“Aku minta maaf sudah melihat yang tidak pantas, tapi setelah menutup tokomu bersama-sama, aku dan Aisyah akan segera pulang.” Khalid menurunkan pandangan dan melihat sebungkus korek api kayu ada di atas meja. Ia mengambilnya. “Segeralah berbenah, aku akan pulang setelah kau mengunci pagar,” jelasnya sekali lagi, kemudian keluar menuju halaman samping. Aisyah bergeming sambil menyeka air mata yang kembali terjatuh. Ia sendiri pun tidak bisa membalas ucapan Khalid. Padahal, bukan kedatangan Khalid yang menyebabkan ia menangis, melainkan tiba-tiba ia teringat dengan almarhum kedua orang tuanya. Ingin sekali dirinya memeluk mereka berdua, berpelukan seperti saat terakhir sebelum ia pergi menimba ilmu di negeri seribu menara. Namun, dia tidak mungkin menjelaskan alasan kesedihannya. Karena d