Sudah dua minggu ini Aira merasa tubuhnya sedang tidak enak, dia akan cepat merasa lelah meski sedang tidak melakukan aktivitas berat. Dan beberapa hari ini rasa mual juga sering menghampirinya.
Ada setitik rasa takut yang perlahan menyelinap di hatinya, namun berulang kali dia terus menepisnya. Apalagi setelah dia cek tanggal dan dia mendapati jika dirinya sudah telat hampir 2 minggu lebih, terlalu sibuk urusan kuliah sampai dia tidak menyadarinya.
Seketika pikiran buruk kembali mendatanginya,
Bagaimana jika apa yang dia khawatirkan menjadi kenyataan?
Bagaimana jika dia beneran Hamil?
Apa yang harus dia lakukan jika itu terjadi.
“Ra, kamu kenapa?” tanya Meghan yang terlihat khawatir dengan kondisi sahabatnya yang terlihat sangat pucat, saat ini mereka sedang berada di Apartemen miliknya.
Sejak 2 minggu dia berhasil membuat sahabatnya ini untuk kembali menemaninya di Apartemen.
“Kepalaku pusing banget Meg” sambil memijat kepalanya sendiri dengan pelan
“Kamu sih dibilangi susah banget, udah tahu lagi gak enak badan tapi malah kekeh buat masak”
Meski dengan mengomel namun Meghan tetap membantu Aira menuju sofa yang berada di ruang tamu, tetapi sayangnya Aira keburu pingsan hingga Meghan dengan refleks mendudukkan tubuhnya karna merasa kaget juga tak mampu menopang seutuhnya beban tubuh Aira yang sedang pingsan.
“Ya Allah Ra” Jeritnya secara refleks
“Aira bangun Ra, jangan membuatku khawatir” Meghan berulang kali menepuk pipi Aira dengan harapan supaya sahabatnya mau bangun, namun usahanya tak membuahkan hasil karna Aira tak bergerak sama sekali.
Kemudian setelan membaringkan tubuh Aira di lantai, tanpa berpikir panjang dia segera keluar dari unit Apartemenya untuk meminta bantuan.
Dan Meghan sangat bersyukur saat melihat tetangga Apartemenya yang sedang berjalan menuju lift, dia pun segera meminta pertolongan.
“Tunggu” teriaknya dengan lantang hingga seseorang itu menghentikan langkahnya, Secepat kilat Meghan menghampiri lelaki itu yang kini sedang bingung menatapnya
“Kak Arga tolongin Meghan kak” ucap Meghan dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir
“Kamu kenapa Meghan?” tanya Arga pada tetangganya itu,
“Teman aku pingsan kak, kak Arga tolongin Meghan buat bawa ke rumah sakit ya kak. Aku takut terjadi sesuatu sama dia”
Setelah mendengar penjelasan dari Meghan, Arga pun memutuskan untuk menolongnya. Padahal dia sudah ada janji dengan seseorang, tapi dia juga tidak tega melihat tetangganya yang terlihat ketakutan.
“Ya sudah ayo saya bantu kamu, teman kamu dimana?”
“Di dalam Apartemenku kak, Ayo kak cepetan”
Dan keduanya pun berjalan cepat menuju Apartemen Meghan, namun saat melihat tubuh Aira yang tergolek pingsan di atas lantai , Arga malah diam mematung.
Sampai saat Meghan kembali memanggilnya dia baru tersadar dan segera mengangkat tubuh Aira dalam rengkuhannya, Arga membawa Aira terlebih dahulu menuju keluar, sedangkan Meghan tengah mengambil tas miliknya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit pikiran Arga tidak tenang karna terus-terusan tertuju pada Aira yang berada di jok belakang mobilnya dengan Meghan yang tak berhenti berusaha untuk membuat Aira sadar.
Sekitar beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di Rumah sakit, Aira segera di bawa perawat untuk diperiksa oleh Dokter.
“Terima kasih karna sudah membantu Meghan kak, aku gak tahu harus gimana lagi kalau tadi tidak melihat kak Arga” ucap Meghan dengan tulus, sedikit rasa khawatirnya sudah berkurang karna Aira sudah ditangani oleh Dokter
“Iya sama-sama, kakak juga senang karna bisa membantumu”
“Oh ya kak Arga kalau mau pergi gak apa-apa kak, maaf sudah merepotkan”
“Tak apa aku sedang tidak ada urusan juga, aku temani kamu sampai temanmu siuman ya”
Kini mereka berdua sedang menunggu hasil pemeriksaan dari Dokter.
Saat Dokter keluar dari ruangan, Arga langsung menanyakan keadaan Aira.
“Dokter bagaimana dengan keadaan pasien?”
Meghan yang melihatnya dengan refleks mengernyitkan dahinya yang merasa bingung dengan respons Arga yang terkesan berlebihan untuk seorang yang tidak dikenalinya. Namun Meghan mencoba membuang pikiran negatifnya, setidaknya dia merasa senang karna Arga ikut mengkhawatirkan keadaan sahabatnya.
“Apakah Anda suaminya?” Arga menjadi kelabakan saat ditanya oleh Dokter, Meghan yang sejak tadi diam segera menjawab pertanyaan dari Dokter saat melihat Arga hanya diam seperti salah tingkah
“Bukan dok, kami adalah temanya”
“Kalau begitu bisakah kalian menghubungi keluarganya untuk datang kemari, karna ada hal penting yang harus saya sampaikan pada keluarganya”
“Sebelumnya maaf dok, tapi keluarga teman saya ada di Semarang semua. Jika ada hal penting Dokter bisa membicarakannya dengan saya, karna kebetulan pasien sangat dekat dengan saya”
“Baiklah jika seperti itu, silakan ikut ke ruangan saya”
Tanpa menunggu waktu lama Meghan pun mengikuti Dokter tersebut, tentunya dengan Arga yang memaksa untuk ikut.
Arga dan Meghan menatap Dokter perempuan di depanya dengan tatapan serius dan juga bercampur tegang, mereka memikirkan kira-kira ada hal penting apa dengan masalah kesehatan Aira.
“Begini alasan saya meminta keluarga pasien datang karna saat ini pasien sedang mengandung, dan perkiraan saya usia kandungannya sekitar 3 minggu” jelas Dokter yang mana mampu membuat dua orang didepanya diam mematung dengan pikiran masing-masing
Arga yang pertama kali tersadar dari keterkejutan segera membalas ucapan Dokter
“Lalu bagaimana dengan keadaan pasien dan bayinya dok ?”
“Keadaan ibu dan bayinya lumayan baik, tapi jika si ibu terus-terusan merasa stres maka akan sangat mempengaruhi si janin dalam kandungan”
“Saya harap kedepanya si ibu bisa lebih mengontrol emosinya agar tidak terlalu stres”
Arga dan Meghan mendengarkan penjelasan dari Dokter dengan serius, terkadang sesekali keduanya menimpali ucapan si Dokter. Kemudian saat dirasa pembicaraan telah selesai, keduanya pun berpamitan untuk kembali menemui Aira.
Aira yang kini sudah dipindahkan diruang inap masih menutup matanya, entah kapan calon ibu muda itu akan membuka matanya. Tatapan Meghan tak pernah berpindah dari sosok sahabatnya yang sedang tertidur di ranjang Rumah sakit itu.
Tadi setelah dari ruang Dokter, Arga masih menemaninya untuk menemui Aira yang sudah dipindahkan diruang inap, dan setelah melihat Aira yang masih belum siuman dia ijin pamit untuk pergi dengan alasan ada urusan mendadak.
Sedangkan Arga saat ini sedang berada di rumah Fakri, sudah setengah jam berlalu sejak kedatangannya ke sana. Namun Arga masih saja diam membisu sampai membuat si pemilik rumah bingung dengan keadaan dari sahabatnya itu.
“Ga, lo baik-baik saja kan?” tanya Fakri sekadar basi-basi atau lebih tepatnya memancing Arga untuk mau bicara
“Gue lagi bingung, berita tadi benar-benar membuat Gue syok seketika” balas Arga dengan ambigu sampai membuat Fakri yang mendengarnya menjadi penasaran
“Maksud lo apa sih Ga? Berita apa?”
Arga menghela nafasnya dengan berat seolah apa yang akan dia sampaikan adalah sebuah berita besar
“Cewek yang waktu itu Gue perkosa, dia hamil Fak” ungkap Arga menjelaskan
Prang..
“Apa?”
Suara beling yang pecah dan suara pekikan seseorang membuat kedua pemuda itu mengalihkan tatapanya ke arah pintu yang berada diruang kerja Fakri, disana ada Maretha yang sedang berdiri mematung dengan pecahan gelas yang berserakan di dekat kakinya.
Fakri langsung menghampiri istrinya yang kini masih diam mematung di depan pintu, dia segera memanggil pembantu untuk merapikan kekacauan yang sudah dibuat oleh istrinya. Dan Maretha yang sudah kembali sadar langsung menghampiri Arga yang sedang duduk di sofa yang berada di ruangan itu.
“Kamu gak lagi bercanda kan Ga?” tanya Maretha pada Arga yang terlihat sedang tertekan, dan Arga langsung menjawab pertanyaan Maretha dengan gelengan kepala seolah menegaskan kalau dia sedang serius dan tidak berbohong.
“Kamu tahu dari mana Ga? Apa perempuan itu datang menemuimu untuk meminta pertanggung jawaban? Dan bagaimana dengan keadaannya, apa dia baik-baik saja?” tanya Maretha yang sekaligus memberikan banyak pertanyaan
Sedangkan Fakri hanya menggelengkan kepalanya mendengar rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut istrinya,
“Sayang, kamu kalau mau tanya satu-satu lah. Memang kamu gak kasihan sama muka Arga yang kusut itu” ucap Fakri yang kini sudah ikut mendudukkan diri di samping Maretha
“Ya habisnya aku penasaran banget sayang” balasnya dengan nada manja pada suaminya
Arga yang seakan sudah terbiasa dengan tingkah laku dari sepasang suami istri di dekatnya ini hanya mendengus pelan, Meski begitu dia tetap mau menjawab pertanyaan dari Maretha.
Lalu Arga menceritakan semuanya pada pasangan suami istri di depanya ini. Dari mulai dia yang akan pergi lalu tiba-tiba dihentikan oleh Meghan yang meminta tolong karna temanya sedang pingsan, dan dia sangat terkejut begitu teman yang dimaksud oleh Meghan adalah gadis yang malam itu dia nodai kesuciannya. Kemudian semua bertambah kacau saat ternyata Dokter memberitahukan keadaan gadis bernama Aira yang ternyata sedang berbadan dua, dan kemungkinan besar bahwa anak itu adalah darah dagingnya.
“Terus keadaan Aira bagaimana Ga? “ Tanya Maretha disaat Arga selesai menceritakan semuanya
Arga menghela nafasnya dengan berat sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan, karna dia pun juga tidak tahu tentang bagaimana keadaan wanita hamil itu sekarang. Tadi setelah Aira di pindahkan diruang inap dia langsung berpamitan pada Meghan dan segera pergi ke rumah Fakri.
Namun dia bisa memastikan jika keadaan Aira tidak akan baik-baik saja setelah mengetahui kenyataan dirinya yang sedang hamil.
Sedangkan kini di sebuah ruangan dengan aroma khas obat-obatan Aira berteriak seperti orang kesurupan,
“Gak mungkin” Teriakan Aira menggema di dalam ruangan yang serba putih itu, di sisinya ada Meghan yang setia untuk menenang kan Aira.
Meghan tidak pernah mengira jika sahabatnya itu akan sangat terpukul dengan berita yang beberapa menit lalu dia sampaikan.
“Kamu pasti bohong kan Meg? Aku gak mungkin hamil. Tolong jangan bercanda..” ucap Aira dengan suara yang semakin melirih setelah Dokter berhasil menyuntikan obat penenang kepadanya,
“Aku gak mungkin hamil Meg” dan setelah itu Aira kembali menutup matanya, Dokter terpaksa memberikan obat penenang pada Aira karna takut Aira menyakiti dirinya sendiri akibat tak kuasa menerima kenyataan yang baru saja dia terima
“Bagaimana keadaan teman saya Dok?” tanya Meghan sambil sesekali melirik khawatir ke arah Aira yang kini kembali terlelap
“Saat ini emosi pasien sedang tidak stabil, jadi saya harap Anda mau bersabar saat menghadapinya. Dan untuk saat ini biarkan emosinya stabil dulu, baru kita bahas tentang kehamilannya” jelas Dokter yang lagi-lagi hanya bisa diangguki oleh Meghan.
Meski kini dalam kepalanya terdapat banyak sekali pertanyaan, tentang sahabatnya yang kini sedang hamil muda, bagaimana bisa Aira yang dia kenal tak pernah memiliki pacar kini bisa hamil?,
Satu sisi dia juga bingung harus bagaimana dia sekarang, dia tidak bisa menghubungi keluarga Aira karna dia tidak mempunyai kontak mereka. Ditatapnya lekat wajah sang sahabat, jauh di lubuk hatinya dia yakin jika Aira bukanlah gadis murahan yang bisa tidur dengan siapa saja. Sahabatnya adalah gadis baik yang bahkan selalu mengingatkannya saat dia berbuat yang aneh-aneh.
“Kamu harus kuat Ra, apapun yang terjadi aku pasti selalu ada buat kamu” ucapnya tulus meski tahu jika sahabatnya tak mungkin membalas ucapannya