Terungkap 1

1278 Kata

Aku memejamkan mataku seraya memeluk Aa, saat ini kami sudah berbaring di atas kasur siap menyebrang ke pulau kapuk. Usapan lembut dan kecupan berkali-kali pada puncak kepalaku membuat lelahku hilang entah ke mana. Hanya kenyamanan dan ketenangan yang menemani. “Sayang,” panggil Aa. “Hm.” Aku hanya berdehem menyahutnya. “Bukannya hari itu kamu ingin memanggilku ‘Sayang’?” Aku mendongak mendapatinya menatapku begitu lekat. “Sayang,” panggilku dan dia tersenyum. “Bukannya hari itu juga Aa menolak—sebentar, Nada jadi penasaran kenapa hari itu tidak diperbolehkan memanggil Aa?” Aku sedikit memicingkan mataku padanya. “Kita tidak sedekat itu dulu, hanya beberapa orang yang memanggil dengan sebutan Aa.” “Mantan?” “Mantan tidak memanggil Aa, tapi ‘Mas’,” jawabnya polos dan aku membulatkan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN