Aira bernafas lega saat Dosen yang sedang mengajar di kelasnya mengakhiri pembelajaran dan berpamitan karna kelas telah usai. 3 minggu telah berlalu tapi ingatan itu masih saja menghantui kehidupannya.
“Aira” panggil sahabatnya yang bernama Meghan dengan nada sedikit kesal dikarenakan Aira yang tak kunjung merespons panggilannya
“Eh,, iya Meg kenapa?”
Meghan menghela nafas dengan berat saat sahabatnya bertingkah seperti orang linglung
“Kamu tuh yang kenapa Ra, kenapa sih akhir-akhir ini aku perhatikan sering banget melamun.?”
“Enggak kok, tadi aku tiba-tiba ke ingat soal jemuranku di kos. Aku lupa udah ku angkat apa belum, soalnya kan ini lagi mendung” jawab Aira dengan lancarnya, seolah memang itu lah yang sedang dia pikirkan
“Oke terserah kamu aja lah Ra”
Meghan menanggapi ucapan Aira seolah tak peduli dengan jawaban dari sahabatnya itu, bukan tanpa alasan dia melakukanya. Selama ini dia sering memergoki Aira yang sedang melamun namun saat ditanya alasannya selalu saja membuatnya kesal. Karna dia tahu jika sahabatnya itu tidaklah jujur.
Setelah membereskan bukunya, Meghan mengajak Aira untuk pergi ke kantin karna sedari tadi perutnya sudah keroncongan minta di isi.
“Buruan Ra, aku udah lapar nih”
“Iya Meghan sabar, makanya kalau pagi itu dibiasakan buat sarapan. Susah banget sih kalau dibilangi”
“Iya iya mama Aira, udah ah... lama” balas Meghan yang tanpa menunggu waktu lama langsung menarik tangan Aira untuk keluar kelas dengan tujuan ke kantin.
Sedangkan Aira merasa kesal saat sahabatnya itu lagi-lagi menyebutnya mama saat sedang dia nasihati, padahal kan dia belum menikah dan punya anak.
Aira dan Meghan sudah bersahabat sejak mereka berkenalan saat kegiatan MOS berlangsung, Meghan anak orang kaya yang terkesan pendiam begitu antusias saat diajak kenalan oleh Aira yang kebetulan saat itu duduk di sampingnya.
Namun siapa sangka setelah mereka dekat cukup lama, Aira baru menyadari jika Meghan adalah tipe anak orang kaya pada umumnya.
Gadis yang kebetulan satu jurusan dengannya itu memiliki sifat asli cerewet, manja dan suka memaksa.
Namun Aira harus bersyukur karna meski Meghan berasal dari keluarga berada, tapi Meghan tak pernah memandangnya rendah. Gadis yang menjadi sahabatnya ini terlihat sangat tulus saat berteman dengannya.
“Ra kamu mau pesan apa.?” Tanya Meghan saat mereka berdua sudah berada di kantin
“Siomay aja deh Meg”
“Oke terus minumnya apa?”
“Es jeruk”
Setelah memesan makanan, mereka berdua segera mencari tempat duduk. Beruntung sekali mereka mendapatkan tempat duduk di dekat jendela, yang mana dari tempat duduknya bisa melihat pemandangan taman dan lapangan basket yang saat ini dipenuhi dengan populasi manusia ganteng.
Kemudian setelah beberapa saat makanan yang mereka pesan sudah datang, di depan Aira ada sepiring Siomay dan segelas es jeruk, sedangkan di depan Meghan ada semangkuk cilok, bakso, dan juga camilan jamur crispy beserta usus crispy, dan jangan lupakan segelas es jeruk juga.
Aira yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, hal seperti ini sudah biasa dia lihat. Malahan biasanya bisa lebih banyak lagi.
Meghan kalau soal makanan memang tidak pernah puas jika hanya mencicipi satu menu makanan, dia sering memesan banyak makanan dan pada akhirnya Aira akan dipaksa untuk ikut menghabiskan karna Meghan tak akan sanggup jika harus menghabiskannya sendirian.
“Ra nanti mampir ke Apartemen ya..” pinta Meghan dengan wajah melasnya
“Enggak, kapan-kapan aja”
“Memang kenapa sih, perasaan dari kemarin-kemarin setiap diajak main ke Apartemen gak pernah mau. Biasanya juga langsung iya in aja” ujar Meghan dengan kesal,
“Apa..? mau alasan apa lagi? Tugas kampus aku sama kamu tuh sama ya Ra, jadi kamu gak bisa tolak aku karna masalah tugas”
Aira hanya tertawa kecil saat melihat sahabatnya yang sedang mengomelinya, ada sebersit rasa bersalah pada gadis di depanya ini. Meghan pasti sangat kesepian karna berada di Apartemen sendirian.
Sebelum kejadian itu menimpanya, Aira memang sering menginap di Apartemen Meghan dan terkadang menghabiskan hari libur di sana.
Namun sampai saat ini dia masih belum berani menginjakkan kakinya di sana karna merasa takut jika nanti harus bertemu lagi dengan lelaki bernama Arga yang sudah merenggut kehormatanya.
Di tempat yang tak jauh dari tempat Aira berada, ada Arga dan teman-temanya yang sedang beristirahat karna kelelahan sehabis bermain basket. Takdir tak ada yang bisa menebaknya, Arga dan Aira ternyata satu universitas dan juga satu jurusan. Mereka berdua sama-sama berada di Manajemen Bisnis dengan tingkatan yang berbeda, bila Aira sedang mengejar gelar S1 nya maka lain dengan Arga yang mengejar S2 nya.
Arga memang cukup terkenal di kalangan para Mahasiswi, namun Aira bukanlah tipe cewek yang begitu menggilai cowok ganteng dan populer di kampusnya. Maka dari itu Aira tidak tahu jika Arga juga berada satu kampus dengannya.
“Eh Ga, nanti malam lo jadi kan ikut kita nongkrong di Klub.?” Tanya seorang cowok berkulit sawo matang yang berada di sebelahnya
Arga yang memang sedang minum tak langsung menjawab pertanyaan dari temanya itu, dia lebih memilih menikmati setiap aliran air dingin yang mengalir dalam tenggorokannya
“Iya Gue ikut kalau gak ada urusan mendadak” balas Arga seadanya
“Ayo lah Ga, lo itu butuh refresing biar lo cepat move on dari mantan lo yang murahan itu”
Arga hanya menatap temanya dengan tatapan malas, kata siapa datang ke tempat laknat itu bisa membuatnya melupakan tentang pengkhianatan Renata dan Jordan. Terakhir kali dia datang kesana malah menimbulkan masalah baru dengan menghancurkan masa depan seorang gadis, dan entah sekarang bagaimana keadaan gadis itu. Karna sejak saat itu dia memang tidak pernah lagi bertemu dengannya.
Lalu dunianya terasa berhenti seketika saat kedua matanya tak sengaja melihat sosok yang 3 minggu ini selalu mengganggu tidurnya. Dia gadis yang malam itu sudah dia renggut kehormatanya ada di depan matanya dengan jarak yang terhalang oleh sebuah kaca.
Dia ada disana sedang duduk tenang sambil menyedot jus jeruknya, wajah itu terlihat kalem dengan sebuah senyuman yang menghiasi sudut bibirnya, mempercantik wajah yang berpoleskan make up tipis.
Namun apakah senyum itu masih akan terukir disaat dia muncul dihadapanya.
“Woy Ga, lo kenapa sih dari tadi Gue ajak ngobrol malah sibuk sendiri. Lo lagi ngelihatin apa sih ?”
“Enggak,, gak lihat apa-apa” balas Arga dengan buru-buru mengalihkan pandangannya dari arah kantin, jangan sampai cowok kepo disebelahnya melihat apa yang sedari tadi dia pandangi
“Yuk lah mending lanjut main” ajak Arga pada temanya itu
Sepanjang permainan beberapa kali tatapan Arga kembali terpaku pada Aira, dan ada sedikit rasa tidak rela saat dia melihat Aira dan temanya pergi berlalu meninggalkan kantin.
Ingin sekali dia mencari tahu tentang wanita bernama Aira itu, tetapi dia terikat janji untuk tidak mengganggunya. Itu lah yang di inginkan Aira saat dia berniat bertanggung jawab.
•••
Setelah sholat magrib, Aira berencana keluar untuk membeli makan malam. Namun rencananya batal dikarenakan Meghan mengajaknya keluar untuk menemani membeli kado yang katanya ingin diberikan untuk keponakannya.
Aira terpaksa menurutinya karna dia tidak tahan mendengar rengekan Meghan yang tadi sore menghubunginya.
Padahal dia sangat malas untuk keluar, apalagi sejak kejadian itu dia memutuskan untuk mendekam di kamar kos nya lantaran takut jika tak sengaja harus bertemu dengan laki-laki itu.
“Eh Aira mau kemana? Kok udah rapi aja” sapa salah satu teman kos nya yang bernama Vina
“Ini mbak Vina, tadi di ajak si Meghan buat keluar. Katanya mau beli kado buat keponakannya” jelas Aira dengan jujur, bisa dibilang semua teman penghuni kos nya sangatlah baik padanya. Saat salah satu diantara mereka sedang kesusahan pasti mereka dengan senang hati saling membantu.
“Oh bagus itu, mbak perhatikan beberapa minggu ini kamu juga diam terus di kos.”
“He he iya mbak, ini juga tadi dipaksa si Meghan”
Lalu mereka lanjut mengobrol sambil Vina menemani Aira yang sedang menunggu kedatangan Meghan. Hingga beberapa menit kemudian Meghan datang dengan mobil berwarna merahnya, mereka lantas berpamitan pada Vina.
“Ra, nanti gak usah pulang, kamu menginap di Apartemenku saja ya” ucap Meghan penuh rasa harap
“Kapan-kapan lagi ya Ghan, kalau malam ini aku gak bisa” tolak Aira secara halus dengan harapan semoga sahabatnya ini mau mengertinya
“Kamu kenapa sih Ra. Setiap aku ajak main ke Apartemen gak pernah mau? Kamu udah gak mau lagi sahabatan sama aku ?”
“Bukan gitu Meg,, tapi aku memang gak bisa sekarang”
Meghan yang merasa kesal dengan penolakan dari Aira, semakin membuatnya yakin kalau sahabatnya ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Dulu Aira tidak pernah menolak ajakannya sama sekali, Aira akan dengan senang hati menemainya di Apartemen karna memang dia tinggal sendiri disana.
Orang tuanya sudah bercerai dan karna rasa kecewanya dia memilih untuk tinggal di Apartemen saja, dia akan menghubungi orang tuanya jika membutuhkan uang dan selebihnya dia lebih memilih mengabaikan keluarganya.
Dan sejak hadirnya Aira sebagai sahabat, Meghan tidak merasa kesepian lagi. Aira akan selalu ada untuknya, dan bahkan tidak pernah mengeluh saat sering kali harus dia repotkan.
“Kamu tahu Ra? Aku tuh benci saat aku lagi sendirian. Aku selalu ingat tentang perceraian orang tuaku. Mereka lebih memilih berpisah karna mementingkan ego sendiri” ucap Meghan dengan lirih
Aira mencoba menghibur sahabatnya dengan mengelus pundak Meghan pelan, saat ini hati dan pikirannya sedang berperang untuk mempertahankan ego masing-masing.
Satu sisi dia merasa kasihan dengan sahabatnya, namun sisi yang lain dia merasa takut jika datang ke Apartemen Meghan malah akan kembali mempertemukannya dengan laki-laki itu.
“Ya udah nanti aku menginap di Apartemen kamu” putus Aira setelah memikirkannya. bagaimana pun hidupnya harus terus berjalan, dan dia harus bisa melawan rasa takutnya karna selamanya dia tidak bisa terus menghindar.
“Makasih Aira” balas Meghan yang kini memeluk Aira dengan senyum merekah