Jimin masih memeluk Naira erat. Membiarkan dirinya jadi pelampiasan kemarahan karena memang ia bersalah. Sampai kemudian tangisnya mereda barulah Jimin membimbing wanitanya untuk duduk di sofa. "Naira, aku minta maaf akan semuanya." Digenggamnya kedua tangan sang istri. "Aku tahu aku salah. Dan, akan lebih bersalah lagi jika terus membuatmu salah paham, karena itulah aku mendekatimu sebagai sosok Jimin. Aku ingin kau menerimaku sebelum aku ungkap kebenaran ini." Naira enggan menjawab. Ia hanya menunduk membiarkan sisa isakannya terus keluar. Dibiarkannya saja Jimin melakukan apa yang diinginkan. "Sayang, kau tak mau menjawabku?" "Untuk apa aku menjawabnya. Kau sudah mengontrakku, 'kan? Karena itulah kau berhak penuh menjadikan aku boneka mainan tanpa perlu peduli rasa sakit yang kurasa