Bagian 4

1001 Kata
Bekerja di sini membuat tekanan bertambah. Ia tidak enak dengan kak Johan karena sudah membuatnya susah. Menjadi bahan gunjingan keluarga membuat Cinta ingin pergi dari mereka dan gak akan merepotkan mereka lagi. Jika keinginan mereka adalah Cinta menikah maka berikan waktu ia satu tahun untuk menemukan hambatan hati lalu menikah dan pergi bersamanya. Tidak perlu keluarga terpandang asalkan pilihannya sendiri bukan di pilihkan. Sesuatu di dalam kepalanya berbisik ‘’Cinta pergi yuk, kita hidup berdua...ngekost. aku akan kerja dan kamu dirumah bersama anak- anak. Jangan pikirkan mereka lagi. Cukup aku.’’ Cinta langsung menahan sesak di d**a, bisikan tadi adalah pikirannya sendiri guna menghibur hatinya yang sedih. Andaikan ada lelaki seperti keinginannya mungkin sudah kabur dari dulu. ‘’Ayo, aku akan dirumah bersama anak kita dan menunggu kamu pulang.’’ Balas Cinta dalam hati. Cinta berkhayal pikirannya melalang buana memikirkan tentang dirinya. Cukup egois bukan tapi biarkan dia seperti ini untuk dirinya sendiri. Cinta sedari tadi sadar bahwa lelaki bernama Ramma mencuri pandangan dan perhatian. Cinta tak segan melihatnya balik membuat pria itu tersenyum dan menyapanya lewat pandangan. Cinta merasa akan jatuh cinta, tapi tidak mungkin. Cinta Cinta Cinta Walaupun namanya memiliki makna yang dalam bukan berarti hatinya juga di penuhi oleh Cinta beneran kan. Cinta, mengenal jatuh cinta saat usianya 12 tahunn dengan lelaki berusia 28 tahum, bayangkan di saat usianya masih menginjak remaja tapi memiliki rasa sedalam itu. Lelaki itu hanya seorang kuli tetapi rela bersama Cinta walaupun lelaki itu pernah di dimaki. Suatu saat lelaki itu pulang ke tempatnya membuat cinta terus menangis dan ngelangsa, ibunya selalalu kejam dan melarangnya pacaran. Oke, di umur 12 tahun memang dia tidak boleh pacaran dia salah. Setelah berumur 15 tahun ia menemukan cinta baru dan lagi- lagi usianya sangat jauh yaitu 32 tahun umur pria itu, dengan pekerjaan yang sama yaitu kuli bangunan. . hubungan dengan pria itu tidak berlangsung lama karena ketahuan keluarga dan membuat Cinta harus menerima pukulan. Cinta jadi sangat rindu kasih sayang mereka membuat nyaman. Di usia 22 cinta ingin merasakannya lagi dan kali ini ia akan mempertahankannya.  ‘’Cinta, kerjakan ini. Buat form dan tulis semua pengeluaran.’’ Ujar kak Johan dengan nada menahan emosi. Cinta mengangguk dan membuat form seperti yang gambarkan kak Johan. Cinta hanya pasrah melakukan kerjaan yang disuruh, namanya lagi kerja jadi wajar kan dibayar. ** Sore jam 5 Sore... Cinta mengemasi barangnya lalu segera pulang. Cinta tidak langsung pulang ia singgah ke sebuah pantai dan menyendiri disana. ‘’Angin tolong sampaikan hatiku untuknya, untuk siapapun yang mau bersama wanita buruk rupa ini.’’ Gumam cinta tak lama ia berlinang air mata. Menangis dalam diam dan jauh dari khalayak ramai. Hidupnya seperti dihantui akan pernikahan yang tidak sesuai dengan dirinya. Menjadikan dirinya sebagai beban karena umurnya. Cinta bersumpah jika ada lelaki yang mau bersamanya ia langsung menikah. ‘’Cinta, kenapa kamu sendirian?’’ tegur seseorang, ternyata lelaki itu adalah Rama. Rupanya secara diam- diam Ramma mengikutinya dari belakang. Cinta buru- buru menghapus air matanya dengan jaket hitam. Ramma menahan tangan cinta dan mengambil sapu tangan di kantong celana. ‘’Pakailah, usap air matamu. Disini masih ramai, ikut aku.’’ Ramma memberikan sapu tangan ke Cinta. Cinta mengusap air matanya. ‘’Gak usah kak.’’ Jawab Cinta pelan. ‘’Cinta, gak baik memendam perasaan apalagi kesedihan. Gakpapa keluarkan aja. ayo.’’ Ramma memegang tangan Cinta dan membawanya ke ujung pantai. Dimana hanya ada mereka berdua di sebuah gazebo tua. ‘’Menangislah disini sepuasmu, disini gak ada seorangpun yang tau. Aku pergi beli minum dan cemilan dulu.’’ Ramma berlari pergi untuk kembali ke Cinta secepat mungkin. Cinta meremas sapu tangan milik Ramma dan tersennyum. ‘’Makasih.’’ Gumam cinta. Setiap menit ia menghapus air matanya. Tak lama Ramma datang sambil membawa dua buah es kelapa muda dan cemilan. Pria itu nampak ngos- ngosan namun tetap tersenyum. ‘’Ayo diminum dan makan gorengannya.’’ Ramma duduk di samping Cinta. ‘’Kamu belum jawab pertanyaanku, kenapa menangis? Kenapa saat dikantor tadi terlihat murung dan sedih?’’ ‘’Gakpapa, aku Cuma kepingin nangis aja. hehe gak jelas kan.’’ Jawab Cinta tersenyum seolah tidak ada apa- apa. ‘’Iya deh, Cin jangan suka sedih apalagi menangis. Aku gak bisa liat perempuan seperti itu, rasanya pengen lindungin hehe.’’ ‘’Ma, gimana pendapatmu ketika keluarga baik di depanmu, memujimu dan memberikan perhatian tapi dibelakang mereka gibahin kita dan menjelekan kita walaupun aku tau mereka tidak seperti itu. Aku Cuma mau hidupku tenang. Kamu kira saat diri kita diceritakan orang terpercaya tidak merasa. Aku rasa karena mereka memandang rendah diriku dan seperti begitulah.’’ Cinta mengusap air matanya lagi ia teringat ketika dia difitnah beberapa tahun itu. ‘’Cinta, gak ada keluarga yang mau menjelekan saudara sendiri. Hati dan pikiranmu aja yang sensitif dan menganggap mereka jahat.’’ Jawab Ramma pelan. Cinta menyunggingkan senyumannya. ‘’Benar, kadang aku juga berfikir seperti itu. Terima kasih traktirannya.’’ Cinta cinta melihat Ramma dengan air mata dan tersenyum. ‘’Kamu umur berapa Cin?’’ tanya Ramma. Cinta menghadap kepantai dan menghapus air matanya. ‘’22 kak, kalau kamu?’’ ‘’29 dan sebentar lagi mau 30 tahun. Aku hidup sendiri disini. Ngeranatau dan ngekos...’’ kata Ramma ‘’Hidup sendiri ya? Pasti enak. Walaupun hidup serba pas-  pasan tapi hati tenang dan damai. Bisa menjadi diri sendiri tanpa harus bersandiwara pura- pura bahagia.’’ Ujar Cinta. ‘’Rasanya kepingin ikut hehe.’’ Sambung Cinta. Ramma ikut tertawa juga, sedari tadi ia terus menatap Cinta, dan enggan untuk melihat yang lain. ‘’Sampai kapan mau disni? Ayo kuantar pulang.’’ Tawar Ramma. ‘’aku bawa motor sendiri kok Kak, ini mau pulang tapi habiskan cemilannya dulu. Kak Ramma apa sudah punya pacar? Atau istri?’’ mata Cinta melihat Ramma lekat. Ramma menggeleng pelan seraya tersenyum, bila di perhatikan di bawah kantong mata sebelah kanan terdapat sebuah bekas luka. ‘’Belum ada pacar Cin apalagi istri. Rencananya sih kamu yang mau dijadikan pacar kakak hehe, Cuma gak mungkin kan karena kita baru kenal tadi dan kamu adik bos.’’ ‘’Hm nanti lama- lama juga bisa kok Kak, kalo jodoh aku gak bakalan nolak hehe.’’ Jawab Cinta. ‘’Semoga Cin, aku mau perjuangin kamu. hari mau maghrib pulang yuk. Eh Iya, minta nomor Wa-mu nah.’’ Ramma memberikan hpnya ke Cinta. Cinta mengambil hp tersebut dan memberikan nomornya. ‘’Nanti malam Aku Wa, ayo kita pulang. Bawa aja jajannya taro di tasmu.’’ Ramma membantu Cinta memasukan jajanan yang ia beli di dalam tas milik Cinta setelah itu mereka berdua pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN