Akhirnya Mas Rafi setuju dengan permintaan Rosa untuk meresmikan pernikahan mereka walau siri. Mas Rafi mengatakan bahwa nanti ketika gadisnya sudah lulus sekolah, harus mau meresmikan pernikahan ini menjadi resmi. Rosa menyetujuinya, tapi ia tidak secara cuma-cuma menyetujui permintaan Mas Rafi.
Ia akan mempertimbangkan segala keraguan nya dengan berjalannya waktu. Rosa penasaran, apakah sikap kekasihnya itu nanti akan berubah menjadi lebih baik atau justru sebaliknya. Langkah awal yang Rosa lakukan adalah memikirkan bagaimana caranya untuk menghilangkan keraguan terhadap Mas Rafi.
Setelah seminggu kondisi Rosa membaik, dan hari ini adalah hari pernikahan mereka. Mereka menikah dengan memalsukan segalanya. Orang Tua dan Saksi adalah orang bayaran Mas Rafi semua. Tidak ada satupun keluarga mereka, yang mengetahui semua ini.
Tepat tanggal 21 November 2009, mereka resmi menjadi suami istri dan tepat tanggal ini pula Rosa ulang tahun. Memang Mas Rafi sengaja menikah di tanggal ini karena menurutnya akan menjadi acara yang besar nanti nya jika dibarengi dengan hari ulang tahun Rosa.
Mereka menjalani semuanya berdua, tanpa keluarga yang tau dan tanpa orang lain ikut campur dalam rumah tangga mereka.
*****
Sudah seminggu mereka menikah. Mas Rafi meminta izin kembali bekerja di Jakarta dan Rosa mengiyakan saja suaminya pergi. Lagi pula liburan Rosa telah usai dan harus kembali menjadi siswa di sekolahan.
Hari itu setelah Mas Rafi mengajak Rosa berbelanja dan mengantar pulang ke rumah, ia langsung pamit untuk berangkat ke Jakarta.
Rosa pov
Awalnya, Mas Rafi menolak dengan permintaanku. Saat ini, aku hanya ingin menikah siri. Setelah sekian lama beradu pendapat, akhirnya Mas Rafi menyerah dan menyetujui permintaan aku menikah siri. Dengan catatan, setelah aku lulus SMA nanti mau untuk meresmikan pernikahan tercatat di kantor agama, aku hanya mengiyakan saja.
Selama satu minggu, setelah kondisiku membaik. Mas Rafi mengurus semua keperluan pernikahan kami sendirian. Mulai dari tanggal, orang tua hingga saksi yang nantinya akan dibayar.
Dia, mengambil tanggal bertepatan dengan tanggal ulang tahunku. Mas Rafi sengaja menyamakan tanggal nya. Karena menurut nya, kami nanti bisa merayakan hari pernikahan sekaligus hari ulang tahunku.
Sudah seminggu kami menikah, dan kondisi pernikahan kami masih baik-baik saja. Masin-masih harus kembali pada aktivitasnya. Mas Rafi kembali ke Jakarta untuk bekerja, dan aku kembali ke sekolah untuk belajar. Liburanku telah usai.
Hari ini di rumahnya, aku membantunya berkemas. Menyiapkan segala keperluan nya selama di Jakarta, setelah semua di rasa beres. Mas Rafi mengajakku pergi berbelanja sebelum mengantarkan aku pulang ke rumah.
Setelah puas berbelanja, aku diantar pulang kerumah. Ia pamit kembali ke Jakarta.
"Sayang, Mas harus balik lagi ke Jakarta." Mas Rafi memandangku, dengan sorot mata yang sulit sekali ditebak.
"Iya gpp, berangkat aja, Mas. Disana kan mas kerja, cari nafkah untukku. Jadi ya aku memperbolehkan Mas untuk berangkat lagi ke Jakarta." Aku tersenyum tipis, seakan enggan menarik bibirku untuk tersenyum. Aku mempersilahkan suamiku kembali pergi kerja.
"Jaga diri baik-baik selama mas jauh ya sayang. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Adek jangan kecapean. Kalau butuh apa-apa adek hubungi Mas." Mas Rafi berbicara, seolah-olah ia sangat bertanggung jawab.
Ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumahku untuk berangkat lagi ke Jakarta.
"Mas nya berangkat kerja lagi, Non?" tanya Mbak Tuti tiba-tiba sudah ada dibelakangku.
"Aduh Mbak, bikin kaget aja sih. Iya tuh dia baru saja berangkat, Mbak. Biarin lah cari uang di sana, daripada di sini risih. Bolak balik aja rumah haha." Aku berjalan kembali ke arah kamar dan meninggalkan Mbak Tuti sendirian dibalik pintu.
Aku masuk kamar untuk beristirahat, mengistirahatkan badan dan otak juga pikiran ku. Karena beberapa minggu ini cukup menguras tenaga dan juga pikiran jernih ku.
Aku memikirkan bagaimana nanti nasib rumah tanggaku kedepan nya. Aku juga memikirkan apa tanggapan keluarga setelah nanti mengetahui, aku dan mas sudah menikah. Ah pikiranku seperti benang kusut.
Kurebahkan tubuhku diatas ranjang yang empuk, menarik nafas panjang dan menenangkan pikiran nya, lalu tertidur dengan pulas.
***
Beberapa bulan setelah menikah keadaan mereka masih baik-baik saja. Komunikasi sangat lancar, uang bulanan lancar dan setiap Rosa minta apapun dituruti. Sampai saat ini, Mas Rafi masih menepati janjinya pada Rosa.
Setiap pulang, Mas Rafi mengajak istrinya tidur di hotel. Mereka di Kuningan tidak ada rumah, dan karena Rosa sudah menjadi istrinya. Ia harus mau mengikuti permintaan suaminya. Sekalipun urusan ranjang.
Kadang jika Mas Rafi hanya pulang sebentar, mereka pergi main ke rumah nya. Ketemu ibu dan ayah nya. Seperti sekarang ini Rosa sedang berada dirumah Mas Rafi.
"Adik gimana kabarnya?" tanya Ibu Mas Rafi saat melihat Rosa datang. Ibunya mendekat dan memeluk Rosa.
"Alhamdulillah Bu, adek baik. Lama ya Bu, dek gak main-main kesini." Rosa terkekeh, padahal rumah mereka hanya beda Desa saja. Tapi untuk main kesini, rasanya malas sekali.
"Iya adek gak pernah main kesini, padahal kalau gak ada Rafi kesini aja dek gak apa-apa." Ibunya mempersilahkan diri Rosa untuk main, kapanpun ia mau.
"Gak enakan Bu, malu adek nya kalau main kesini sendirian haha." Rosa mencoba mencairkan suasana agar lebih dekat dengan Ibu suaminya.
Suami? Kenapa rasanya wajah dan pipi Rosa merah setiap kali menyebut kata suami. Apakah ia malu, entahlah.
"Duh Adek kaya sama siapa aja malu, Ibu kan bukan orang lain. Ibu juga kan ibunya adek, hehe." Ibu menyahuti ucapan Rosa dan tertawa bersama.
Mereka mengobrol banyak, Ibu banyak menanyakan bagaimana perkembangan Rosa selama di sekolahan. Ibu juga sesekali menanyakan bagaimana hubungan Rosa dengan anaknya. Apakah baik-baik saja, dan kapan mereka berencana akan menikah.
Jawaban Rosa simpel. Dia menjelaskan bahwa saat ini masih sekolah, mungkin nanti ketika sudah lulus sekolah atau mungkin setelah lulus kuliah.
Ibu mengiyakan saja dan memaklumi keinginan Rosa, karena katanya masih muda pasti masih ingin main dan juga menuntut ilmu lebih. Sebenarnya itu bukan alasan Rosa, alasan utamanya tetap masih ragu dengan ketulusan dan kesetiaan suaminya itu.
Ibu mempersilahkan Rosa masuk ke dalam kamar Mas Rafi untuk beristirahat, Ibu pamit mau keluar sebentar. Rosa masuk ke dalam kamar dan melihat suaminya sedang asik bermain ponsel, mungkin sedang mengurus pekerjaan. Ia berbaring disebelah Mas Rafi.
Rafi pov
Hari ini aku pulang, tapi hanya sebentar. Aku mengajak Rosa berkunjung ke rumah dan menemui ibuku. Mereka kalau sudah bertemu pasti akan ramai.
Segala sesuatu akan mereka bahas hingga tuntas. Ya seperti saat ini, banyak sekali pertanyaan yang ibu lontarkan pada Rosa. Dengan tenang, ia menjawab semua pertanyaan ibuku.
Setelah puas berbincang, ibu pamit keluar rumah karena ada keperluan mendadak. Rosa menghampiriku ke kamar, langkah kaki nya santai dan tercium parfumnya yang seringkali membuatku mabuk.
Ia membaringkan tubuhnya disebelahku. Aku masih asik dengan ponselku, karena ada beberapa pekerjaan yang masih harus diurus. Dirumah, saat ini hanya ada kita berdua. Aku meletakkan ponsel di atas nakas, dan ikut berbaring di sebelahnya.
Aku memeluk dan menarik tubuhnya agar semakin masuk ke dalam dekapanku. Aku mengecup kening dan bibirnya yang mungil dan juga sangat manis sekali. Ia membalas ciumanku dengan mesra. Aku terkejut atas respon nya, Rosa biasanya cuek tapi kali ini ia seakan terbuai dan terlena dengan perlakuanku.
Aku menjamah setiap inci tubuhnya, membuat atmosfer di dalam ruangan ini menjadi memanas. Aku mulai melucuti satu persatu kancing baju nya hingga ia berbaring tanpa sehelai benangpun yang melekat pada tubuh indahnya.
Tubuhku memanas, meminta lebih dari ini. Aku makin menjamah tubuhnya. Ia menggigit bibir bawahnya membuat pikiranku makin meminta lebih. Kami memadu kasih diatas ranjang.
Rosa terlihat kesakitan, aku mencoba menghentikan kegiatanku. Dan mengulanginya lagi, lama kelamaan Rosa seperti mulai terbiasa dengan kegiatanku. Gelombang cinta yang masuk merasuki tubuh kami semakin besar, ruangan menjadi sangat panas membuat kami semakin hanyut dalam cinta.
Aku sudah tidak tahan lagi menahan gejolak cinta, Rosa mencengkeram lenganku tanpa sadar. Kami mengerang dan menyemburkan lahar panas bersamaan. Perlahan kami mulai melemah, rasanya seperti sedang melayang di udara lalu terhempas jauh ke daratan.
Aku menyelesaikan kegiatanku, mengecup kening dan bibirnya mesra. Setelah nafas kami stabil, aku menggandeng tangan nya ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera tidur dengan memeluknya mesra.
***
Rosa pov
Aku terbangun dari tidurku, melihat jam ternyata sudah sore. Aku bangunkan suamiku, memintanya untuk mandi, setelah itu mengantarkanku pulang ke rumah.
Saat Mas Rafi sedang mandi, kejadian tadi siang berputar di otakku.
Flashback on
Aku membaringkan diri di samping suamiku yang sedang bekerja. Mencoba memejamkan mata, tapi suamiku ikut berbaring di samping.
Dia seperti tidak ingin kehilangan momen ini. Mencium dan menjamah setiap lekuk tubuhku dengan mesra. Ia mulai melucuti satu persatu kancing bajuku dan meloloskannya dari tubuhku, hingga saat ini tidak ada sehelai benang yang melekat pada tubuhku.
Atmosfer dalam ruangan berubah menjadi panas dan semakin panas. Gelombang cinta yang semakin besar membuat diri kami bergejolak. Semakin tinggi gejolak cinta yang kami ciptakan bersama, ia menyemburkan lahar panas didalam tubuh intiku.
Membuatku melayang dan terhempas dari udara ke daratan. Kami menstabilkan kembali nafas yang berat. Setelah stabil, ia menuntunku masuk ke dalam kamar mandi membersihkan diri lalu kami tertidur hingga sore.
Flashback off
Saat aku sedang mengingat kejadian tadi sore, aku dikejutkan dengan Mas Rafi yang sudah ada didepanku dan menatapku dengan heran.
"Kamu kenapa sayang? Kok senyum-senyum sendiri." Mas Rafi heran karena melihatku tersenyum sendiri.
"Loh kok, pipinya jadi merah." Aku malu, malu membayangkan kejadian tadi siang. Aku masih diam tak menjawab pertanyaannya.
"Jangan-jangan, sayang mengingat kejadian tadi siang ya? Mau lagi?" Dia, menggodaku dengan menoel dagu. Wajahku makin memerah seperti udang rebus.
Dia tertawa melihat perubahan wajahku, aku melemparnya dengan bantal. Kesal sekali rasanya di goda seperti itu. Setelah ia puas menggodaku, kami keluar dari kamar dan pamit pulang sama Ayah dan Ibu Mas Rafi.
Mas Rafi meminta izin mengantarkanku pulang dan kembali ke Jakarta, karena memang sebelumnya ia ditelpon untuk segera kembali, karena ada proyek besar yang harus diurus esok hari.
Sesampainya dirumah, Rosa segera mandi membersihkan dirinya lagi dari cumbuan suaminya tadi siang. Mas Rafi menunggu Rosa selesai mandi dan berpakaian, ia mengajak Rosa keluar rumah untuk jalan-jalan sebentar dan makan malam di luar.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, Rosa sudah diantar pulang dan Mas Rafi pamit berangkat lagi ke Jakarta.
"Jaga diri sayang, jangan lupa makan dan istirahat yang cukup." Pesan Kekasih yang sekarang sudah berubah menjadi suaminya.
Mas Rafi keluar dari rumah dan melanjutkan perjalanan nya menuju Jakarta karena besok pagi harus sudah kembali bekerja.
***
Rosa pov
Di setiap lamunan ku, kadang aku berfikir. Aku ini seperti p*****r, Mas Rafi pulang saat rindu dan jika ada waktu untuk pulang. Seringkali, ia tak pulang karena pekerjaan yang menyita waktunya. Kadang aku berpikir, suamiku pulang hanya untuk menyalurkan hasratnya saja.
Uang bulanan masih tetap ditransfer bahkan setiap ketemu aku selalu dikasih uang untuk jajan, ya percis sudah semacam p*****r. Tapi masa bodo lah, toh aku sama dia suami istri walau hanya siri.
Beda nya ketika aku berpikir bahwa aku ini seperti p*****r, tapi kenyataan nya aku ini adalah istrinya. Seorang istri yang hanya tercatat di selembar kertas, dan tidak tercatat di catatan sipil dan negara. Miris!
Tapi itu adalah kenyataan yang seharusnya aku terima dan sadari, karena ini adalah pilihanku. Lebih memilih untuk menikah siri daripada menikah secara resmi.
Ah entah lah pikiranku semakin kacau saja jika memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak pantas dipikirkan. Mengingatnya hanya akan membuat hatiku sakit dan membuka luka yang belum kering.
Aku sekarang jarang bisa untuk berfikir jernih. Aku selalu merasa diriku ini sangat hina. Aku sendiri kadang saat berkaca, suka jijik melihat tubuhku yang sudah dijamah olehnya.
***
Rosa kembali ke aktivitas nya, masih tetap bersekolah dan tidak hamil, karena memang mereka selalu pakai pengaman saat akan menyalurkan hasrat mereka. Rosa tidak ingin KB, ia takut badannya berubah tidak seksi lagi kalau memakai KB.
Hari ini Rosa sudah bebas dari segala ujian di sekolahan. Ia hanya tinggal menunggu hasil UN saja.
"Hari ini bebas. Enaknya kemana ya," tanya Yuni, meminta ide dari kami.
"Jalan-jalan aja, gimana?" tawar Gita memberikan ide.
"Boleh tuh, habis jalan-jalan di mall, kita nonton bioskop, gimana?" Kiki memberikan opsi selanjutnya.
"Gimana Rosa? Setuju gak?" tanya Yuni menunggu persetujuan Rosa.
"Ikut aja kemanapun kalian pergi. Eh tapi nanti dulu, aku izin sama Mas Rafi dulu ya." Rosa setuju dengan permintaan mereka. Ia mencoba menghubungi Mas Rafi tapi kata nya sedang sibuk dan tidak bisa pulang lalu teleponnya dimatikan. Ya Sudahlah tidak papa.
Sebenarnya, niat Rosa menelpon hanya untuk meminta izin bahwa hari ini ia akan pergi nonton bersama teman-teman sekolahnya. Tapi ya sudahlah mungkin memang sedang sibuk. Ia tak akan mengganggu suaminya itu.
***
Rosa pov
Hari ini sekolahku bebas, teman-teman mengajak jalan-jalan. Aku setuju dengan ajakan mereka, aku mencoba menghubungi suamiku tapi respon nya membuat kesal, karena tiba-tiba telfonku dimatikan tanpa pamit.
"Udah yuk langsung berangkat aja, Mas nya sibuk nanti aku minta izin lewat chating aja deh," ajak ku pada teman-teman.
Kami pergi menuju Mall untuk jalan-jalan dan menonton bioskop. Selama perjalanan ada saja yang kami bicarakan, dari ghibah sampe tertawa bersama.
Saat sampai di mall kami bagi tugas, Yuni dan Kiki membeli cemilan ke supermarket, aku dan Gita yan membeli tiket bioskop.
Saat di tempat pembelian tiket, aku sedang asik memilih no kursi, Gita menyenggol tanganku tapi tidak digubris.
"Aduh, sabar coba Gita. Lagi pilih no kursi dulu," ucapku kesal karena terus disenggol dan melotot padanya.
Gita menangkup wajahku dan memutarkan wajah ku untuk melihat ke arah pintu masuk bioskop. Kaget bukan main aku melihat Mas Rafi. Suamiku ternyata bersama perempuan lain.
Bukan nya tadi saat di telepon itu sedang sibuk, oh mungkin sibuk yang dimaksud adalah sibuk jalan dengan perempuan lain, kurang ajar sekali, batinku.
"Rosa, itu pacarmu kan? Bukannya tadi katamu, dia sibuk dan tidak bisa pulang menemuimu?" tanya Gita bingung dan melihat ke arahku. Aku melihat pemandangan di depan rasanya ingin ku cekik mereka berdua.
"Ssstttt, diam!! Sebentar, aku coba hubungi Mas Rafi dulu." Aku menyuruh Gita untuk diam tidak banyak bicara.
Aku mengeluarkan ponselku dan mencoba menghubungi Mas Rafi. Aku melihat dari jauh Mas Rafi mengeluarkan hp dan mereject telepon. Aku mencobanya menelponnya lagi, tapi ponselnya di nonaktifkan, sial!!