Prolog
Seorang pemuda yang biasa dipanggil Arga tampak terlihat sedikit mabuk, didepanya terdapat botol bekas minuman keras yang beberapa detik lalu sudah dia tandaskan isinya. Bahkan mulutnya tidak berhenti mengoceh seakan orang yang dia bicarakan ada didepanya saat ini, namun kenyata’anya yang berada didepanya adalah sahabatnya dan bukan kekasih yang sudah menghianatinya.
“Kenapa kamu hianatin aku Re, kenapa harus dengan dia..?”
“Aku masih menyayangimu, dan bahkan sampai detik ini setelah kamu hianatin, aku tetap sayang kamu” Racaunya dengan mengungkapkan isi hatinya
Beberapa hari lalu dia sengaja datang ke Bali dengan tujuan ingin membuat kejutan untuk kekasihnya yang memang sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas yang berada disana. Arga dan kekasihnya yang bernama Renata sudah menjalin sebuah hubungan sejak mereka duduk dibangku SMA, namun sayangnya mereka harus menjalin hubungan jarak jauh dikarenakan Renata yang melanjutkan kuliahnya di Bali. Sedangkan Arga memilih tetap di Jakarta untuk melanjutkan pendidikanya.
Namun siapa sangka jika dialah yang akhirnya mendapat kejutan dari sang kekasih dan juga sahabatnya sendiri. Iya, sahabatnya sendiri yang bernama Jordan.
Begitu Arga sampai di Apartemen milik Jordan, dia dikejutkan oleh sosok sang kekasih yang memakai gaun rumahan dengan perut yang membuncit besar. Dalam beberapa menit keduanya masih saling menatap dengan keterkejutan yang sama.
Arga dan rasa terkejutnya masih bergelung dalam pikiran yang memenuhi otaknya, ada begitu banyak pertanya’an yang bersarang disana.
Tentang, Kenapa Renata ada di apartemen Jordan?
Kenapa kekasihnya itu tampil dengan perut membuncit?
Kenapa perasaanya tiba tiba menjadi sakit setelah menatap orang yang dia rindukan hanya diam menatapnya dengan rasa bersalah?
Hingga sebuah suara mengembalikan keduanya dalam dunia nyata yang bagi Arga tak seindah yang dia harapankan.
“Sayang,, kenapa kamu masih berdiri disitu?, Gak baik loh buat baby kita” ujar Jordan dengan kaki yang perlahan mendekat pada wanita yang sedang mengandung calon anak nya itu.
Tanpa berpikir panjang Arga langsung menerobos masuk hingga tubuh Renata sedikit terdorong karna memang sejak tadi dia berdiri di pintu masuk. Namun Arga mengabaikanya dan lebih memilih memberikan sebuah hadiah bogeman untuk sahabatnya yaitu Jordan.
Arga bukanlah orang polos yang tidak mengerti dengan keada’an yang tengah terjadi sekarang, perut buncit milik kekasihnya juga ucapan dari sahabatnya mampu menghancurkan hati Arga dalam sekejap.
“Apa yang kurang dari aku hingga kamu lebih memilih lari kepelukanya Re?” ucap Arga dengan sendu
Fakri yang sejak tadi memang menemani Arga seakan ikut merasakan apa yang sahabatnya rasakan saat ini,
“Ga udah,, Lo gak boleh minum ini lagi.. Sekarang Gue anterin lo pulang” ucap Fakri sambil dengan paksa mengambil gelas yang berada digenggaman sahabatnya itu. kalau terus dibiarkan, bisa bisa Arga semakin menggila
Setelah membayar tagihan minuman, Fakri dengan pelan memapah tubuh lemas Arga untuk dia bawa pulang. Untungnya selama didalam perjalanan Arga hanya diam, mungkin sudah kelelahan, pikir Fakri dalam hati.
Begitu mobil yang mereka tumpangi sampai di parkiran Apartemen, Fakri segera memapah Arga menuju lantai 11 dimana unit Apartemen milik Arga berada.
Akhirnya Fakri merasa lega setelah berhasil menidurkan Arga di atas ranjang, dengan telaten dia pun melepaskan sepatu arga dan setelah itu menyelimuti tubuh Arga.
Melihat tubuh sahabatnya yang tertidur pulas dengan nafas yang mulai teratur, Fakri pun memutuskan untuk pulang kerumah karna sejak tadi istri tercintanya sudah menelvonya berulang kali.
Setengah jam setelah kepergian Fakri, Arga tiba tiba terbangun dengan kepala yang terasa pening. Disingkapnya selimut itu dengan kasar, lalu dengan cara berjalan yang sedikit sempoyongan dia berjalan keluar kamar. Sekelebat ingatan saat di Bali kembali membuatnya frustasi, dia membutuhkan minuman laknat itu agar bayangan penghianatan dapat kembali lenyap dalam kepalanya.
Hingga akhirnya dia berhasil keluar dari dalam Apartemen miliknya, namun sebelum sampai di depan lift. Arga sudah lemas terlebih dahulu, dengan keadaan yang mengenaskan dan pakaian yang berantakan dia menjatuhkan tubuhnya pada lantai dingin yang berada dikoridor Apartemen.
Tak berapa lama setelah itu lift yang berada tak jauh darinya terbuka, dan menampilkan seorang gadis cantik yang memakai setelan jeans dan atasan blouse berwarna hijau toska. Sejenak gadis itu tertegun melihat Arga yang duduk bersandar pada dinding.
“Ini orang kurang kerjaan atau gimana ya.. Masa tidur dilantai yang dingin ini” pikir gadis cantik itu dalam batinya
Seolah tak melihat apapun, dia bergegas melanjutkan langkahnya dan mencoba mengabaikan Arga yang masih diam ditempat.
Namun karna pada dasarnya orang baik, gadis itu memutuskan untuk berbalik dan perlahan mendekati Arga.
“Mas, maaf mengganggu.. Tapi lantainya dingin loh, lebih baik mas istirahat didalam” tegur si gadis yang mendapat jawaban nihil, lalu setelah mengumpulkan keberanian dia pun menepuk lengan Arga dengan pelan dan berharap sipemilik wajah tampan didepanya mau membuka mata
“Mas”
“Mas, bisa dengar saya ti..dak” ucapnya dengan terbata begitu mata yang menghiasi wajah bak dewa itu membuka matanya dengan pelan
Tiba tiba rasa canggung dan takut menghampiri si gadis secara bersama’an, harus dia akui bahwa mata hitam pekat dengan pandangan sayu itu mampu membuatnya terpesona untuk sesat. Dan setelah tersadar dia pun perlahan bangkit dan segera berlalu meninggalkan si tampan yang tidak dia ketahui namanya.
Dan gerakan kakinya harus kembali terhenti begitu dia mendengar permintaan tolong dari Arga.
“Bisahakah kamu membantu saya untuk kembali ke Apartemen?” pinta Arga dengan suara seraknya
Dengan terpaksa si gadis memapah Arga untuk menuju Apartamen yang tadi disebutkan oleh Arga, setelah sampai di depan pintu dia segera menekan beberapa digit nomor yang menjadi kunci agar pintu didepanya terbuka.
Awalnya dia hanya ingin mengantar sampai depan pintu dan membiarkan Arga masuk sendiri, namun lagi lagi kebaikanya harus membutnya mau tidak mau memapah Arga sampai didalam kamar.
Disaat dia akan membantu Arga untuk berbaring, laki laki itu malah duduk mematung dan menatapnya tak berkedip. Hingga semua terjadi begitu cepat mengurungnya dalam dekapan hangat yang berubah menjadi paksaan menyakitkan.
Aira mendorong tubuh di atasnya sekuat mungkin, berharap dia bisa terlepas dari kungkungan lelaki b******k yang beberapa menit lalu dia tolong.
“Lepas,, tolong lepasin saya” teriak Aira dengan rasa takut yang kian bertambah saat lelaki diatasnya dengan paksa menciumi lehernya
“Lepasin..”
Arga yang mendapat penolakan bukanya berhenti tapi malah semakin tertantang untuk menaklukan gadis dibawahnya
“Sayang,, kenapa kamu nangis hmm.. Kamu tahu kan kalau aku paling gak bisa melihat kamu menangis” masih diposisi semula, Arga menghapus lelehan bening yang mengalir pada pipi Aira dengan lembut
“Jangan nangis oke.. Aku Cuma pingen ngambil hak yang seharusnya jadi milik aku dan bukanya si b******k Jordan”
Setelah melihat sikap Arga yang berubah lembut, Aira kira dia akan dilepaskan. Namun apa yang Arga lakukan sekarang malah berbanding terbalik dengan apa yang dia harapkan.
Pertahananya semakin runtuh saat Arga dengan brengseknya melepas baju atasanya, dan ini lah akhir dari pertahananya, masa depanya sudah terenggut begitu juga jiwanya yang seakan mati rasa.