ia bekerja di perusahaan karena bosnya sudah menyewa tempat tepatnya di gudang. Setelah sampai di sana ia masih sendiri dan tidak ada Dedet dan Tian. ‘’Sendirian aku.’’ Kata Ramma ke diri sendiri. Rama keluar dari gudang saat mobil merah dan sebuah motor di belakangnya sampai. Ramma mendatangi bosnya untuk bertanya hari ini tugasnya apa. ‘’Pak.’’ Tegur Ramma. Ramma mengalihkan pandangannya ke seorang perempuan rupanya dia adalah adik bos dan terlihat berbeda karena penampilannya. Ramma tersenyum dalam hati dan berteriak girang. ‘’Apa dia bekerja? Waaa aku bisa bertemu dengannya setiap hari.’’ ‘’Ramma, kamu ambil mobil dirumah baru angkat kursi dan meja kantor di tempat lama. Pake motor dan pergi sama Cinta. “Jadi adiknya bos itu namanya Cinta, hm nama yang cocok untuknya.’’ ‘’Baik Pak.’’ Jawab Ramma bersemangat. Ramma mendatangi Cinta yang sedang memasukan helm ke dalam jok motor. ‘’Bisa bawa motor?’’ tanya Cinta seraya tersenyum, kali ini ada raut pertemanan di wajahnya tidak seperti dulu. ‘’Enggak Mba.’’ Canda Ramma sambil mengambil kunci motor di tangan Cinta. Ada rasa bahagia di hati Ramma saat Cinta duduk di belakangnya. ‘’Gak pake helm?’’ tanya Cinta di belakang Ramma. Ramma menggeleng. ‘’Gak usah Mba.’’ Jawab Ramma. ‘’Baru kerja sama Pak Johan ya? Saya baru liat.’’ Kata Ramma basa- basi.’’ ‘’Iya.’’ Jawab Cinta. Ramma merasa bergoncengan dengan Cinta adalah yang paling bahagia dan serasa jalanan milik berdua ck. ** Sesampainya di rumah bos, Ramma mengambil mobil pick up dan mengangkat meja, kursi dan kipas angin untuk kantor gudang yang baru. Cinta tidak membantunya karena Ramma yang memintanya. Menurut Ramma seorang wanita cantik seperti Cinta tidak boleh seperti lelaki. ‘’Mba mau ikut saya aja gak? Nanti motornya di naikin aja Mba di mobil.’’ Kata Ramma namun Cinta menggeleng dengan sayu. ‘’Gak Mas.’’ Jawab Cinta. Ramma melihat Cinta menaiki motornya dan kembali ke kantor ‘’Cinta, kenapa ketika melihatmu hatiku merasa dekat. Padahal baru sejam yang lalu bertemu.’’ Batin Ramma. Ramma segera naik mobil dan mengendarainya untuk sampai di kantor baru. ** Ramma menurunkan kursi, meja, dan kipas angin dari mobil ke ruangan Cinta. Cinta dengan sabar menunggu dan membiarkan Ramma dan Rizky meletakan meja, kursi dan kipas angin. ‘’Atur dimana ni?’’ kata Rizky ke Cinta. Cinta diam dan dirinya yang menarik kursi dan meja yang sudah di turunkan. ‘’Cinta kamu begitu mandiri dan manis.’’ Batin Ramma di ambang pintu. Tak lama Ramma keluar ia menyeselaikan pekerjaanya dengan Dedet dan Tian. Pekerjaan yang mereka kerjaan adalah service kuklas- kulkas frezer yang biasanya ada di supermarket, minimarket atau warung yang berjualan es. Ramma sangat bersemangat pasalnya ada Cinta di depanpandangannya. Setidaknya ia harus terlihat keren di mata perempuan itu. ‘’Ma, tumben gak cengengesan? Biasa ketawa- ketawa.’’ Kata Tian sambil memperbaiki mesin kulkas. ‘’Gakpapa, aku kerja serius ini.’’ Jawab Ramma walaupun masih terlihat senyum. Ramma tidak ingin berbagi perasaan bahagianya terhadap orang walaupun Dedet dan Tian. Kalau Dicky, Ramma tidak terlalu mengenalinya walaupun sering bareng selama kerja. ** Ramma mencuri- curi pandang dengan Cinta yang sedang melamun di depan laptopnya, entah apa yang dilamunkannya. Ramma masuk ke dalam kantor, kebetulan di dalam tersebut menyimpan tas yang ia  bawa. ‘’Kenapa melamun.’’ Ramma sambil pura- pura mengambil sesuatu di dalam tasnya. Cinta menggeleng ia menundukan kepalanya mengelap wajahnya dengan tisu setelah itu ia menatap Ramma dan tersenyum. ‘’Gak ada, gak kerja?’’ tanya Cinta. Ramma tersenyum ia mengangguk ‘’Ini saya kerja Mba. Jawab Ramma. Cinta mengangguk sambil tersenyum. “Duhai, kamu kenapa Cinta? Kenapa di hari pertama ada guratan derita.’’ Batin Ramma. Terdengar helaan nafas dari Cinta ia mencoba untuk kuat hadapi derita. Ramma dapat mendengar helaan itu sebelum akhirnya kembali bekerja. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN