Matahari telah meninggalkan tempatnya cukup lama, tapi Starlee masih berada di bawah selimut. Tidur dengan mulut menganga serta mata sedikit terbuka, ini adalah kebiasaan yang Starlee bawa hingga ke tubuh barunya. Jika ia merasa lelah maka ia akan tidur dengan gaya yang tidak elegan sama sekali untuk dirinya yang sekarang.
Jika gaya tidur itu dipakai saat ia masih di tubuh lamanya maka itu akan menjadi hal yang biasa saja. Wanita cantik bebas melakukan apapun. Lagipula bagi Starlee tidur seperti itu sangat manusiawi. Ia hanya manusia biasa, bukan dewi yang akan cantik tiap detiknya.
Di atas ranjang itu, Starlee memakan lebih dari setengahnya. Ia seperti tidak ingin mengajak orang lain tidur dengannya.
"Aku lapar." Starlee memiringkan tubuhnya, meringkuk sembari memegang perutnya yang mulai minta diisi lagi. Matanya masih terpejam seperti tadi. Ia lapar tapi terlalu malas untuk bangun.
Namun, detik selanjutnya ia terpaksa harus bangun karena seember air disiramkan ke kepalanya. Starlee langsung duduk. Ia mengelap wajahnya yang basah. "Sialan! Siapa yang berani menyiramku!" raungnya geram.
"Dasar pemalas! Orang lain di rumah ini sudah terjaga, dan kau masih tidur. Bangun dan cepat bereskan semua pekerjaan di rumah ini." Stancy memberikan Starlee sapaan dengan baik.
Starlee tidak bisa mentolerir perlakukan Stancy lagi. Wanita tua yang tidak sadar akan usia ini harus segera disadarkan bahwa bukan dirinya lah pemilik rumah ini, bukan Stancy atau yang lainnya.
Tubuh gemuk Starlee turun dari ranjang. Stancy merasa menang kali ini, sepertinya menantunya yang tidak berguna sudah kembali penakut seperti semula.
Akan tetapi, perasaan senang itu hanya berlangsung sejenak. Starlee menggenggam tangan Stancy dan menyeret wanita itu keluar dari kamarnya.
"Apa yang kau lakukan, Sampah! Lepaskan tanganku!" desis Stancy yang merasa lengannya akan remuk jika Starlee menggenggamnya lebih lama lagi.
Starlee tidak mengindahkan ucapan Stancy. Ia terus menyeret wanita itu menuju ke ruang tamu dengan Stancy yang terus menjerit minta dilepaskan. Dua anak perempuan Stancy yang sedang bersiap di kamarnya keluar karena suara rusuh yang terjadi.
Tangan Starlee menghempaskan tubuh Stancy hingga terduduk di lantai.
"Apa yang kau lakukan pada Ibu, Jalang!" Angelica murka.
Starlee menatap Angelica dan Valencia dingin. Mengirimkan aura mengerikan yang ia miliki dari tubuh sebelumnya. Kedua adik iparnya menggigil pelan, bagaimana bisa hanya dengan sebuah tatapan dari seorang sampah mereka jadi merinding takut.
"Sangat bagus kalian ada di sini." Starlee duduk di sofa, bersikap bak nyonya besar. "Aku memiliki sebuah pengumuman yang harus kalian taati jika ingin tinggal di kediaman ini."
Stancy, Angelica dan Valencia menatap Starlee tidak percaya. Wanita yang mereka sebut sebagai sampai itu semakin menjadi saja.
"Pertama, jangan terlalu sering muncul di depan wajahku karena kalian sangat menggangguku. Aku merasa mual jika melihat kalian terlalu sering." Starlee bicara dengan nada merendahkan, begitu juga dengan tatapannya.
"Kau!" Valencia menggeram. Stancy tidak bisa berkata-kata lagi karena terlalu marah. Ia hanya ingin memukul kepala Starlee agar sampah itu kembali ke semula. Sedang Angelica, wanita itu sangat ingin menyumpah serapah Starlee.
"Jangan menyelaku, Jalang!" Starlee memaki Valencia, sesuatu yang tidak pernah pemilik tubuh sebelumnya lakukan pada adik iparnya itu.
"Yang kedua, mulai detik ini kalian harus membereskan rumah ini. Melakukan setiap pekerjaan yang ada. Dan jika kalian tidak ingin melakukannya maka kalian bisa keluar dari rumah ini tanpa membawa apapun!"
Ketiga wanita yang ada di depan Starlee merasa mereka akan mati lemas karena ucapan Starlee.
"Kami tidak akan melakukan apapun yang kau katakan!" desis Stancy.
"Itu lebih baik. Kalian bisa membereskan pakaian kalian dan keluar dari kediaman ini. Dan ya, jangan pernah berharap untuk kembali ke kediaman ini lagi karena aku tidak sudi menerima kalian lagi."
"Kau! Kau menunjukan sifat aslimu sekarang, hah!" Angelica menatap tajam Starlee.
Starlee mendengus perlahan. "Aku hanya belajar dari orang-orang tidak tahu diri seperti kalian. Tunggu apa lagi? Cepat bereskan pakaian kalian dan pergi dari sini!"
Stancy tidak akan pernah keluar dari kediaman ini, satu-satunya yang harus keluar adalah Starlee, bukan dirinya dan anak-anaknya.
"Starlee, kenapa kau memperlakukan mertua dan adik iparmu dengan buruk. Apa kau tidak takut orang-orang akan menilaimu buruk." Stancy mencoba melembut.
Starlee terkekeh geli. "Bukankah itu yang kau lakukan di depan dan di belakangku. Kau menjelekanku ke setiap orang yang kau temui. Menantu tidak berguna, sampah tidak bisa didaur ulang. Babi yang hanya tahu makan saja. Apa kau kehilangan ingatanmu? Atau aku harus mengingatkanmu segalanya?"
Stancy menjadi pucat. Benar, selama ini ia melakukan semua itu, tapi ia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari Starlee akan mengungkitnya. Ia tidak menyangka hari itu akan tiba.
"Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku, jadi enyah dari hadapanku saat ini juga!" geram Starlee.
"Apa yang terjadi di sini?" Asher datang.
Starlee tidak mengubah raut wajah dinginnya. Ia hanya duduk tenang sembari melihat drama yang dilakukan oleh mertua dan dua adik iparnya.
"Asher, Starlee mengusir ibu dan adik-adikmu dari sini."
Asher menatap Starlee marah. "Apa itu benar?"
"Benar." Starlee menjawab tanpa ragu.
Stancy, Valencia dan Angelica lagi-lagi dibuat tidak percaya. Ke mana hilangnya sampah yang mereka kenal. Kenapa wanita di depan mereka ini menjadi sangat berani.
"Kau tidak bisa mengusir mereka tanpa izin dariku, Starlee."
Starlee terkekeh geli. "Aku tidak membutuhkan izin dari siapapun untuk mengusir orang dari rumahku sendiri, Suamiku. Dan jika kau keberatan, kau juga bisa pergi dari sini."
Kini tidak hanya tiga wanita di dekat Asher yang membeku, tapi juga Asher. Ia diusir oleh seorang Starlee yang tidak berguna sama sekali. Apakah wanita itu sudah kehilangan akal sehatnya, jika ia keluar dari kediaman ini maka tidak akan ada lagi pria yang mau bersama dengannya.
"Apa yang kau katakan, Starlee? Dia suamimu, kenapa kau mengusirnya dari rumah ini?" Stancy bersikap seolah menjadi mertua yang baik.
"Bukankah selama ini kau sudah muak memiliki menantu sepertiku? Kau bisa meminta anakmu menceraikanku. Dia ada di depanmu sekarang? Lakukan saja."
Stancy menelan ludahnya susah payah. Ia dihina oleh menantunya, begitu juga dengan anaknya.
"Kenapa kau bersikap seperti ini, Starlee? Kau bisa membicarakannya baik-baik jika ada masalah." Asher tidak mungkin berpisah dari Starlee saat ini. Jika itu terjadi maka karirnya akan hancur. Ia akan kehilangan segala yang sudah ia upayakan.
Lagi-lagi Starlee tertawa, ia mencemooh Asher. "Ke mana saja kau selama ini, Suamiku? Tidakkah kau sadar bahwa ibu dan adik-adikmu memperlakukanku seperti pelayan di rumahku sendiri. Ah, kau tahu semua itu, tapi menutup mata. Jadi, untuk apa aku bicarakan baik-baik lagi."
Hari ini Starlee benar-benar membuat semua orang yang ada di sana tak berkutik. Starlee berdiri dari tempat duduknya, ia mendekati Asher. Matanya kini bertemu dengan iris biru Asher. Manik mata terindah yang pernah pemilik tubuh sebelumnya. Starlee tidak menyetujui hal itu, karena yang ia tahu pemilik mata terindah sejauh ini adalah Arshaka, si pemilik manik berwarna abu-abu. Perpaduan antara keindahan dan kebekuan bukit es.
"Jika kalian semua masih ingin tinggal di kediaman ini maka kalian harus mengikuti aturanku. Aku tidak sudi tinggal bersama orang yang hanya ingin hidup enak tanpa melakukan apapun. Sudah cukup aku diperbudak di kediamanku sendiri. Selama ini aku melakukannya agar kalian bisa melihatku sedikit saja, tapi kalian tidak pernah menganggapku sebagai manusia." Starlee menatap mertua, dua adik iparnya bergantian.
"Itu tidak masalah, Starlee. Kita bisa menyewa pelayan untuk merapikan rumah ini. Kau tidak perlu bekerja lagi." Stancy tak bisa berkeras lagi. Ia tidak ingin hidup susah.
Starlee tersenyum sinis. "Tak ada pelayan. Aku tidak mengizinkan orang asing masuk ke dalam rumah ini dan menyentuh barang-barangku sesuka hati mereka. Gunakan tangan kalian untuk merapikan rumah ini!"
"Kau sangat keterlaluan, Starlee! Aku sudah mulai bekerja, Valencia masih kuliah, dan Ibu sudah tua. Kami tidak bisa melakukan pekerjaan rumah karena kami memiliki pekerjaan. Sedang kau, kau tidak melakukan apapun. Kau yang lebih pantas merapikan rumah ini," sela Angelica tak terima.
Starlee mengangkat bahunya cuek. "Itu peraturan dariku. Lakukan atau angkat kaki dari sini. Ah, lagipula kau sudah bekerja, kau bisa membiayai hidup adik dan ibumu."
"Kau!" geram Angelica.
"Sudah cukup!" Asher jengah. "Lakukan apa yang Starlee katakan."
"Kakak!" Valencia dan Angelica bersuara bersamaan.
"Jangan membantah. Aku tidak memiliki waktu untuk mengurusi hal seperti ini." Asher meninggalkan empat wanita di sana.
Senyum terlihat di wajah Starlee. "Kalian bisa memulai dengan menyapu dan mengepel."
Valencia dan Angelica ingin memaki Starlee, tapi Stancy menahan dua anak perempuannya. Saat ini Starlee sedang tidak bisa dikendalikan, mereka harus mengalah sejenak untuk menang.