Pagi sekali Fakri dan istrinya mengunjungi Apartemen milik Arga, sejak semalam setelah dia meninggalkan Arga sendiri dalam keadaan setengah mabuk dan bahkan sampai sekarang rasa khawatirnya belum juga pergi.
Oleh karena itu dia segera datang ke Apartemen Arga demi memastikan kalau sahabatnya itu masih bernafas. Dan bukanya mengakhiri hidupnya hanya karna patah hati.
“Kamu tahu pin Apartemennya kan yang..?” tanya Maretha yang dibalas anggukan kepala oleh suaminya, istrinya sekaligus sahabat dari Arga itu memaksa untuk ikut begitu dia meminta ijin untuk mengunjungi Arga
Setelah pintu didepanya berhasil terbuka, keduanya langsung masuk dan mencari keberadaan Arga.
“Ga,, Arga” panggil Fakri tanpa mendapat balasan dari orang yang sedang dia panggil
“Mungkin masih tidur dikamarnya yang, coba aku lihat dulu”
Keadaan kamar yang masih gelap membuat Maretha memicingkan matanya ke arah ranjang yang berada di tengah ruangan. Namun sebelum dia sampai di ranjang itu, kakinya tersandung oleh sebuah kain tebal seperti bahan jeans.
Kemudian diambilnya sesuatu yang tadi menghentikan langkahnya, dan dia dibuat semakin bingung saat yang dia dapati adalah sebuah celana jeans perempuan.
Tanpa berpikir lama dia segera menuju ke arah saklar lampu berada, dan betapa terkejutnya saat dia mendapati dua orang berbeda kelamin sedang bergelung dalam selimut yang sama dengan punggung t*******g.
“Arga” panggil Maretha dengan keras, hingga membuat Fikri yang tadi berada di dapur langsung menuju ke tempat istrinya berada
“Ada apa yang..?”
Maretha menunjuk ke arah ranjang dimana Arga masih terlelap. Namun tidak dengan seorang perempuan yang dia peluk dari belakang, yang kini sudah membuka matanya.
Maretha yang mengetahui jika perempuan itu sudah bangun segera menyuruh suaminya untuk keluar terlebih dahulu, jangan sampai Fakri melihat tubuh t*******g dari perempuan lain.
Aira yang sudah sepenuhnya sadar langsung bangun dari rebahanya dan tak lupa menutup tubuh telanjangnya menggunakan selimut, Maretha yang memang masih berdiri disana hanya diam memperhatikan gerak gerik Aira yang terlihat bingung juga ketakutan saat matanya menatap Arga yang masih tertidur pulas di sampingnya.
Satu hal yang kini terlintas dipikiran Maretha, apakah sahabatnya itu sudah memperkosa perempuan yang terlihat ketakutan itu?
“Kamu gak perlu takut, ada aku yang akan memastikan si b******k ini bertanggung jawab” ucap Maretha secara tiba-tiba yang mana mampu membuat Aira terkejut karna sejak tadi dia memang tidak memperhatikan keberadaan Maretha di kamar ini.
“Sebaiknya kamu segera membersihkan diri, Dan aku akan mengurus dia”
“Tapi baju ku sudah tidak bisa dipake lagi, dia yang merusaknya”
Maretha yang memahami kebingungan Aira segera berjalan menuju lemari Arga dan mengambil salah satu kaos Arga yang kemudian dia berikan pada Aira.
“Pake ini dulu, maaf soalnya disini memang tidak ada pakaian wanita”
Aira pun menerimanya dengan terpaksa karna tak ada pilihan lain, tidak mungkin jika dia memaksa untuk tetap memakai bajunya yang sudah dirusak oleh lelaki itu semalam. Dengan sedikit tertatih Aira pun berjalan ke kamar mandi yang berada di kamar tersebut.
Di dalam kamar mandi dia hanya bisa menangis sambil memandangi tubuh telanjanganya yang penuh dengan karya dari seorang Arga. Bayangan semalam masih saja teringat jelas dalam ingatanya, bagaimana cara lelaki itu menyentuhnya dengan paksa hingga setelah puas melakukanya dia langsung tertidur sambil memeluknya dari belakang.
Sedangkan dikamar Arga dibuat kaget dengan cara Maretha membangunkanya, bagaimana tidak kaget jika Maretha membangunkanya dengan cara menimpuk wajahnya menggunakan bantal. Dan setelah kesadaranya sepenuhnya berkumpul dia harus mendapat pelototan tajam dari Maretha.
“Apa’an sih Tha.. Pagi-pagi sudah gangguin orang tidur saja” keluhnya yang mana langsung bersiap ingin tidur kembali
“Berani kamu tidur lagi.. Aku gak akan segan buat guyur kamu pake air satu ember”
Arga yang mendapat ancaman dari ibu satu anak itu segera mengurungkan niatnya untuk kembali tidur. namun saat dia akan berdiri dari ranjang, Maretha berteriak kencang.
“Stop.. Jangan langsung berdiri Arga b******k, aku gak berminat lihat tubuh t*******g kamu”
Secepat kilat Arga langsung mengintip bagian bawah tubuhnya yang tertutup selimut, dan benar dia memang sedang t*******g. Bagaimana mungkin dia bisa tidur tanpa menggunakan apapun. Lalu tanpa sengaja tatapanya berkeliling ke seisi kamarnya yang sangat berantakan, pakain yang semalam dia gunakan berserakan di lantai dan juga ada guling yang tergelatak tak jauh dari ranjang.
Ah, mungkin karna efek patah hati lah yang membuat tidurnya bermasalah hingga melempar apa saja yang ada di sekelilingnya, termasuk pakaianya sendiri. Namun kenapa dia seperti melupakan sesuatu ya.
“Sudah bangun kamu Ga..?”
“Hmmm” Arga hanya membalas tanpa semangat, kenapa juga pasangan muda itu harus datang ke Apartemenya disaat Matahari belum menampkan keindahannya
“Ada apa? Tumben banget jam segini udah bertamu kesini”
Belum juga Fakri sempat menjawab tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Aira dengan rambut basahnya, dan juga jangan lupakan kaos berwarna putih Arga yang terlihat kebesaran pada tubuh ramping Aira.
Dan seketika suasana berubah menjadi sangat canggung, Aira yang mendapat tatapan berbeda dari tiga orang itu pun bingung harus berbuat apa.
Tetapi Maretha yang seakan dapat membaca ketakutan Aira segera menghampiri gadis itu yang kini masih mematung didepan pintu kamar mandi.
“Sudah selesai mandinya..?” Aira menganggukkan kepalanya sebagai balasan atas pertanyaan dari Maretha
“Ikut aku keluar sebentar yuk”
Kemudian kedua perempuan itu keluar dari kamar Arga menuju ruang tamu yang ada di Apartemen ini. Sedangkan untuk Arga yang sejak tadi menatap lekat pada Aira akan dia serahkan pada sang suami untuk segera di urus.
“Buruan mandi Ga, kita semua nunggu kamu diluar”
Setelah Fakri keluar dari kamarnya Arga segera bangkit menuju kamar mandi. disingkapnya selimut yang tadi menutupi tubuhnya dengan kasar, dan matanya tak sengaja menemukan bekas darah yang mengering diranjangnya.
Tak mau terus menebak apa yang sebenarnya terjadi, Arga memutuskan untuk segera membersihkan diri agar dia secepatnya mendapatkan jawaban.
Sekitar beberapa menit kemudian Arga keluar dari kamar dengan tubuh yang terasa segar karna baru mandi, bahkan setelan celana pendek selutut dan kaos berwarna hitam itu tampak menambah ketampananya yang sangat sayang untuk diabaikan.
Langkahnya dengan perlahan menuju ruang tamu dimana kedua sahabatnya sedang menunggu. Sejak sampai diruang tamu tatapanya tak berhenti berpaling dari Aira yang duduk dengan kepala yang terus menunduk.
Sedikit demi sedikit ingatan tentang kejadian semalam bermunculan dalam memorinya, dan dia merasa amat sangat bersalah saat tak sengaja tatapanya dan Aira bertemu. Di kedua mata indah itu terlihat sekali sorot ketakutan yang amat besar.
“b******k kamu Arga, apa yang sudah kamu lakukan semalam sampai membuatnya begitu ketakutan saat melihatmu” pikir Arga dalam hati
“Kamu gak mau jelasin sesuatu Ga.?” Tanya Maretha yang mulai jengah dengan sikap Arga yang sejak tadi hanya diam tanpa mengatakan sesuatu
“Soal yang semalam aku minta maaf, aku.. aku sangat menyesal karna sudah menyakiti kamu” ucap Arga penuh penyesalan
“Mbak aku mau pulang” ucap Aira pada Maretha yang berada disebelahnya, ungkapan maaf dari Arga sama sekali tidak dia hiraukan
Maretha yang memahami rasa takut dari Aira mencoba menenangkannya, tadi saat Arga sedang mandi dia meminta Aira untuk menjelaskan yang sudah terjadi antara dia dan Arga. Dan apa yang sudah sahabatnya lakukan semalam, terasa wajar jika Aira ketakutan saat melihat Arga.
“Aira kamu yang tenang ya,, kalian berdua perlu bicara.. Arga harus bertanggung jawab atas semua yang sudah dia perbuat sama kamu”
“Aku mau pulang”
“Jangan takut, ada aku disini.. Percaya sama aku kalau dia gak akan berani berbuat macam-macam sama kamu”
Saat Aira sudah mulai terlihat tenang, Fakri pun memberikan kode pada Arga untuk kembali berbicara.
“Aku tahu jika perbuatanku semalam sangat menyakiti kamu, oleh karena itu kamu boleh mencaci maki aku atau bahkan memukulku sepuasnya. Tapi aku mohon maafkan aku.. Aira”
Semua orang masih menantikan jawaban dari Aira, namun sejak tadi Aira hanya diam menunduk sambil menggenggam kedua tanganya dengan erat diatas pangkuanya.
Kemudian Aira dibuat kaget dengan kelakuan Arga yang sudah bersimpuh di kakinya. Lelaki itu tak berhenti mengucapkan kata maaf dan juga rasa penyesalannya.
Namun bagi Aira semua kata maaf yang Arga ucapkan hanya percuma saja. karna Kehormatanya, harga dirinya, dan masa depanya sudah hilang terenggut secara paksa kemarin malam yang tak akan pernah bisa kembali seperti semula.
Saat ini yang dia pikirkan adalah bagaimana jika kejadian semalam membuatnya hamil, lalu dia harus bagaimana untuk menjelaskan itu semua pada keluarganya yang berada di kampung. Tujuannya datang ke Jakarta adalah untuk melanjutkan pendidikanya, tapi malah berakhir dengan kehilangan Kehormatanya.
“Tolong jangan pernah muncul dihadapan ku lagi,, aku akan menganggap yang terjadi kemarin malam adalah mimpi buruk yang tak perlu di ungkit lagi” ucap Aira dengan suara bergetar, dia ingin cepat pergi dari sini karna sudah tidak kuat menahan tangisanya
Seharusnya Arga merasa senang karna perbuatannya semalam tak perlu berujung pertanggung jawaban, namun entah mengapa dia sedikit tidak suka mendengar ucapan perempuan yang bernama Air ini.
Umumnya bagi seorang gadis yang mengalami korban p*********n, mereka akan meminta pertanggung jawaban, tetapi Aira malah bertingkah sebaliknya.
“Oke jika itu mau kamu,, semoga kamu tidak menyesalinya”
Dan pada akhirnya Arga menerima permintaan dari Aira, meski keputusannya ditentang oleh Maretha dan Fakri.
Kalau mereka memang ditakdirkan untuk bertemu kembali, maka dia akan dengan senang hati menyambutnya.
Karna pada kenyataannya Arga masih merasa bersalah dan menyesal karna sudah merusak kehormatan seorang gadis.
•••
Aira berjalan gontai menuju kos tempatnya tinggal selama berada di Jakarta, dan dia hanya membalas senyum seadanya saat beberapa teman kos nya menyapa dirinya. Karna tujuannya saat ini adalah segera sampai dikamar agar dia bisa melampiaskan rasa sedihnya.
Begitu sampai dia segera mengunci pintunya dan merebahkan tubuhnya pada kasur tipis yang biasanya menjadi tempatnya tidur.
Tangis yang mulai luruh segera dia redam menggunakan bantal yang menyembunyikan wajahnya. Karna dia tidak ingin jika penghuni kos lainya sampai mendengar rintihannya.
Bahkan suara dering ponsel yang sejak tadi berbunyi tak dia hiraukan sama sekali.
Terlalu lama menangis sampai membuat Aira ketiduran, kumandang Azan dzuhur yang sedang mengalun dengan indahnya mampu membangunkan Aira yang tengah terlelap karna kelelahan akibat terlalu lama menangis.
Hatinya merasa sakit saat mengingat dirinya yang tak suci lagi, namun selalu merutuki kesedihan tak kan pernah mengurangi rasa itu. Dan malah semakin membuatnya terpuruk dalam jurang kesedihan.
Dengan perlahan dibawanya tubuh ringkih itu ke kamar mandi untuk kembali menyucikan diri. Seberapa remuk jiwanya saat ini tak akan melunturkan semangatnya untuk menghadap pada sang pencipta.
Kepada Allah lah dia mencurahkan segala kegundahan hati. Batinya tak henti mengucapkan istigfar karna mengharap sebuah ampunan. Setelah puas bermunajat dia segera merapikan peralatan Sholatnya.
Lagi dan lagi benda persegi panjang yang berada di dalam tas berbunyi, Saat ponsel miliknya sudah berada dalam genggaman, Aira hanya menatap layar ponsel itu dengan diam.
Dia tidak mungkin menjawab panggilan dari temanya yang bernama Meghan itu dengan keadaannya saat ini.
Karna itu akan semakin membuat Meghan khawatir.
Berbicara tentang Meghan seharusnya saat ini dia sedang bersenang senang dengan temanya itu, mereka berdua sudah merencanakan akan mengisi waktu libur dengan menonton film yang sudah mereka bahas sejak beberapa hari lalu.
Dan siapa sangka rencana itu menjadi berantakan karna dirinya yang malah berakhir kehilangan kehormatanya ditangan Arga. Andai saja waktu itu dia mengabaikan Arga dan lebih memilih melanjutkan langkahnya menuju unit Apartemen Meghan, mungkin saat ini dia masih menjadi Aira yang penuh dengan impian masa depan.