Mata Mata

1133 Kata
Dalam perjalanan menuju apartemen Radit, sekretaris Kim masih bertanya tanya apa yang terjadi, apalagi terlihat bagaimana gelisahnya majikannya. Sekretaris Kim sudah mengenal Tom cukup lama, dan tidak biasanya dia terlihat seperti ini. Jika ada masalahpun, biasanya Tom akan langsung menceritakannya untuk menanyakan pendapatnya. Namun Kim tahu ini karena Radit dan Mega? Sesuatu terjadi pada mereka? Tapi apa? Kenapa sampai Tom mengeluarkan Radit dari kartu keluarganya dan akan menikahkannya dengan Mega? Jujur saja, itu membuat Kim sakit hati. Bagaimana tidak, perempuan yang dia kagumi dan cintai akan menikah. Tidak terpikir akan secepat ini, setidaknya seharusnya Tuhan memberinya kesempatan untuk menunjukan rasa cintanya, memberi kesempatan untuk dirinya berjuang dan merasakan kebahagiaan itu meskipun pada akhirnya ditolak oleh Mega, “Apa yang sebenarnya terjadi, Tuan Besar?” tanya Kim. “Apa anda baik baik saja?” Tom menghela napas, dia menatap keluar jendela. “Cukup siapkan saja pernikahan untuk Radit dan Mega, mereka harus segera melakukannya.” “Ba… baik, Tuan,” ucap Kim gugup. Jujur saja membahas ini membuatnya sakit hati. Sesampainya di apartemen Radit, Tom masuk ditemani Kim untuk melihat keadaan Mega. Kebetulan, Mega ada di sana sedang sarapan sambil melamun. Membuat Tom yakin atas apa yang terjadi. Padahal, pada kenyataannya Mega sibuk memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya jika Radit tidak kunjung menjadi miliknya. Dia berfikir sampai tidak sadar ada seseorang yang masuk. “Mega Sayang….” Suara itu tidak asing di telinga Mega. “Papah?” Mega menengok, dia tersenyum manis. “Bagaimana keadaanmu?” Tom menatap sendu anaknya, dia mengusap kepala Mega penuh kasih sayang. Bagaimanapun sifatnya, Mega adalah anak kandungnya, darah dagingnya. “Aku baru saja mandi,” ucap Mega mulai berakting dengan tersenyum palsu. “Siapa yang mengeluarkanmu dari kamar?” tanya Tom saat dia ingat terakhir kali mengunci Mega di dalam kamar. “Kak Radit,” ucap Mega malas, dia memainkan sereal di depannya. Tom mengetatkan rahangnya, bertanya dengan nada bicara penuh penekanan. “Apa dia melakukan sesuatu?” “Papah ingin duduk dan bicara?” Tom mengisyaratkan agar Kim pergi ke tempat lain, membuat pria itu memilih balkon supaya bisa mendengar. Karena Kim memiliki perasaan pada Mega dalam diam, membuatnya penasaran akan sesuatu yang terjadi dengan perempuan itu, penasaran akan alasan Mega harus menikahi Radit. “Apa Radit meyakitimu lagi?” “Tidak, Kakak hanya marah dan pergi.” “Bisa kamu jelaskan apa yang terjadi semalam? Maaf Papah tidak ada di sana untu kamu.” Tom memegang tangan putri semata wayangnya. Membuat Mega membuang pandangan, dia harus berbohong agar mendapatkan Radit, Mega sudah menantikan moment bersama Radit sejak dulu. Semua pria dia tolak demi Radit, dia nakal demi Radit, dan sekarang dia akan kuliah demi Radit. Jadi Mega tidak akan berhenti sebelum mendapatkan kakaknya. “Aku tidak ingin mengingatnya, Papah.” “Oh, Sayang…” Tom membawa putrinya ke dalam pelukan, memberikan ciuman di puncak kepala anaknya berulang kali. “Tidak apa, Sayang. Maafkan Papah. Maaf Papah tidak ada di sana, maafkan Papah.” “Dia… dia… hiks… dia menyeretku ke kamarnya begitu saja…. Dia… seolah lupa aku adiknya… hiks… Mega takut, Pah.” Mega memeluk Tom erat, kemudian mulai memangis sebagaimana scenario otaknya menyuruh dia melakukan ini. “Tidak apa, Sayang. Tidak apa. Semuanya akan baik baik saja.” Tom melepaskan pelukannya dan menyeka air mata putrinya. “Sayang, Mamahmu meminta Radit menikahimu.” Mega menatap terkejut. “Papah tahu kamu membencinya sekarang ini. Jika kamu tidak menginginkannya tidak apa, Papah akan bicara lagi dengan Mamahmu.” “Tidak, Pah.” Mega menahan tangan Tom. Mega bertanya dengan suara pelan seolah tidak berdaya. “Siapa yang akan menerima gadis sepertiku? Bekas orang dan sangat menjijikan.” Di sana, Kim mendengarkan semuanya. Kim sendiri tahu bagaimana sifat Radit, tidak mungkin dia melakukan itu. Bagaimana Radit menyayangi kedua orangtua angkatnya, menyayangi Mega dengan sepenuh hati. Rasanya mustahil Radit melakukannya, yang mana membuat Kim curiga jika Mega yang bertindak di sini. “Kim,” panggil Tom. “Iya, Tuan?” Sekeretaris Kim mendekat. “Kim, jaga dia di sini. Ada yang harus aku lakukan.” “Baik, Tuan.” Dan saat Tom pergi, Mega menghapus air matanya dengan ekspresi datar. Kemudian menatap Kim yang berdiri di balkon. “Woah, aku mendengar kau belajar psikolog? Aku yakin kau mengerti. Tapi jangan ikut campur urusan keluargaku. Paham?” Kim menatap tidak percaya, apa yang membuat gadis sebaik Mega berubah menjadi monster mengerikan seperti ini? “Kenapa anda melakukan ini, Nona?” “Kau dibayar untuk bekerja padakku, kenapa kau menanyakan hal pribadi? Heran, kenapa banyak sekali orang yang menentangku.” Kim menunduk saat mendapatkan tatapan tajam dari Mega. “Maafkan saya, Nona.” “Apa kau disuruh menyiapkan pernikahanku dan kakak, Sekretaris Kim?” Seketaris Kim mengangguk. “Iya.” Mega menyeringai di sana. “Oke, masuklah. Aku akan membuat cokelat panas. Kau mau?” “Tidak terima kasih.” “Hey…., pasti kehidupanmu membosankan bukan? kenapa kau selalu diam saja? oh ya, aku punya pekerjaan untukmu, Sekretaris Kim.” *** “Papah mau kamu ngundurin diri dari Dekan, dan masuk ke perusahaan setelah menikah dengan Mega. Untuk pendidikan Mega, Papah akan tunggu sampai dia mau sendiri. Jangan memaksanya. Apalagi dia mungkin trauma setelah kejadian ini. papah marah sama kamu, dan kamu harus bertanggung jawab untuk ini.” Kalimat itu terus terngiang di kepala Radit, dia terpaksa harus mengundurkan diri dari jabatannya yang baru saja dia terima beberapa minggu ini. Ada lima belas panggilan dan dua puluh pesan dari Feyra, Radit tidak tahu harus bagaimana. Dia membereskan barang barangnya ke dalam kardus untuk dibawa pulang. Sampai seseorang masuk ke ruangannya. “Pak?” tanya Feyra terkejut dengan Radit yang sedang berkemas. Baru juga mereka berkencan, kini apa yang terjadi? kemana pria itu akan pergi? Batinnya ingin menangis karena fikiran negative mengambil alih. “Fey?” “Bapak mengundurkan diri? Jadi itu benar?” “Fey, saya bisa jelaskan.” “Semalaman saya telponin Bapak, nggak diangkat. Kirim pesan dibaca doang. Bapak ini mau mempermainkan saya atau bagaimana?” “Fey, tenang.” Radit menutup pintu dahulu, dia mendorong pelan Feyra untuk duduk. “Saya tidak perna berniat untuk mempermainkan kamu.” “Lalu apa semua ini?” tanya Feyra menahan tangisannya. Radit menarik napasnya dalam, dia mulai menjelaskan semuanya tanpa ada yang ditambahkan atau dikurangi. Bahkan sifat Mega yang barbar dan mencintainya. Tidak ingin menyembunyikan apapun, Radit bahkan mengatakan kalau dirinya hanyalah anak angkat. Membuat Feyra menangis dan menutup wajahnya merasa sakit hati. “Fey.” Radit berjongkok di depan Feyra. “Saya harus bagaimana? Saya menceritakan Bapak ke orang tua saya.” Radit menegang. Secepat itu? “Saya suka sama Bapak dari pertama Bapak datang. Saya harus bagaimana? Saya janji sama orangtua saya untuk membawa Bapak ke ruma saya.” Radit menggenggam tangan Feyra yang menangis. Dan di pintu yang tidak tertutup rapat, ada seseorang yang memotret kebersamaan mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN