Yang terjadi sebelum makan malam... Seperti dikhianati, hatinya dalam waktu berdekatan mendapatkan rasa sakit yang luar biasa, asalnya dari anak-anaknya sendiri. Halim mengurung diri, membatasi agar tidak melampiaskan marahnya pada anaknya. Ia termenung duduk di tempat kerjanya berjam-jam, saat seperti ini tak akan ada yang berani menghampiri dirinya kecuali Kaflin Lais. “Harsa mengadu pada Ayah? Apa yang dia bilang? Seharusnya tidak perlu ganggu waktu Ayah dan Bunda yang masih rindu pada Mbak Aurora dan lainnya.” Katanya. Kaflin mendekati putranya, mengulas senyum kecil, “Kikan beritahu semua yang terjadi,” sembari meletakan sebuah buku tabungan. Halim menatap itu, lalu membaca nama pemilik buku tabungan tersebut. Kikan memang membuka beberapa tabungan untuk anak-anaknya. Namun, ya