*** Asiyah menikmati celiman sore tidak dengan senyuman seperti biasanya. Dia lebih banyak diam sejak Ayesha mengatakan tidak bisa lagi datang ke rumah mereka dikarenakan sibuk. “Umi, katanya tadi mau pisang goreng. Itu sampai dingin, Umi gak sentuh-sentuh.” Hamzah menyentuh lengan sang istri, menyadarkannya. Dia melirik sang suami. “Iya, Buya. Umi gak selera.” Hamzah tersenyum, memberikan segelas air untuknya. “Minum dulu, Mi. Biar pikirannya tenang.” Setelah meneguk minuman tiga kali, Asiyah menolak. Matanya melihat jarum jam di sana. “Sudah jam segini, Khalid kok belum pulang ya, Buya?” “Mungkin ada urusan di Madrasah, Mi.” “Iya, tapi Umi mau ke toko Ayesha, Buya. Takutnya Ayesha tutup cepat, gimana?” Sebenarnya Asiyah bisa meminta antar supir atau meminta tolong dirinya. Namun,