Sejak kembali dari toko bunga Ayesha, kegelisahannya tidak berhenti sampai malam ini. Khalid berniat menghubungi Ayesha, tapi dia tidak ingin wanita itu beranggapan yang tidak-tidak terhadap sikapnya. Tadi siang saja, Ayesha sudah menangkis sikapnya dengan berkata kalau dirinya tidak perlu menaruh banyak perhatian. Namun, entah kenapa ucapan Ayesha tidak berarti apapun bagi Khalid. Dia seperti sudah terbiasa menerima sikap dingin dan ketus Ayesha. “Ya Allah, Kau Maha Pelindung dan tahu bagaimana dengan kondisinya sekarang.” Khalid mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. Tubuhnya sudah rebah di atas ranjang sejak ia selesai menunaikan ibadah sunnah. Namun, pikirannya tetap tertuju pada Ayesha. Dalam perjalanan mengantar Ayesha sampai di toko bunga, ia melihat wajahnya merah padam se