"Kita tidak sedang main pencarian harta karun di sini."
Itu Fadlan yang mendumel sih. Fadli tertawa. Tapi pernah melakukannya kok gara-gara harta papi sewaktu kecil dulu. Ya tak sengaja juga. Namamya juga bocah-bocah. Mereka melihat peta di atas meja kerja papi. Usia mereka waktu itu ya 9 dan Feri ya 11 tahun. Apa yang mereka lakukan?
Pergi ke perkebunan papi ketika mereka sedang libur sekolah dan ya liburannya di Malaysia. Di sana mereka mencari sesuatu yang diduga harta karun. Ternyata apa coba itu? Hanya skeumpulan surat cinta dari para lelaki untuk mami mereka yang disembunyikan oleh papi mereka. Hahahaha. Lucu memang.
Waktu itu kan, mami masih bekerja sebagai wanita karir yang terkenal cantik, muda, dan sukses. Tak heran kalau banyak yang suka sekalipun tahu kalau mami sudah menikah. Dan lagi ya, hubungan mami dan papi saat itu sering renggang karena pertengkaran. Ya namanya juga pasangan muda. Namun dapat juga bertahan kan hingga sekarang. Ya kan?
Kini kembali ke hutan, mereka masih menyusuri hutan meski Fadli justru tidur. Dulu juga begitu kok. Waktu mereka mencari harta karun di hutan itu, Fadlan yang menyeret Fadli dengan menarik telinganya agar segera melanjutkan perjalanan sebelum menjadi gelap. Hasilnya?
Ya harta karun dapat tapi tak tahu jalan pulang. Hahahaha. Akhirnya beberapa jam kemudian ditemukan warga sekitar yang memang dikerahkan untuk mencari mereka ke dalam hutan. Mami sungguh ketakutan kala itu. Iya lah. Tiga anak lelakinya hampir hilang. Bagaimana tak ketakutan?
Malam ketika ditemukan, ketiganya masih disayang-sayang. Besoknya abru deh dimaeahi mami. Hahahaha. Feri sih yang paling parah. Karena anak pertama dan dianggap seharusnya tak membawa adik-adiknya masuk ke dalam hutan. Padahal semua ide bermula dari Fadli. Kini?
Tak ada bedanya. Fadlan menjewer Fadli untuk ikut melangkah masuk. Feri terkekeh. Jadi teringat masa kecil mereka yang sudah berlalu lama sekali. Memang lucu kalau diingat lagi. Tak ada yang berubah.
Mereka mengelilingi hutan hingga empat jam sampai terdengar suara sirine. Semua orang berlari ke sana. Itu pertanda kalau ada yang menemukan sesuatu. Apa?
"Menjaaaauh!"
Karena khawatir berbahaya, banyak yang menghentikan langkah. Meski Fadlan dan yang lain tetap memdekat untuk memastikan apa yang baru saja ditemukan. Apa?
Tumpukan bendera berlambang Black Phanter. David dan timnya sengaja membuat tanda itu agar Fadlan dan yang lain juga tak keliru mencari barang yang dimaksud. Yang lain langsubg menjauh seketika. Ada suara detik yang mereka khawatirkan ternyata bensr-benar bom. Tim khusus baru tiba dan mendeteksi dulu apa sebenarnya yang ada di balik tumpukan itu. Apa?
Tak ada bom yang terdeteksi lantas dengan hati-hati, salah satu dari mereka menyibak bendera itu. Hanya jam biasa. Tidak ada bom. Lalu ada sebuah kotak yang cukup besar. Sebelum dibawa, tentu saja harus dibuka dulu isinya bukan? Tapi eh tapi telepon yang ada di sana berdering. Dilihat dari namanya ada tulisan Black Phanter.
"Angkat."
Itu Fadli yang memberikan perintah. Maka diangkat tapi David menyuruh agar telepon itu diberikan pada Fadlan. Maka Fadlan lah yang menerima telepon itu. Apa katanya?
"Ada password khusus kalau mau membuka peti itu. Isinya akan sangat menakjubkan. Bukan kah kalian butuh untuk mengetahui siapa dalang kejahatan di negara kalian dan kejahatan apa yang jauh lebih mengerikan yang akan segera terjadi di negara kalian?"
"Apa maumu?"
Ia sedang tak ingin berbasa-basi sebetulnya. Hahahaha. Ditanya begitu, David malah tertawa.
"Yakin tak tertarik dengan isi peti itu? Kalian akan menyesal!"
Lalu ia mendengar banyak tawa dari belakang David. Ia ditertawakan begitu? Untungnya ia bukan Fadli. Karena kalau Fadli, pasti sudah diteriaki sejak tadi. Namanya juga Fadli, sulit menahan emosi.
"Oke. Siapa tahu kalian berunah pikiran ya? Hanya ada satu cara untuk membuka peti itu. Misi khusus."
Apa misinya? Sungguh gampang. Sungguh sangat mudah. Tapi mempertaruhkan harga diri. Hahahaha. Apa?
Ide ini terlintas karena David sering melihat anaknya, Acha, menonton salah satu saluran Korea Selatan yang isinya.....
"Sialan tuh David!"
Itu makian dari Fadli. Wira? Masih ternganga usai membaca misi usai menyalakan laptop yang ada di samping peti. Apa isi misinya? Hahaha. Gampang kok, mereka hanya perlu menari sesuai video yang diputar itu. Gerakan video itu yang harus mereka tiru. Begitu sudah hapal, mereka harus melakukan penampilan dengan direkam lalu videonya harus dikirim pada geng Black Phanter lagi. Hahahahaaha. Lantas apakah mereka akan melakukannya?
"Gila aja."
Fadli menolak mentah-mentah. Hahaha. Tentu saja tak ada yang mau. Akhirnya ya membawa pulang peti itu meski tak bisa membukanya . David tentu saja tahu kalau peti itu dibawa karena ia sudah menaruh sesuatu di sana untuk bisa melacak posisinya.
"David sialan. Kalau ketemu lagi, gue suruh dia nari India."
Itu dendam kesumat Fadli. Feri dan yang lain malah terbahak. Haaah. Bahkan dikala seperti ini pun masih saja mereka sempat tertawa.
"Mereka pergi, bos."
David terkekeh mendapat laporan itu dari anak buahnya. Ia justru tersengum kecil.
"Percaya lah, mereka akam melakukannya suatu saat nanti."
Ya sekarang memang belum. Tapi setidaknya ia sudah memberi jalan mengenai nusibah besar yang sedang mengintai bukan?
David tersenyum kecil. Lihat saja. Begitu mereka semua melakukannya, ia akan pamerkan video itu pada dunia. Hahahahaaha. Ternyata ini lah sekumphlan lelaki Adhiyaksa itu. Hahahahaha. Membayangkannya saja membuatnya tak berhenti tertawa. Padahal belum terjadi loh.
Sementara Fadlan dan yang lain justru baru saja terlelap. Mereka sungguh lelah dan kini harus kembali ke bandara. Harus terbang lagi ke Jakarta dengan membawa peti. Entah apa isinya, mereka juga penasaran. Walau ada juga pikiran kalau itu hanya cara David mempermainkan mereka. Tapi Fadlan juga berpikir kalau ada sesuatu di dalamnya yang tak penting. Namun masalahnya mereka harus menari, menghapal koreografi dan menampilkannya sama persis dengan di video, itu kan gila. Hahahaha. Ia juga ogah. Yang lain juga begitu bisa jatuh wibawanya dong sebagai kepala rumah sakit. Hahaaha.
Fadli? Masih tak berhenti menyumpahi David. Ia sudah bertekad akan memberikan misi yang lebih sulit. Namun ada tugas di baliknya tentu saja, apa itu? Ia harus bisa mencari kelemahan David untuk bisa membuatnya joget India dengan memamerkan pusar. Hahahaha. Idenya tak kalah konyol kan? Jangan salah. Siapa suruh lelaki itu memulai mencari perkara padanya?
"David sialan!"
Ia masih memaki. Fadlan yang lain terbahak. Mereka sudah berada di dalam pesawat pribadi Regan menuju Jakarta. Mereka tertawa karena suara makian itu. Fadli benar-benar tampak emosi.
"Tuh orang emang harus dikerjain bakim suatu saat nanti."
Itu kekesalan Regan sih. Ya iya lah. Ia sudah mengerahkan banyak pasukan hanya untuk berhadapan dengan hal konyol dan orang-orang yang tak kalah konyol. Sudah gila ya?
@@@