Felora dilarang keluar dari kamarnya, sampai Sagara datang sore hari. Menemuinya ke kamar, Felora menyipitkan mata mendapati tunangannya justru berbalik dan membuka pintu lebar-lebar. “Tutup saja pintunya, Saga.” Kepalanya yang menggeleng, tegas menolak usul tersebut. Kening Felora semakin mengernyit dalam, “biasanya juga di tutup. Ayah yang minta?” “Tidak selalu ayah yang minta, aku lebih nyaman gini, Chocolate girl.” Jelasnya sambil melangkah, memerhatikan wajah tunangannya yang pucat. “Bagaimana kondisi di bawah?” tanya Felora, kejadian pagi tadi, terkuaknya sang adik yang sudah ikut turnamen sejauh itu tanpa pengetahuan Ayah, jelas menimbulkan kegaduhan luar biasa. Suasana tidak nyaman, Ayah bahkan sampai tidak ke rumah sakit, membatalkan banyak agenda penting. Harsa tersel