"Apa lagi yang kau mau darimu, Anton!" Amber bersuara jengah. Ia sangat tidak menyukai lintah
yang ada di depannya saat ini.
Anton menyeringai. Pria penggila judi dan alkohol itu datang dengan maksud yang harusnya sudah Amber tahu. "Aku butuh 1 juta dollar."
"Kau gila!" bentak Amber. "1 juta dollar bukan uang yang sedikit. Dan beberapa hari lalu aku sudah memberikanmu 500.000 dollar. Aku bukan bank, Anton!"
"Ayolah, Amber. Jumlah itu tidak banyak untuk supermodel sepertimu."
"Aku tidak akan memberikan kau uang sepeserpun!"
Wajah Anton berubah dingin. "Kalau begitu aku akan memberitahu semua orang bahwa kau yang sudah membunuh Starlee. Kau memasukan obat ke dalam minuman Starlee, kemudian membayarku untuk mencari orang untuk menabraknya."
Amber mengepalkan tangannya kuat. Ia harus melenyapkan Anton secepatnya. Pria sialan ini akan selalu datang padanya untuk memerasnya. Ini adalah kebodohannya karena menggunakan jasa Anton. Harusnya ia sadar, pria pecandu alkohol itu akan jadi lintah yang menghisap darahnya. "Aku akan memberikan uang yang kau inginkan, dan berhenti datang padaku!"
Anton tersenyum menjijikan. "Kau memang yang terbaik, Amber."
Amber mengambil uang cash di dalam kediamannya, kemudian keluar dengan uang di tangan. Ia memberikan uang itu pada Anton. "Pergilah!"
"Baik, Amberku sayang." Anton membalik tubuhnya dan pergi dengan perasaan senang. Ia bisa berjudi lagi, menghabiskan uang yang ia dapat dari memeras Amber.
"b******n itu! Lihat saja, aku akan menyingkirkannya seperti aku menyingkirkan Starlee," geram Amber. Suasana hatinya menjadi sangat buruk karena kedatangan Anton. Ia masuk ke dalam rumahnya sembari menghempaskan pintu.
Starlee keluar dari balik dinding tangga kediaman Amber. Ia ingin memberi Amber kejutan bahwa saat ini ia masih hidup walau di raga orang lain, tapi yang terjadi ia malah mendapatkan sebuah kejutan yang tak pernah bisa ia bayangkan.
Kaki Starlee masih berada di tempatnya. Otaknya masih mencerna apa yang ia dengar tadi. Penyebab kematiannya bukanlah sebuah kecelakaan melainkan pembunuhan terencana yang disusun oleh sahabat karibnya sendiri.
Starlee tertawa terbahak-bahak hingga air matanya mengalir begitu saja. Ia merasa sakit hati atas pengkhianatan yang Amber lakukan padanya. Ia tidak mengerti apa kesalahannya hingga Amber membayar orang untuk membunuhnya. Selama ini ia menganggap Amber sebagai seorang saudaranya, tapi ternyata tidak bagi Amber.
Ia pikir air mata Amber yang ia lihat di televisi adalah air mata kehilangan, tapi itu semua salah. Amber tidak merasa kehilangan sama sekali, air mata itu hanya sebuah kepalsuan. Sandiwara yang Amber bangun agar orang lain berpikir bahwa Amber sangat kehilangan dirinya.
Tangan gemuk Starlee menghapus air matanya. "Amber, kau menusukku dari belakang. Kau tidak pernah menganggapku saudaramu seperti yang aku lakukan padamu. Semua senyum yang kau tunjukan padaku hanya sandiwara. Amber, kau akan membayar apa yang sudah kau lakukan padaku. Aku akan menghancurkanmu."
Starlee melangkah pergi meninggalkan kediaman Amber. Ia masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya kencang. Starlee merasa dadanya sangat sesak. Ia tidak pernah berpikir dari sekian banyak orang, Amber adalah orang yang akan menusuknya belakang.
Senyum pahit tercetak di wajah Starlee. "Aku tidak akan pernah membiarkan kau hidup dengan tenang setelah kau membunuhku, Amber. Tidak akan pernah."
Sampai di kediamannya, Starlee masuk ke dalam kamar dengan wajah masam. Akan bagus bagi orang-orang kediaman itu untuk tidak bersinggungan dengan Starlee saat ini. Sesampainya di kamar, Starlee menghancurkan seisi kamarnya. Ia marah, benar-benar marah. Ia masih tidak terima. Terlalu sakit menerima segalanya.
Kini Starlee tahu, mungkin beginilah yang pemilik tubuh rasakan ketika sahabatnya sendiri mengkhianatinya. Ah, bertambah satu lagi kesamaan ia dan pemilik tubuh sebelumnya. Mereka sama-sama memiliki sahabat berhati iblis.
Stancy mendengar keributan yang terjadi di kamar Starlee, tapi saat ini ia tidak ingin berurusan dengan Starlee. Entah apa yang akan Starlee lakukan padanya dengan semua kemarahan itu.
♥♥♥♥♥
Tubuh Starlee dipenuhi oleh bintik-bintik. Asher yang sudah tidak ingin dekat dengan Starlee semakin menjaga jarak.
"Suamiku. Tubuhku dipenuhi oleh penyakit ini. Untuk sementara waktu aku akan tinggal di paviliun belakang agar kau tidak tertular." Starlee bicara dengan Asher dalam jarak dua meter.
"Ya." Asher hanya menjawab singkat. Bagus baginya jika Starlee tahu diri. Ia tidak ingin terjangkit penyakit yang sama dengan Starlee. Entah sakit apa yang diderita oleh Starlee. Sekarang wanita itu semakin tidak menarik di mata Ahser.
Seisi rumah mengetahui tentang penyakit Starlee, mereka merasa senang karena Starlee akan keluar dari rumah utama. Mereka berharap Starlee mengidap penyakit itu selamanya jadi mereka tidak akan melihat Starlee.
Starlee selesai memindahkan barang-barangnya sendiri ke paviliun belakang. Ia terduduk lelah di sofa tua yang mungkin akan roboh karena menopang berat badannya. Starlee mengelap keringat yang membasahi keningnya. Di tempat inilah ia akan memulai mengecilkan tubuhnya. Ia sudah bertekad dengan kuat. Ia harus mendapatkan berat badan ideal kemudian masuk ke dalam agency model yang berlawanan dengan agency yang dinaungi oleh Amber. Ia akan merebut semua pekerjaan yang diterima Amber. Akan Starlee buat karir Amber meredup.
Bintik-bintik di tubuh Starlee hanyalah buatan. Ia menghapus seluruh bintik-bintik itu kemudian beristirahat sejenak sebelum kembali beraktivitas, merapikan paviliun berdebu itu hingga layak untuk ia huni.
Setelah beberapa jam bekerja dengan sapu dan berbagai alat kebersihan lainnya, Starlee mengubah paviliun itu menjadi tempat yang nyaman. Meski barang-barang di sana hanya sedikit, tapi itu cukup untuk Starlee.
Usai membereskan paviliun, Starlee keluar dari sana. Di belakang Paviliun terdapat sebuah danau buatan. Tempat ini tidak pernah dikunjungi oleh mertua dan dua adik iparnya karena tak ada yang menyenangkan di sana. Dan di sinilah Starlee akan melakukan olahraga. Ia akan berlari setiap pagi di sekitaran danau.
♥♥♥♥♥
Keesokan harinya, Starlee mulai berolahraga. Ia mengenakan pakaian olahraga yang dimiliki pemilik tubuh sebelumnya. Ia berlari sebelum matahari terbit, peluh membanjiri tubuhnya. Starlee dengan tekad kuatnya tak akan bisa dikalahkan oleh apapun.
Ia mengambil istirahat sejenak saat napasnya mulai tersengal, kemudian berlari lagi. Setelah berlari, Starlee melakukan olahraga lain untuk mengecilkan beberapa bagian tubuhnya.
Ia juga mengubah pola makannya. Ia hanya mengkonsumsi makanan yang sehat, dan itupun dalam jumlah yang sedikit. Starlee menahan rasa laparnya dengan baik. Ia harus tetap seperti ini agar semua rencananya bisa berjalan dengan lancar.
Hari demi hari berlalu, Starlee berhasil mengurangi berat badannya sebanyak 5 kg. Itu bukan pencapaian yang buruk, tapi untuk mencapai tubuh yang ideal ia harus mengurangi setidaknya 40 kg lagi. Dan untuk itu ia membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Stok makanan Starlee habis. Mengenakan pakaian lamanya, Starlee keluar dari paviliun. Ia juga menggunakan masker, seolah masih mengidap penyakit kulit yang membuat keluarga suaminya tidak mengusiknya. Starlee hanya memberikan waktu bagi mertua dan dua adik iparnya untuk tenang, dan setelah tubuhnya mengecil maka ia akan kembali ke kediaman itu. Ia akan mengambil semua yang sudah keluarga suami pemilik tubuh sebelumnya ambil darinya. Ia juga akan menyiksa mertua serta dua adik iparnya. Starlee tidak akan pernah memaafkan siapapun yang sudah menyakitinya atau pemilik tubuh sebelumnya.
Valencia mengintip dari jendela, ia melihat ke Starlee yang masuk ke dalam mobil mewah yang biasa digunakan oleh Angelica.
"Kakak, sampah itu keluar rumah dengan pakaian tertutup. Penyakitnya pasti belum sembuh. Ini sudah lebih dari dua minggu. Aku harap dia tidak akan pernah sembuh." Valencia mendekati Angel yang saat ini duduk di sofa kamarnya sembari memainkan ponsel.
Angel menyeringai. "Itu adalah karma baginya yang sudah melawan kita."