10. Mystery Box

1516 Kata
Hari pertama karantina Rhea berakhir buruk. Terima kasih kepada Jendra untuk itu. Sedari awal, sudah ada beberapa orang di asrama yang tidak suka dengan Rhea, yang tidak lain dan tidak bukan adalah barisan penggemarnya chef gila itu. Setelah Rhea diwawancarai oleh Jendra kemarin, tidak perlu ditanya bagaimana mereka jadi menatap Rhea sinis. Terlebih lagi karena mereka menguping di luar ruangan selama prosesi shooting dan mendengar apa saja yang dibicarakan oleh Rhea dan Jendra saat itu. Rhea bahkan sempat mendengar salah satu dari mereka berujar ketika Rhea berpapasan dengannya, "Songong amat jadi orang." Like seriously? What the f**k? Menurut Rhea mereka begitu childish dan gila. Yah, memang tidak jauh berbeda dengan idola mereka yang juga sama gilanya. Setiap hari, kebencian Rhea terhadap Jendra semakin bertambah. Pria itu benar-benar tahu bagaimana caranya membuat Rhea kesal. Dimulai dengan menyindirnya secara halus, hingga mengumumkan kepada semua orang tentang taruhan mereka yang tidak pernah Rhea setujui secara langsung. Entah kenapa, Jendra sesuka itu mencari masalah dengan Rhea. Dan itu cukup membuatnya stress. Satu-satunya yang membuat Rhea merasa lebih baik kemarin adalah pujian dari Gala setelah wawancara itu selesai. "Sumpah, lo keren banget karena bisa seberani itu sama Chef Jendra. Bahkan, kalau gue jadi lo, gue rasa gue nggak akan seberani itu." Iya, Rhea memang berani, dan itu didorong oleh emosi. Setelahnya, Gala tidak tahu saja bagaimana Rhea menyesali omongannya sendiri. Ia hanya semakin menambah masalah dengan chef gila itu. Tidur Rhea semalam pun jadi tidak nyenyak karena ia banyak pikiran. Mulai dari memikirkan Aiko, kabar Aiko's Cakery, perlakuan sinis beberapa, masalah Jendra, hingga kompetisi Cooking Master yang akan dimulai besok. Semalaman Rhea merasa pusing dan gugup sendiri. Ia bahkan jadi melupakan niatnya untuk bersosialisasi dengan peserta yang lain. Sejauh ini, ia baru berteman dengan Gala. Bahkan dengan teman sekamarnya pun, Rhea belum banyak bicara. Tapi beruntungnya, Rhea mendapatkan teman sekamar yang baik. Seorang ibu rumah tangga berusia empat puluh tahunan bernama Ningsih. Keesokan harinya, di saat Ningsih baru bangun tidur, Rhea justru sudah siap. Ningsih yang baru bangun tidur pun sampai kaget dan otomatis bertanya, "Ini sudah jam berapa?" Rhea meringis. "Masih jam lima kurang kok, Mbak." "Owalah. Kamu kok cepet banget udah siap-siap?" "Iya, tadi bangunnya kecepetan." Ningsih menggelengkan kepala. "Kantung matamu nggak bisa bohong. Nggak bisa tidur ya? Gugup?" Lagi-lagi, Rhea hanya bisa meringis dan menganggukkan kepala saja. Ningsih tersenyum lembut. "Nggak usah terlalu gugup, supaya kamu nggak nge-blank di galeri nanti. Santai aja, anggap kamu mau ikut kursus masak, bukannya kompetisi masak," sarannya. "Bakal saya coba, Mbak." Iya, Rhea benar-benar akan mencoba berpikir kalau dirinya tidak akan mengikuti kompetisi memasak, melainkan kursus memasak. Namun, tidak mudah sama sekali untuk berpikir begitu di saat Rhea punya banyak pikiran yang lain. Di galeri nanti, Rhea benar-benar harus melakukan yang terbaik, karena itu lah yang dikatakannya pada Jendra. Kalau bisa, ia juga harus memenangkan tantangan di galeri nanti agar semua orang bisa memberikan penilaian yang baik untuknya. Rhea tidak mau malu, apa lagi kalau sampai masuk pressure test di hari pertama kompetisi ini. Jam delapan pagi, mereka sudah harus berkumpul di galeri. Sebelum itu, jantung Rhea benar-benar berdetak tidak karuan dan telapak tangannya berkeringat dingin. Ia bahkan sulit untuk fokus mendengarkan arahan dari kru mengenai apa yang harus mereka lakukan selama berada di galeri nanti. "Oke semuanya, setelah hitungan ke sepuluh nanti, kalian semua masuk dan lakukan sesuai arahan. Got it?" Semua mengiyakan pertanyaan kru itu. Kini semuanya sudah berbaris di depan pintu galeri Cooking Master yang sebentar lagi akan dibuka. Rhea yang berdiri di bagian tengah kian merasa gugup mendengar hitungan mundur dari kru. Gala yang kebetulan berbaris di sebelahnya pun menyikut Rhea pelan. "Santai aja," bisiknya. "Lo keren jadi lo pasti bisa kok." Rhea hanya melempar senyum padanya, sebab ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi sebagai balasan karena pintu galeri sudah dibuka. Cooking Master musim ini pun resmi dimulai. Rasanya seperti mimpi ketika memasuki galeri Cooking Master yang sebelumnya hanya bisa dilihat lewat televisi. Galeri itu sungguh megah, berukuran besar dengan interior khas Cooking Master yang sudah sangat dikenal oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Meja-meja tempat para peserta akan memasak pun sudah berbaris rapi, lengkap dengan kompor dan alat memasak lainnya. Menoleh ke kanan, ada pantry berisi bahan makanan dan perkakas memasak yang lengkap. Kamera-kamera pun tersebar di berbagai sudut galeri itu, siap untuk menyorot setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh para peserta. Rhea jadi agak merinding memasuki galeri yang sangat memukau ini. Membayangkan ada ribuan orang yang berlomba-lomba untuk bisa berada di sini pada akhirnya membuat Rhea cukup merasa bangga terhadap dirinya sendiri. "Selamat datang ke galeri untuk para peserta Cooking Master musim ini!" Semua peserta berseru senang menanggapi sapaan yang diberikan oleh Nerissa Dilarai selaku pembawa acara untuk Cooking Master dari tahun ke tahun. "Seperti yang kalian lihat, sudah ada cooking space yang tersedia untuk semua peserta di sini. Jadi, silahkan menempati cooking space kalian masing-masing!" Rhea mencari cooking space yang tertera namanya. Ternyata, miliknya ada di bagian paling depan dan paling tengah! Rhea tidak tahu apakah ia harus merasa senang atau tidak dengan posisinya yang akan sangat berdekatan dengan para juri. Selain itu, di setiap cooking space para peserta, sudah ada sebuah mystery box yang sangat identik dengan Cooking Master. Setelah semua peserta menempati cooking space mereka masing-masing, Nerissa pun memanggil para juri untuk masuk. Satu per satu, juri muncul. Dimulai dari Chef Manuel, Bunda Ami, dan terakhir...tentu saja Chef Jendra yang mendapat sorakan paling keras, terutama dari gengnya Laras. Rhea benar-benar menahan diri untuk tidak memutar bola mata karena itu. Dengan posisi Rhea yang ada paling depan dan di tengah-tengah, ia jadi berhadapan lurus dengan Jendra. Rhea bahkan bisa melihat pria itu menatap ke arahnya dengan sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah seringai kecil. Benar-benar mengesalkan. "Selamat datang juga para juri Cooking Master! Senang karena kita bisa bertemu lagi di musim terbaru kali ini, dengan kontestan yang baru. Saya rasa, para kontestan di sini sudah mengenal semua jur-juri kita. Ada Chef Manuel, Bunda Ami, and of course...the scary Chef Jendra. Kalian semua sudah siap menjalani kompetisi musim ini dan dikomentari oleh para juri hebat kita?" "Siap!" Semua peserta berseru excited secara bersamaan. Nerissa tersenyum lebar. "That's the spirit! I love it! And for the judges...mind to give them a word or two?" Bunda Ami selaku yang paling senior di sana pun mengambil alih untuk bicara. "Thank you, Nerissa," ujarnya ramah. "Kami juga senang sekali karena bisa berada di musim terbaru Cooking Master lagi. Untuk para kontestan selamat datang! Adalah sebuah kebanggaan kalian bisa berada di sini sekarang, mengalahkan ribuan orang yang sangat ingin berada di posisi kalian. Jadi, kalian semua harus berusaha dengan baik dan jangan menyia-nyiakan apron yang sudah berhasil kalian dapat. So, good luck everyone!" "Thank you, Bunda Ami!" Semuanya kembali berkoor. "Yang dikatakan Bunda Ami benar," sahut Chef Manuel. "Di sini, kalian harus berusaha dengan baik. Ikuti semua tantangan dengan semangat ingin menang. Dalam memasak, kalian juga harus menggunakan kreatifitas, ketelitian, juga ketepatan waktu. Itu tiga kunci utama yang harus diingat selama kalian berkompetisi di Cooking Master. Mengerti?" "Yes, Chef!" "Good. Prepare yourself well for the challenges then." "Thank you, Chef Manuel," ujar Nerissa. Kini ia beralih menatap Jendra yang sedari tadi masih diam. "Chef Jendra gimana? Any word?" Jendra tersenyum miring dan memandang satu per satu kontestan yang ada di ruangan itu. Rhea jengah sekali karena pria itu seolah ingin mengintimidasi mereka semua dengan melakukan itu. Lalu, entah ini Rhea terlalu percaya diri atau kenyataannya memang begitu, ia merasa tatapan Jendra terarah padanya ketika pria itu berujar, "Amaze me and don't you ever disappoint me. Bisa?" "Yes, Chef." "Kenapa jawabannya jadi menciut begitu? Bisa nggak saya tanya?" "YES, CHEF!" Baru lah Jendra tersenyum puas. "Well, kalian semua sudah tau kan segalak apa Chef Jendra? Jadi, sebaiknya kalian turutin kata-katanya kalau kalian nggak mau disemprot komentar pedas sama Chef Jendra di Cooking Master season ini." Nerissa menyambung. Ia tersenyum pada Jendra dan bertanya. "Atau Chef Jendra ada rencana untuk nggak galak di musim ini?" "Nggak sama sekali, Nerissa. Penilaian saya justru akan jadi semakin ketat." "That's scary. Tapi, saya yakin semua kontestan di sini siap untuk memberikan usaha terbaik mereka supaya nggak akan mengecewakan Chef Jendra dan chef yang lainnya. Dan untuk membuktikan itu, kita akan langsung mulai ke tantangan pertama." Mendengar itu, semua peserta yang ada di sana pun jadi tegang sekaligus excited, termasuk Rhea. Tatapan mereka semua langsung tertuju pada mystery box yang ada di meja masing-masing. "Seperti yang kalian lihat, di meja kalian sudah ada mystery box. Tantangan pertama kalian di Cooking Master ada di dalam mystery box itu." Nerissa tersenyum misterius. "Gimana? Sudah siap untuk tau apa tantangannya?" "Siap!" "Oke! Sekarang, kalian boleh meletakkan kedua tangan di atas mystery box itu, tapi baru baru boleh dibuka setelah aba-aba saya." Kedua telapak tangan Rhea semakin berkeringat dingin ketika ia memegang dua sisi dari kotak itu, siap untuk membukanya. Nerissa tersenyum misterius. "Dalam hitungan ketiga, kotaknya baru boleh dibuka." Rhea semakin gugup. "Tiga..." Nerissa menghitung pelan. "Dua..." Bagaimana kalau ternyata isi di kotak itu adalah bahan makanan yang sebelumnya tidak pernah Rhea buat atau ketahui sama sekali? "Satu!" Let's see, apa isi mystery box itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN