11. Menunjukkan Diri

1366 Kata
“Jika kau tidak memberi tahuku, maka aku tidak akan mengizinkanmu masuk. Atau … jangan katakan kalau ternyata kau memiliki keterkaitan dengan guncangan yang terjadi di pemakaman?” tebak Ijius yang langsung membuat Eukela mendengkus. “Jangan sembarangan berasumsi. Aku hanya ingin ikut mencari tahu tentang penyebab guncangan itu,” desisnya dengan jengkel. Itu sebenarnya hanya kebohongan. Dia hanya ingin mencari Irhea. Ijius memicingkan mata. Dia tidak bisa membiarkan Eukela masuk sendirian. Jika Eukela memang ingin mencari tahu tentang guncangan itu, dia harus ikut mencari. Jadi, jika Eukela menemukan sesuatu, dia pun bisa mengambil kesempatan untuk mendapatkan keuntungan darinya. Akhirnya dia mendengkus. “Bagaimana aku bisa tahu apakah yang kau katakan ini benar atau tidak? Kalau begitu aku akan ikut denganmu.” “Tidak!” Permintaan Ijius ditolak mentah-mentah. “Aku hanya ingin pergi sendiri.” Kening Ijius langsung berkerut. Sekarang dia menjadi curiga pada Eukela. Apa yang sebenarnya akan wanita itu lakukan? Sepertinya Eukela merasa takut jika dia mengikutinya? “Kau terlihat sangat mencurigakan.” “Apanya yang mencurigakan? Hanya karena kau ditugaskan untuk mengawasi pemakaman, lalu kau dengan bebasnya mulai mencurigai guru lain?” Eukela mendengkus. “Jangan berlagak senior di depanku. Kau bukan guru yang memiliki pamor bagus,” cibirnya terang-terangan. Tentu saja ucapan Eukela langsung membuat Ijius marah. “Eukela, Eukela, jika bukan karena kau memiliki hubungan dekat dengan kepala akademi, maka guru-guru lain pasti sudah lama memusuhimu!” “Mereka memang sudah memusuhiku. Kau pikir aku tidak tahu?” Ekspresi Eukela terlihat sangat mengejek. Irhea menguping pembicaraan kedua orang itu dengan perasaan heran. Sejak pertama kali dia menjadi murid di akademi, Eukela dengan Ijius memang sudah saling tidak menyukai. Dia tidak tahu apa penyebabnya dan itu sungguh membuatnya merasa heran. “Mereka benar-benar seperti kucing dan tikus,” gumam Irhea yang akhirnya melangkah mundur. Dia ingin berjongkok di sana, tetapi tanpa sengaja kakinya menginjak ranting-ranting kering hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Irhea langsung meringis. Betapa cerobohnya dia. Sekarang lihat, semua orang yang berada di pintu gerbang langsung menoleh ke semak-semak di mana dia berada. Rasanya dia ingin mengutuk dirinya sendiri. “Apa itu?” Ijius mengerutkan kening. “Siapa di sana?!” Tentu saja tidak ada jawaban yang terdengar. Perasaan Irhea menjadi semakin cemas saja. Jangan sampai mereka menemukan keberadaannya atau dia bisa diserahkan ke kepala akademi. Siapa yang tahu hukuman apa yang menantinya setelah itu. Ijius mulai melangkah untuk memeriksa. Eukela yang melihat ini langsung mencegahnya. “Tunggu.” “Apa?” Ijius bertanya dengan wajah tidak senang. Eukela tidak langsung menjawab. Tatapannya fokus pada semak-semak yang terlihat mencurigakan. Dia mencoba merasakan keberadaan seseorang yang berada di balik semak-semak. Kedua matanya langsung berkilat. Setelah beberapa saat barulah dia menatap Ijius. “Bukankah Guru Ijius yang terhormat ini ingin mengikuti dan mengawasiku? Aku akan pergi sekarang, terserah apa yang akan kau lakukan setelah ini,” ucapnya dengan penuh penekanan. Setelah itu dia melangkah pergi begitu saja. Ijius kembali mengerutkan keningnya. Dia menatap Eukela yang mulai menjauh. Akhirnya dia batal memeriksa semak-semak. Dia lebih memilih pergi mengawasi Eukela daripada mengurus hal lain. Irhea yang melihat ini akhirnya bisa menghela napas lega. Ketegangan yang dirasakannya akhirnya bisa dilepaskan. Hampir saja …. Meskipun merasa lega, dia sebenarnya juga merasa heran dengan satu hal. Bukankah sebelumnya Eukela tidak ingin Ijius mengawasinya. Namun, kenapa wanita itu berubah pikiran dan membiarkan Ijius mengawasi? Tidak ada waktu untuk memikirkan itu sekarang. Irhea harus segera keluar dari tempat itu terlebih dahulu. Setelah itu mungkin dia bisa memikirkannya lagi. Pada saat itu suara lonceng tiba-tiba terdengar. Para penjaga gerbang itu mulai meninggalkan gerbang, entah karena apa. Mungkin sudah waktunya pergantian waktu jaga? Atau mungkin mereka memiliki instruksi yang lain? Irhea tidak mengetahui tentang hal-hal itu. Namun, yang pasti ini adalah kesempatannya untuk pergi. Jadi, setelah memastikan tidak ada siapa pun di sekitar gerbang, dia segera berlari keluar meninggalkan pemakaman. Napasnya terdengar naik-turun tidak teratur. Dia berlari melewati beberapa tempat sampai akhirnya dia tiba di depan pintu kediaman Eukela. “Hah … hah … hah ….” Dia mengusap keringat di dahinya. Perasaannya menjadi lebih tenang setelah beberapa saat waktu berlalu. Sekarang mungkin lebih baik dia menunggu di depan rumah itu. Rumah tempat tinggal Eukela ini berada di sisi belakang akademi. Bangunannya tidak begitu besar karena hanya ditinggali oleh satu orang saja. Lagipula jika terlalu besar, guru-guru lain pasti akan cemburu. Di samping pintu ada bangku panjang yang terbuat dari kayu. Irhea memutuskan untuk menunggu di sana. Dia akan berpura-pura tidak tahu ke mana Eukela pergi. Beberapa saat kemudian sosok Eukela akhirnya muncul. Irhea segera bangun dan menyambutnya dengan senyum lebar. “Aku mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada respons. Ternyata benar, Guru memang pergi ke luar.” Eukela langsung mendengkus. “Jangan berpura-pura tidak tahu. Aku tahu apa yang sudah kau lakukan,” ucapnya dengan cemberut. “Apa?” Irhea terkejut. “Apa maksud Guru?” Eukela membuka pintu lalu segera menarik Irhea masuk ke dalam. Dia membawa gadis itu melewati beberapa ruangan sampai akhirnya tiba di depan pintu besi yang tertutup rapat. Pintu itu belum dibuka, tetapi auranya sudah terasa suram. Perasaan Irhea menjadi was-was dan sangat tidak nyaman. “Guru, apa yang akan kau lakukan?” “Menghukum gadis nakal sepertimu!” omel Eukela dengan keras. “Untuk apa kau masih datang ke pemakaman?! Apa kau ingin membuat masalah dengan kepala akademi?!” Irhea menelan ludahnya dengan gugup. Jadi benar, Eukela memang sudah mengetahui tentang kepergiannya ke pemakaman. Lalu apa yang harus dia katakan sekarang? “Guru, jangan marah. Aku datang ke sana bukan untuk hal yang buruk. Aku tidak mencuri apa pun dari pemakaman, aku juga tidak merusak apa pun di sana.” Dia mencoba membujuk Eukela agar tidak marah. “Entah kau mencuri atau tidak, itu tidak memungkiri kenyataan bahwa kau tidak patuh pada kepala akademi dan kepada gurumu ini, Irhea. Bukankah aku sudah mengatakannya? Jangan datang ke pemakaman lagi.” Irhea menjadi sedikit bersalah. Dia menunduk lalu berkata, “Maaf, tapi aku … harus melakukan itu. Aku masih ingin mengetahui beberapa haal tentang pohon itu.” Eukela langsung berdecak. “Sepertinya kau memang sangat keras kepala. Hari ini masih beruntung aku bisa menyelamatkanmu dari Ijius. Jika tidak, si tua itu pasti akan menyeretmu ke hadapan Mattis.” Kemudian dia membuka pintu besi yang tertutup rapat itu. Ruangan yang gelap dan suram langsung terpampang di depan mata. Bau debu yang apak langsung tercium di udara. “Masuk ke dalam! Renungi tindakanmu hari ini!” perintah Eukela dengan tegas. “Guru, kau tidak benar-benar tega menghukumku, kan?” tanya Irhea sedikit tidak percaya. Namun, Eukela hanya menatapnya dengan datar, tidak seperti biasanya. “Guru, kau benar-benar akan menghukum gadis imut ini?” Irhea mengedip-ngedipkan matanya sambil memasang wajah memelas. “Berhenti merayu gurumu! Aku tidak akan luluh dengan metodemu ini!” seru Eukela yang kemudian mendorong Irhea masuk. Setelah itu dia langsung mengunci gadis itu di dalam. “Guru! Kau sangat kejam!” Irhea berteriak sambil menggedor pintu. Dia merasa sedikit takut berada di dalam ruangan suram itu. Benar-benar gudang yang jarang dipakai. “Aku tidak akan mengeluarkanmu sampai besok pagi! Atau aku bisa saja mengeluarkanmu jika kau membujukku dengan sesuatu yang lain,” balas Eukela sambil menyilangkan tangan di depan d**a. “Sesuatu yang lain? Yang menarik?” Irhea mengerutkan kening selama beberapa saat. Kedua matanya langsung berkilat. Sepertinya di tahu cara membujuk gurunya itu. “Guru, apa kau tahu? Aku sudah bisa mempraktikkan sihir!” seru Irhea dari dalam. “Jangan membohongiku atau aku akan menambah masa hukumanmu.” “Sungguh, murid ini tidak berbohong. Percayalah ....” Eukela masih sedikit skeptis. Dia sudah banyak berharap pada Irhea, tetapi di masa lalu harapan-harapan itu hanya berakhir menjadi kekecewaan. Sekarang dia masih ragu. Kalaupun gadis itu bisa mengenali sihir, seharusnya tidak akan secepat itu. “Guru, keluarkan aku dari sini lalu aku akan menunjukkan kemampuanku padamu. Aku tidak akan mengecewakanmu kali ini. Aku berjanji untuk itu!" seru Irhea dengan sungguh-sungguh. Eukela menghela napas. Pada akhirnya dia kembali membuka pintu itu dan masih akan memberikan kesempatan pada Irhea. “Ayo, tunjukkan padaku,” pintanya dengan mata menyipit. Irhea langsung tersenyum lebar. Dia segera menarik tangan Eukela keluar dari rumah. Dia akan menunjukkan pada Eukela apa yang sudah dia dapatkan dari pohon ajaib itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN