Bukan sekali, tapi berkali-kali Aa memperingatiku untuk tidak sedekat itu dengan rekan kerjaku. Padahal interaksiku terbilang aman—versiku. Kali ini, dia kembali melayangkan protes saat mendapati Bara menghubungiku. “Bukankah malam itu Aa sudah mengatakan keberatan kamu seintens itu dengan Bara, Nada?” protesnya. “Aku tidak menerima protes kalau alasannya tidak jelas,” jawabku. “Apa yang kurang jelas? Meski Aa memintamu merahasiakan pernikahan kita, sebut petinggi rumah sakit dan kerabat yang tidak tahu pernikahan kita.” Aku tak lagi menjawab, memang benar adanya. Semua petinggi rumah sakit—sejajaran Papa tidak ada yang tidak tahu perihal pernikahan kami. Namun bukan itu poinnya, aku tidak terima jika itu alasannya. Tidak bisakah sekali saja dia melihatku sebagai seorang wanita? Tidak