11. The First Challenge

1905 Kata
Semua kontestan terkesiap setelah mereka membuka mystery box masing-masing, tak terkecuali Rhea. Semula ia sudah membayangkan akan ada bahan makanan yang tidak familiar baginya di balik kotak itu. Nyatanya, yang ada di sana adalah dua bahan makanan yang sudah sangat sering dilihat setiap orang sehari-hari. Wortel dan kentang. Otak Rhea seketika saja langsung bekerja memikirkan apa yang bisa dia buat menggunakan dua bahan makanan itu, terutama jika dibuat dalam bentuk dessert yang memang merupakan bidang keahliannya. Kalau wortel bisa dibuat carrot cake, terus nanti tinggal dikreasiin dikit aja supaya jadi unik. Kentang juga bisa dibikin donat sih, tapi pasti bakal banyak juga yang bikin donat kentang. Besar kemungkinan dibanding-bandingin, jadinya risky. Kalau kentang enaknya dibikin apa ya? Potato gratin mungkin? Atau gnocchi tapi pakai curry sauce? Lamunan Rhea dan hiruk pikuk para kontestan yang saling berbincang karena melihat isi mystery box pun dihentikan oleh suara tepukan tangan Nerissa untuk menarik perhatian mereka kembali ke depan. "Oke semuanya, kalian semua sudah melihat apa isi dari mystery box kalian, kan?" Nerissa tersenyum lebar mendengar semuanya mengiyakan secara bersamaan. "Wortel dan kentang, itu adalah dua bahan makanan yang pastinya sering kalian liat sehari-hari. Jadi, saya rasa kalian nggak perlu khawatir ya untuk tantangan mystery box pertama kita ini. We are still in easy phase," lanjut Nerissa. Wanita cantik itu pun menoleh ke arah para juri. "Benar kan, Chef?" Para juri hanya menjawabnya dengan senyuman. Khusus untuk Jendra, lelaki itu menyunggingkan senyum miringnya yang menyebalkan. Sebisa mungkin Rhea menghindari melihat wajah pria itu semata agar ia tidak merasa gondok sendiri. "Untuk detail tantangan mystery box pertama kita ini akan dijelaskan langsung oleh Chef Jendra. Kepada Chef Jendra saya persilahkan." Jendra maju menuju meja yang ada di depan para juri. Di tengah meja itu juga sudah ada mystery box. Jendra membukanya, menunjukkan dua bahan makanan yang sama dengan milik para kontestan. Bedanya, selain ada keranjang berisi wortel dan kentang, di sana juga sudah ada beberapa piring kecil yang terisi. Karena meja Rhea ada paling depan, ia pun bisa melihat dengan jelas apa isi dari piring-piring kecil itu. Yang ternyata, setiap piring berisikan potongan wortel dan kentang dengan tipe yang berbeda. Ada wortel yang dipotong sangat kecil-kecil, wortel dengan bentuk sedikit lebar memanjang, kentang berpotongan dadu, dan kentang berpotongan tipis memanjang. Rhea pun langsung ngeh, tantangan apa yang akan mereka lakukan setelah melihat itu. "Kalian bisa liat kan, apa yang ada di piring-piring ini?" Mulai Jendra. Ia mengangkat satu per satu piring itu dan menunjukkannya ke depan agar yang lain juga bisa melihat apa isinya. "Ini adalah potongan wortel dan kentang dengan tipe yang berbeda-beda. Ada wortel dengan potongan fine brunoise dan batonnet, juga kentang dengan potongan dice dan fine julienne." Jendra meletakkan piring-piring itu kembali ke atas meja. "Jadi di tantangan pertama ini, kalian belum diharuskan untuk masak apapun. Kami hanya mau menguji knife skills kalian, karena kemampuan itu adalah hal yang wajib untuk dimiliki seorang cooking master. So, the challenge is, kalian harus memotong kentang dan wortel ini persis seperti contoh yang ada di depan." Tebakan Rhea benar. Mereka belum disuruh untuk memasak apapun, dan hanya harus memotong sayuran-sayuran itu. Rhea bisa melihat beberapa kontestan terlihat tersenyum dan merasa aman karena menganggap tantangan itu tidak sulit untuk dilakukan. Jendra juga menyadarinya, sehingga ia menepuk meja dengan tangan, yang mana membuat beberapa dari mereka agak tersentak. "Jangan anggap ini mudah dulu," katanya tegas. "Walaupun terkesan sepele, tapi kalian harus teliti dalam mengerjakan tantangan ini. Ada tiga poin yang akan kami nilai, yaitu kecepatan, ketepatan, dan konsistensi. Jadi, jangan sampai ada potongan sayuran kalian yang ukurannya beda-beda atau tidak sesuai ukuran. Kalau sampai salah, kalian harus mengulang. Paham?" "Yes, Chef!" "Untuk wortel berpotongan fine brunoise." Jendra menunjuk piring berisi wortel berpotongan kecil-kecil itu. "Ukurannya tidak boleh lebih dari satu kali satu milimeter. Sedangkan untuk yang potongan batonnet." Jendra beralih pada piring wortel yang satunya. "Panjangnya sekitar tiga centimeter dengan tebal dan lebar satu centimeter." Terakhir, Jendra menunjuk dua piring berisi potongan kentang. "Sedangkan untuk kentang berpotongan dice atau dadu ukuran panjang, lebar, dan tingginya satu centimeter. Dan untuk fine julienne, panjangnya sekitar tiga sampai lima centimeter, dengan tebal dan tinggi dua milimeter. Sampai sini mengerti?" "Yes, Chef!" "Bisa?" "Yes, Chef!" "Good." Jendra kembali tersenyum miring. "Dalam tantangan ini, untuk dua kontestan yang paling cepat dan paling tepat menyelesaikan tantangan ini akan mendapat reward berupa waktu tambahan sepuluh menit di tantangan selanjutnya. Sementara untuk dua kontestan yang paling terakhir selesai, akan mendapat punishment pengurangan waktu sepuluh menit di tantangan selanjutnya." Beberapa kontestan terdengar mengerang, takut berada di posisi terakhir dan mendapat hukuman yang sama sekali tidak menguntungkan itu. Nerissa kembali mengambil alih setelah penjelasan panjang dari Jendra tadi. Ia tersenyum manis pada para kontestan yang sudah tegang menunggu aba-abanya. Dan... "Tantangan mystery box pertama kalian dimulai dari sekarang!" Semua kontestan pun langsung mengambil pisau masing-masing, kemudian mulai bekerja dengan satu harapan yang sama; ingin jadi pemenangnya. *** Bukannya mau sombong, tapi tantangan knife skills ini bukan lah hal yang sulit bagi Rhea. Meskipun saat ini ia dikenal sebagai seseorang yang berkecimpung dalam bisnis dessert yang tidak terlalu membutuhkan banyak knife skills, tapi Rhea pernah bekerja di sebuah kafe dimana ia mengasah kemampuan knife skills-nya. Rhea bekerja cukup lama di kafe itu, Cielo Cafe namanya. Walau posisinya bukan lah sebagai juru masak di sana, namun Rhea sering diminta untuk melakukan prepping bahan-bahan masakan, yang salah satu tugasnya adalah memotong sayuran dan buah-buahan dalam berbagai macam jenis potongan. Karena itu, Rhea sudah terbiasa menggunakan pisau untuk memotong sayuran dalam bentuk yang dicontohkan di depan, hingga bentuk potongan lain. Dan Rhea juga sanggup memenuhi tiga poin yang tadi disebutkan oleh Chef Jendra. Kecepatan, ketepatan, dan konsistensi. Dengan lihai, ia menggunakan pisau untuk mengupas wortel dan kentang itu. Lalu, mulai memotong-motongnya sesuai dengan yang diharuskan. Galeri itu pun dipenuhi oleh suara pisau yang beradu dengan talenan. Rhea bisa merasakan tensi di ruangan itu karena semua orang yang terobsesi untuk jadi yang paling cepat. Tapi, Rhea memilih untuk santai agar tidak tegang dan bisa lebih teliti. Ia pun tidak terlalu berniat untuk jadi dua orang tercepat itu. Yang penting, dia tidak jadi yang paling terakhir saja, lalu mendapat pengurangan waktu untuk tantangan selanjutnya yang entah apa. Rhea masih menyelesaikan potongan keempatnya ketika salah satu kontestan maju untuk menunjukkan hasil kerjanya pada juri. Lalu diikuti oleh satu kontestan lagi. Juri lah yang akan menilai apakah hasil kerja mereka layak dan memenuhi ketiga poin tadi, atau mereka harus mengulang. Rhea tidak tahu siapa saja yang sudah maju itu karena ia masih fokus dengan pekerjaannya sendiri. Namun, ia masih bisa mendengar dengan jelas komentar yang diberikan oleh para juri untuk dua kontestan itu. Suara Jendra yang paling menggelegar ketika ia berujar pada salah satu dari mereka, "Ulang! Masih ada ukuran yang nggak sama!" Yang satu lagi pun bernasib sama dan mendapat teriakan untuk mengulang dari Jendra. Di belakangnya, Rhea bisa mendengar bisik-bisik kontestan lain yang jadi merasa tidak percaya diri dan takut disuruh mengulang oleh Jendra yang mulai menunjukkan taringnya sebagai juri galak. Rhea sih tetap santai. Ia cukup percaya diri dengan hasil kerjanya. Satu orang kembali maju bersamaan dengan Rhea yang juga baru saja selesai. Ketika mendongak, dilihatnya yang maju ternyata Laras. Rhea yang sudah selesai pun menyusul, mendahului Gala yang juga hendak maju, sehingga lelaki itu pun batal melangkah. Karena mereka diharuskan maju bergantian maksimal dua orang. Rhea dan Laras sampai berbarengan di meja juri. Laras sempat melirik Rhea singkat, namun sinis. Sepertinya perempuan itu benar-benar tidak suka pada Rhea karena dia merupakan penggemar garis keras Jendra. "Halo, Laras dan Rhea." "Halo, Chef!" Laras membalas centil sapaan Jendra yang maju untuk memeriksa pekerjaan mereka. Rhea nyaris meringis jijik melihat kelakuan Laras itu. Sementara ia hanya membalas sapaan Jendra dengan senyum sopan dan anggukan singkat. "Kenapa kamu senyam-senyum begitu, Laras? Percaya diri kalau hasil kerja kamu bener?" "Iya dong, Chef," jawab Laras yakin. "Saya pasti jadi salah jadi yang pertama dapat reward." Jendra berdecih. "Biasanya yang paling kepedean itu bakal jadi yang kalah." "Enggak dong, Chef. Ini namanya saya punya motivasi yang tinggi. Hehe." Jendra hanya geleng-geleng kepala, lalu ia mulai memeriksa pekerjaan Laras. Baru saja memeriksa piring pertama berisi kentang yang seharusnya berpotongan fine julienne, Jendra tertawa. "Motivasi yang tinggi apanya? Ini aja salah. Yang kamu buat ini bukan fine julienne, tapi regular julienne." Ia melihat ke piring-piring yang lain. Meski hanya melirik sebentar saja, Jendra langsung tahu apa yang harus dikomentarinya. "Dice kamu terlalu besar, ini bukan satu kali satu tapi udah satu setengah nyaris dua. Fine brunoise kamu juga kegedean, sedangkan yang batonnet malah kekecilan. Ulang semuanya!" Kepercayaan diri Laras dan komentar dari Jendra yang sangat bertolak belakang pun sukses mengundang gelak tawa dari kontestan lain. Laras langsung memasang ekspresi muram karena malu. Diiyakannya perintah Jendra, kemudian ia mengambil nampan berisi pekerjaannya, dan cepat-cepat kembali ke mejanya. Nah, sekarang giliran Rhea. Jendra sudah berpindah untuk menelaah nampan berisi piring-piring pekerjaan Rhea. Sebelum memberikan penilaian, ia terlebih dahulu melirik Rhea dan menyunggingkan senyum menyebalkan itu lagi. "Kira-kira kamu bakal bernasib sama dengan Laras nggak ya, Rhea?" "Mudah-mudahan nggak, Chef," jawab Rhea. Ia tidak mau terdengar terlalu percaya diri seperti Laras tadi, karena tidak ingin malu. Jendra mengangkat piring milik Rhea satu per satu tanpa berkomentar apa-apa. Ketika menilai punya Laras tadi, Jendra hanya melihatnya dan langsung menarik kesimpulan. Sedangkan milik Rhea, Jendra memerhatikan satu per satu cukup lama, bahkan sampai menyentuh wortel dan kentang itu dengan tangan untuk melihatnya dan merasakan ukurannya dengan lebih jelas. Ia kembali melihat Rhea, kali ini dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan. Lalu, tanpa bilang apa-apa, Jendra mundur. Ia memberi gestur pada Bunda Ami dan Chef Manuel untuk ikut menilai pekerjaan Rhea. Mereka pun maju dan langsung melakukan penilaian. Tidak butuh waktu lama bagi keduanya untuk memeriksa pekerjaan Rhea satu per satu, sampai akhirnya Chef Manuel tertawa, dan menoleh pada Jendra sembari menggelengkan kepala. Bunda Ami pun ikut tersenyum, yang mana membuat tidak hanya Rhea saja yang bingung, tapi juga semua orang di ruangan itu. "It's perfect, Rhea." Akhirnya Bunda Ami bilang begitu. "Kayaknya, Chef Jendra terlalu nggak sanggup untuk bilang itu langsung ke kamu, sampai kami harus turun tangan." Chef Manuel menambahkan dengan nada bergurau. Senyum Rhea pun mengembang. Senang bukan main mendengar pujian yang baru saja didapatnya. It's perfect, kata Bunda Ami. Itu berarti, Rhea tidak perlu mengulang. "Kamu jadi pemenang pertama dalam tantangan kali ini." Oh, senyum Rhea semakin lebar. Senyum penuh kemenangan itu pun ditujukannya khusus untuk Jendra. Rasanya puas sekali karena di tantangan pertama ini, ia berhasil membuktikan kepada Jendra bahwa ia bisa menang dan tidak sepayah itu. "Selamat untuk Rhea! Kalau begitu, satu reward sudah berhasil didapatkan!" Nerissa berseru dan meminta semuanya untuk bertepuk tangan. Ia pun berjalan mendekati Rhea dan para juri dengan membawa sebuah kotak kecil di tangan. "Boleh dong Chef Jendra pakein reward pin ini untuk Rhea, pemenang pertama kita?" Jendra kembali maju, menuruti perkataan Nerissa. Ia mengambil sebuah pin berbentuk logo Cooking Master dalam kotak yang ada di tangan Nerissa, kemudian mendekat pada Rhea untuk memasangkan pin tersebut di apron perempuan itu. "See? I'm not that bad," bisik Rhea ketika Jendra sedang memasangkan pin tersebut. Jendra yang menjadi satu-satunya yang dapat mendengar itu pun terkekeh. Ia menunduk untuk menatap Rhea tepat pada sepasang matanya yang berwarna cokelat gelap. "Lumayan," balasnya. Selesai memasangkan pin itu, Jendra menepuk-nepuk kedua bahu Rhea sembari lanjut berkata, "But let's see, apa di tantangan berikutnya kamu bisa tetap menang, atau justru masuk pressure test."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN