7. Guru Eukela

1203 Kata
Lima murid perempuan berdiri mengelilingi seorang gadis yang tak lain adalah Irhea. Dia mengamati kelima orang itu dengan mata menyipit. Sesaat kemudian sebuah serangan telapak tangan melesat ke depan, tepat ke arah dadanya. Irhea segera menghindar ke samping. Namun, demikian serangan telapak tangan lain datang lagi dari arah yang berbeda. Kelima orang itu mulai menyerangnya secara bersamaan. Irhea menyipikan matanya dan mulai menajamkan pendengarannya. Setiap gerakan tangan yang ingin mendarat di tubuhnya langsung bisa terdeteksi. Kedua matanya mulia berkilat. Ini situasi yang sangat baik! Dia menarik sudut bibirnya lalu segera bergerak menghindari setiap serangan orang lain. Gerakannya selalu tepat dan hasilnya … serangan-serangan yang menargetkan tubuhnya hanya berlalu begitu saja. Shiera yang melihat ini menjadi kesal. Bagaimana Irhea bisa menghindar dengan mudah? Bukankah gadis itu dirumorkan tidak bisa melakukan apa-apa? Dia mengerutkan kening dengan heran. “Irhea, trik apa yang kau gunakan saat ini?” Irhea segera menggeleng memasang wajah polos. “Trik apa? Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku bisa menghindari serangan kalian. Atau mungkin … kalian yang sebenarnya tidak melakukan itu dengan benar?” “Apa maksudmu?!” seru salah satu kawan Shiera. “Kalian … memang ingin menyerangku atau tidak? Atau jangan bilang kalau kalian sebenarnya tidak mampu menyerangku?” tanya Irhea dengan polos. Dia mendengar dan merasakan langkah kaki mendekat dalam jarak yang dekat. Kemungkinan ada orang yang akan datang ke sana. Bagus. Irhea berharap orang itu datang ke sini dan membantunya. Itu pun jika bukan seorang pengecut yang datang. “Apa maksudmu adalah kami tidak becus?! Kau meragukan kemampuan kami?!” Irhea menggeleng lagi. “Tidak, tidak. Di bagian yang mana aku meragukan kemampuan kalian?” kilahnya. Shiera mendengkus. Dia pun menatap Irhea dengan sinis. Tiba-tiba pusaran air kecil muncul di telapak tangannya. Akhirnya dia tidak tahan untuk menggunakan kemampuan sihirnya. Dia tidak sabar menghadapi Irhea meskipun itu berarti dia mengingkari kesepakatan mereka. “Apa yang kau lakukan?!” Irhea langsung melebarkan matanya melihat pusaran air kecil itu. “Kau tidak bisa menggunakan sihir. Itu melanggar kesepakatan!” Shiera langsung tertawa. Kemudian dia memainkan pusaran air itu sambil menyeringai. “Siapa yang peduli? Aku hanya peduli dengan hasilnya, bukan pada prosesnya,” ucapnya dengan dingin. Pada detik selanjutnya, dia langsung melemparkan pusaran air itu ke depan. Pusaran yang ukurannya sangat kecil mulai tumbuh menjadi lebih besar dan lebih besar. Irhea melangkah mundur menjauh dari pusaran air itu. Dia bisa saja terseret ke dalamnya sewaktu-waktu dan itu pasti tidak akan berakhir dengan baik. ‘Sialan sekali Shiera ini. Mengingkari kata-katanya sendiri,’ gerutu Irhea dalam hati. Pada saat itu pusarat bergerak cepat ke arah Irhea. Namun, tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi. Pusaran itu berputar arah dan berakhir menyerbu ke pengirimnya. Pusaran itu menyerbu Shiera dan kelomponya dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Tentu saja hasil ini mengejutkan semua orang. Shiera dan kawan-kawannya langsung memucat melihat serangan pusaran air yang berkali-kali lebih kuat dari sebelumnya. Mereka segera berlari menjauh dalam ketakutan dan kebingungan. Irhea berdiam diri tanpa bisa berkata-kata. Keheranan masih memenuhi pikirannya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa pusaran itu justru menyerang kelompok itu? Tiba-tiba tatapannya menangkap bayangan putih yang melangkah mendekat. Akhirnya dia melihat siapa itu. Eukela, gurunya yang sangat baik. “Guru, apa kau yang melakukan itu?” tanya Irhea dengan takjub. Jadi orang yang sebelumnya dideteksi sedang melangkah mendekat adalah gurunya sendiri. Betapa beruntungnya dia. “Anak-anak itu sungguh menyebalkan. Untung aku datang tepat waktu,” ucap Eukela dengan malas. “Terima kasih sudah menolongku lagi,” Irhea berkata dengan tulus. Di sini tidak ada orang sebaik Eukela. Wanita itu selalu mellindunginya pada banyak kesempatan. “Kau muridku, wajar jika aku melindungimu.” Kemudian Eukela berbalik. “Ayo ikut denganku,” katanya. Irhea tidak bertanya banyak hal. Dia hanya mengangguk lalu segera mengikuti Eukela entah ke mana. Dari belakang dia bisa melihat bagaimana tubuh ramping gurunya yang melenggang santai. Eukela adalah wanita yang cantik. Namun, Irhea tidak tahu berapa usianya. Mungkin sudah menginjak seratus tahun? Ya, di dunia ini memang tidak sulit untuk mendapatkan umur yang panjang. “Kudengar kau baru saja bertemu dengan kepala akademi,” ucap Eukela tiba-tiba. Nadanya terdengar menyelidik. “Mm.” Irhea mengangguk. Tidak mudah menyembunyikan kebenaran dari gurunya. Wanita itu selalu memiliki penglihatan yang bagus. “Apa kau membuat masalah?” tanya Eukela sambil membuka pintu. Akhirnya mereka sampai di kediaman Eukela. Irhea menggosok hidungnya. Dia merasa bingung dengan pertanyaan itu. Haruskah dia memberi tahu saja segala hal tentang pohon ajaib itu pada gurunya? Eukela baik, mungkin dia bisa memercayainya. “Sebenarnya ada hal aneh yang baru saja terjadi,” ungkapnya kemudian. “Duduklah. Kita akan bicarakan itu,” kata Eukela sambil duduk di kursi. Dia menatap gadis di depannya dengan santai karena tidak ingin membuatnya gugup. Akhirnya Irhea duduk di hadapan gurunya. Dia menatap gurunya dengan saksama. “Hari ini makam leluhur dibuka sepenuhnya bukan?” Eukela mengangguk. “Ya. Bagaimana dengan itu?” “Aku merasakan sesuatu yang aneh. Pada saat aku berada di gedung perpustakaan, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang memanggilku ke pemakaman,” ungkapnya. “Jadi, kau datang menyusup ke sana?” Kening Eukela tampak berkerut samar. “Yahh … mungkin bisa dibilang begitu,” balas Irhea dengan sedikit malu. “Aku mencari selama beberapa saat lalu menemukan pohon ajaib itu. Aku tidak tahu pohon apa, tetapi itu benar-benar sesuatu yang menakjubkan!” Eukela menjadi tertarik mendengar cerita itu. Dia langsung bertanya, “Apa yang membuatnya menakjubkan?” “Kekuatannya. Ada kekuatan khusus yang membuka indraku. Aku merasa seperti menjadi manusia yang benar-benar hidup. Itu seperti … aku baru saja terbebas dari penyakit lama.” “Hmm ….” Eukela tampak berpikir selama beberapa saat. Matanya tidak pernah terlepas dari sosok Irhea di depannya. “Kau sebelumnya bisa menghadapi Shiera?” Irhea mengangguk. “Aku bisa mendengar dengan sangat baik. Setiap gerakan mereka, aku bisa mendengarnya. Meskipun ini sebenarnya sedikit mengganggu karena aku mendengar lebih banyak suara dari yang seharusnya.” “Bodoh.” Eukela sedkit mengejek. Namun, setelah itu ekspresinya menjadi sumringah. Dia berseru keras, “Itu adalah keajaiban, Irhea! Keajaiban!” Irhea tersenyum manis. “Ya, aku senang dengan perubahan itu. Namun, aku perlu mengetahui pohon apa itu. Aku sudah menanyakan itu pada kepala akademi, tetapi dia sendiri tidak tahu.” “Di mana letak tepatnya pohon itu?” tanya Eukela. “Di tengah-tengah lingkaran pohon beringin.” Kening Eukela kembali berkerut. Dia tiba-tiba teringat dengan pohon peninggalan leluhur di masa lalu. Pohon itu sempat menjadi kebanggan leluhur jadi dia pernah mendengar itu. “Lalu apa yang Tuan Mattis katakan?” “Itu pohon yang leluhur dapatkan dari ras pohon di hutan Burblack,” jawab Irhea. “Ya, itu memang benar. Aku sempat mendengarnya di masa lalu. Namun, aku juga tidak tahu pohon apa itu,” ujar Eukela. “Selama ini tidak ada seorang pun yang pernah mendapat manfaat dari pohon itu. Tapi kau mendapatkannya, Irhea! Pasti pohon itu memilihmu.” “Memilihku?” Irhea menjadi bingung. Eukela menghela napas. “Baiklah, itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah … kau harus mulai kembali mempelajari sihir,” ucapnya sambil mengeluarkan sebuah buku yang sangat tebal. “Guru, itu adalah ….” Eukela membuka buku itu lalu ribuan mantra sihir langsung terpampang di depan mata. Irhea yang melihat ini langsung memelotot. Itu benar-benar sangat banyak!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN