BAB 4. Mencoba Menerima

1683 Kata
    Setelah tiga hari dirawat di Rumah Sakit akhirnya siang ini Aira sudah diperbolehkan untuk pulang, selama Aira dirawat Meghan lah yang selalu menemaninya.  Seperti saat ini mereka berada didalam mobil milik Meghan untuk menuju Apartemen Meghan, dan Aira yang kini sedang tertidur sama sekali tidak mengetahui jika Meghan akan membawanya kesana karna yang dia tahu dia akan diantarkan ke tempat kos nya. “Aira bangun, kita udah sampai” panggil Meghan sambil menepuk pundak Aira dengan gerakan pelan Tak lama setelah itu Aira perlahan membuka kedua matanya, setelah berhasil mengumpulkan kesadaranya dia menatap bingung ke arah Meghan, seolah bertanya kenapa kita berada disini? Iya, saat ini mobil yang mereka tumpangi sedang terparkir di area parkir Gedung Apartemen milik Meghan. Meghan yang menyadari kebingungan dari Aira segera mengajaknya untuk turun dari mobil “Kita sudah sampai, Ayo Aku bantu kamu turun ya Ra” Namun Aira menolaknya dengan menarik pelan tangan Meghan yang akan keluar dari mobil, “Kenapa kita kesini Meg?, seharusnya kamu mengantarku ke kos” “Aira sekarang kamu masih sakit dan aku mau kamu tinggal bareng aku, biar aku bisa merawat kamu. Aku gak mungkin bolak-balik kesana buat memastikan keadaanmu kan?” “Makasih, tapi aku sudah baik-baik saja Meg. Jadi aku mohon antarkan aku ke Kos saja” ucap Aira masih dengan keras kepalanya Meghan mengalihkan perhatiannya ke arah depan hanya untuk meredam emosinya karna menghadapi keras kepalanya Aira. “Aira aku sengaja bawa kamu ke Apartemen karna aku benar-benar khawatir, lagi pula dengan keadaan kamu yang sekarang ini. Kamu yakin mau tinggal disana? Bagaimana jika teman kos kamu tahu tentang kehamilanmu, aku gak mau mereka berpikir buruk tentang kamu Ra” jelas Meghan yang baru saja mengungkapkan segala keluh kesahnya pada Aira, Dia sangat gemas dengan sikap Aira yang selalu merasa kuat dan bisa menghadapi semuanya sendiri. Padahal dia tahu jika sahabatnya ini sangatlah rapuh. Aira hanya diam sambil merenungkan semua ucapan dari Meghan, apa yang Meghan katakan memang benar. Saat ini dia memang sangat ketakutan dengan kenyataan yang beberapa hari lalu dia terima.  Bagaimana tanggapan semua orang jika mereka mengetahui keadaannya yang  sedang berbadan dua, terutama bagaimana dia harus menjelaskan semua ini pada keluarganya yang berada dikampung. Mereka semua pasti sangat kecewa kepadanya. Susah payah dia meminta izin untuk kuliah di Jakarta, tapi yang dia berikan sebagai balasan malahan sebuah aib untuk keluarganya. “Aira” panggil Meghan dengan sedikit keras “Eh, iya Meg” “Tuh kan, kamu melamun lagi. Pokoknya mulai sekarang kamu harus tinggal bareng aku, dan sekarang ayo kita turun” tegas Meghan yang tak ingin mendapat bantahan Aira pun akhirnya menuruti kata Meghan, setidaknya dia sangat bersyukur dengan Meghan yang masih mau berteman dengannya. Saat ini yang dia punya hanyalah Meghan. “Makasih ya Meg, kamu memang sahabat terbaikku” ucap Aira dengan tulus, bahkan dia tak segan memberikan pelukan untuk sahabatnya ini “Sama-sama Aira. Apapun yang terjadi, aku bakal selalu ada buat kamu” Setelah acara berpelukan di tempat parkir, mereka berdua kini sudah keluar dari dalam lift dan sedang berjalan menyusuri lorong lantai Apartemen milik Meghan.  Tatapan Aira sesekali melirih pintu Apartemen milik Arga dengan takut, dalam hati dia tak berhenti berdoa semoga lelaki itu tak muncul dihadapanya. Karna jujur dia belum siap untuk kembali bertemu. “Oke mending sekarang kamu istirahat saja Ra, nanti pas waktu makan siang aku bangunkan lagi” setelah mengantar Aira ke dalam kamar, Meghan menyuruhnya untuk kembali beristirahat dan Aira yang memang semenjak hamil mudah sekali mengantuk hanya bisa menuruti perintah dari sahabatnya itu Saat sedang sendirian dikamar, Aira kembali merenungkan nasibnya. Cobaan ini terasa berat untuk dia jalani seorang diri.  Kemudian berbagai pertanyaan melintas dipikiranya, Haruskah dia meminta laki-laki itu untuk bertanggung jawab? Namun bagaimana jika lelaki itu tak mau dan malah menyuruhnya untuk menggugurkan bayi ini. Kenyataannya meskipun dia tidak menginginkan bayi ini, tapi sejujurnya hatinya menghangat saat tanganya secara tak sadar mengelus perutnya.  Di dalam sana ada kehidupan yang menuntutnya untuk menjaga dan melindungi, dia adalah darah dagingnya, calon anaknya kelak. Terlalu larut dalam pikiran hingga membuat Aira kembali terlelap,   •••        Malam in Arga memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, namun bukanya ikut berkumpul bersama keluarganya. Arga malah berdiam diri di kamarnya dengan pikiran yang tak berhenti tertuju pada sosok wanita bernama Aira yang kini sedang mengandung calon anaknya.  Bahkan percakapannya dengan Fakri dan Maretha beberapa hari lalu juga ikut menambah bebannya,  suami istri itu memintanya untuk bertanggung jawab dengan menikahi Aira.  Namun perasaannya untuk sang mantan kekasih masih tetap sama, dia takut jika rasa cintanya pada Renata malah menyakiti Aira yang nantinya akan menjadi istrinya.   Tok..tok..tok “Om Arga” panggil seorang balita berusia 4  tahun yang kini berada di gendongan Bundanya Tanpa menunggu  waktu lama Arga pun segera beranjak dari duduknya dan segera menuju pintu kamarnya, hal pertama yang dia lihat saat membuka pintu adalah wajah tampan menggemaskan milik keponakannya. Tawa riang dari sang keponakan pun membuat Arga ikut tersenyum, dia pun membawa Balita kecil bernama Abyantara dalam gendongannya dan mengabaikan kakak pertamanya yang datang bersama sang keponakan. “Om Arga ayo main” mendengar ajakan dari Abyan tak lantas membuat Arga menurutinya, dengan sengaja dia menampilkan wajah seolah sedang berpikir apakah mau main bersama atau tidak Namun belum juga menjawab ajakan sang keponakan, Aisyah terlebih dahulu berbicara “Ngapain sih Ga, dikamar terus. Memang kamu gak kangen sama kakak kakakmu ?” “Kangen kok kak, apalagi sama yang ini” sambil mencubit gemas pipi tembam milik Abyan Aisyah berdecak pelan mendengar jawaban adik bungsunya, semenjak kenyataan menyakitkan yang diterima oleh sang adik. Arga menjadi lebih pendiam dan suka menyendiri, contohnya seperti saat ini, di saat semua keluarga sedang berkumpul dan Arga malah memisahkan diri dengan mengurung dirinya dikamar. “Kakak tahu kalau kamu pasti belum bisa melupakan tentang Renata, tapi hidup tetap harus berjalan Ga. Kamu gak bisa menyalahkan takdir, karna ada kalanya yang lama akan pergi dan yang baru akan datang” ujar Aisyah yang mencoba menghibur dan memberikan pengertian untuk Arga untuk kembali bangkit dari rasa perihnya Arga sendiri meski fokus pada keponakannya dan terlihat seakan mengabaikan Aisyah, tapi dalam hati berulang kali mengulang kata Aisyah tentang “yang lama akan pergi dan yang baru akan datang” ucapan itu seakan mengingatkannya dengan Aira dan calon anaknya “Abyan, tadi kamu dikasih tugas nenek apa sayang?” dan Abyan yang sedang bermain dengan Arga langsung teringat tujuannya datang menemui Om nya karna tadi di suruh neneknya untuk membawa si Om turun ke bawah Dengan gerakan lucu balita itu menepuk dahinya “Om Arga disuruh nenek turun ke bawah, ayo kita main disana saja” sambil menarik tangan Arga dengan maksud supaya Om nya itu mau mengikutinya Akhirnya setelah berpikir ulang Arga mau turun ke bawah bersama kakak juga keponakannya. Apa yang dikatakan kakak nya tadi memang benar, dia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihannya. Sikapnya yang berubah menjadi pendiam dan sering menghindari keluarganya sangatlah salah, keluarganya pasti ikut sedih karena perubahannya.  Saat mereka bertiga sampai di ruang keluarga, terlihat sekali jika keluarganya sangat senang. Bahkan Devira ibu dari Arga itu langsung menyuruh putra bungsunya untuk mendekat ke arahnya “Arga, sini nak duduk disebelah Mama” ibu dari tiga anak itu begitu senang saat putranya mau turun ke bawah untuk berkumpul bersama mereka, sebagai seorang ibu dia pun ikut sakit hati karna ulah Renata yang tega menghianati anaknya.  Padahal selama ini keluarganya sudah menganggap Renata sebagai anaknya sendiri, mereka menerima Renata dengan suka cita. Namun siapa sangka ternyata perempuan itu menusuk mereka dari belakang dengan menghianati Arga. “Mama buat puding kesukaan kamu” sambil menyerahkan wadah kecil berisi puding favorit Arga “Wah,, makasih ya mah” ucap Arga dengan tulus dan tanpa menunggu waktu lama dia pun segera menyantap puding favoritnya Di tengah kegiatannya melahap puding, Arga mendapat lemparan kacang kulit yang pelakunya tak lain  adalah kakak keduanya yang bernama Arumi. Dari kecil mereka berdua memang sering bertengkar dan saling menjahili, meski sering terlihat tak akur namun semua orang tahu jika keduanya saling menyayangi. “Dasar anak kecil, dari dulu sampai sekarang bisanya cuma manja. Mau turun ke bawah aja mesti dijemput dulu” ejek Arumi yang kini sedang duduk bersandar di pundak suaminya, tanganya dengan usil kembali melempari Arga dengan kacang Arga yang sudah jengah dengan sikap kakaknya pun meladeninya “Wah,, Ngajak perang nih orang. Mas Kenzo, istrinya dibilangi tuh. Lagi hamil aja sikapnya masih barbar, kasihan aku tuh sama calon keponakan” ujar Arga dengan kesal, meski begitu tanganya sedari tadi tak berhenti menyuapkan potongan puding ke dalam mulutnya Sedangkan yang lainya hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat tingkah Arga dan Arumi, pemandangan seperti ini sempat mereka rindukan karna sikap Arga yang selalu menghindar untuk kumpul bersama. Dan malam ini mereka kembali melihat tingkah kekanakan kedua kakak beradik itu. “Maksudnya gimana? Kamu doakan anak kakak punya sifat jelek gitu..?” ujar Arumi yang merasa tidak terima dengan ucapan Arga, namun Arga hanya mengangkat bahunya seolah tidak peduli. Kenzo yang berada disebelah Arumi segera mengelus lengan istrinya itu dengan lembut dengan tujuan supaya istrinya lebih tenang, sejak hamil suasana hati istrinya memang sering berubah-ubah. “Sayang udah ya,, Arga kan Cuma bercanda. Jangan sampai kamu terpancing emosi, nanti kasihan dedek bayinya” ucap Kenzo selembut mungkin, namun bukanya mereda. Arumi malah berganti kesal dengan suaminya yang terkesan membela Arga. “Kok kamu malah bela si Arga sih. Aku kan istri kamu” marah Arumi pada suaminya,  bahkan dia melepas tangan sang suami yang tadi sedang merangkul pundaknya “Sayang, kamu salah paham. Maksud aku tuh..” “Udahlah, aku marah sama kamu” potong Arumi dengan wajah cemberutnya, dan Kenzo hanya  bisa mengelus dadanya saat melihat Arumi menghampiri Mahen si papa sambil merengek karna sudah dijahati oleh Arga dan Kenzo. “Pokoknya papa harus menghukum mereka berdua, mereka udah jahat sama aku” adunya pada sang papa yang mana malah semakin mengundang tawa dari yang lainya, Sedangkan Abyan yang sejak tadi ikut memperhatikan tingkah Om dan Tantenya malah dibuat bingung dengan tingkah semua orang yang seakan menertawakan si Tante. Namun kebingungannya tak bertahan lama karna anak kecil itu memilih abai dan kembali fokus pada mainannya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN