Beberapa menit setelah kepergian Khalid dan Ayesha, seorang wanita datang ke rumah mereka sambil membawa buah tangan berupa buah-buahan dan kue kering. Kedatangannya tentu disambut ramah oleh mereka. “Repot-repot kamu, Nis.” “Gak apa-apa, Umi. Lagian kalau besok-besok, takutnya Nisa gak sempat. Karena lusa Nisa mau balik ke Jakarta ngikut Abah.” “Oh, jadi kamu beneran mau pindah ke Jakarta, Nisa?” “Bukan pindah sih, Ukhti. Cuma nginap satu minggu aja. Habis tuh balik lagi ke sini.” “Oh, iya-iya.” “Biar Nisa aja yang taruh makanannya di piring, Umi.” “Iya, Nak.” Rumah tampak sepi. Tidak ada Buya dan suami Ukhti Zainab, termasuk Khalid tidak terlihat dalam pandangan. “Sepi ya, Mi. Pada ke mana semua, Mi?” “Buya sama Akhi belum pulang, ngisi acara sejak siang. Kalau Khalid, baru aja