bc

AKU ISTRIMU BUKAN PELACURMU (INDONESIA)

book_age18+
2.1K
IKUTI
24.3K
BACA
billionaire
possessive
sex
contract marriage
pregnant
arrogant
CEO
billionairess
bxg
like
intro-logo
Uraian

Rosa : Bertahan karena sebuah cinta dan kasih sayang juga keyakinan bahwa suamiku akan berubah, namun keyakinan dan harapanku perlahan terkikis oleh waktu sehingga membuatku lebih memilih untuk melepaskan dan memulai kehidupan baru.

Rafi : Penyesalan memang selalu datang terlambat. Kehidupanku setelah lepas dari Rosa mengalami guncangan yang luar biasa. Namun, apa yang aku dapatkan dan alami sekarang tak sebanding yang di dapatkan dan di alami oleh Rosa dahulu.

Penasaran? Kuy simak ceritanya dan jangan lupa komen, share juga tap love ungu ya sayang ....

chap-preview
Pratinjau gratis
#1
Setiap hari Rosa menghabiskan waktunya untuk belajar. Kebiasaannya itu masih sering dilakukan hingga saat ini, ia bersiap untuk berangkat les ke rumah guru nya di Desa Anggur dan ia harus melewati Desa Kenanga, sebab itu adalah satu akses jalan untuk sampai ke rumah sang guru. Di Desa Kenanga itu ada sebuah gubuk kecil semacam pendopo di pinggir jalan. Biasanya di pendopo tersebut ramai dengan masyarakat sekitarnya terutama anak mudanya. Banyak sekali lelaki muda yang seumuran Rosa duduk santai di pendopo untuk menghabiskan waktu sorenya bercengkrama dengan teman yang lainnya. Rosa seringkali merasa jengah, sebab tiap harinya saat ia melewati Desa Kenanga selalu menjadi bahan guyonan bagi para lelaki itu. Godaan dan siulan sering kali terdengar di telinga Rosa, lama-lama ia merasa jengah karena diperlakukan seperti itu. Walaupun sudah terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu, ia mencoba untuk bodo amat hanya saja terkadang merasa jengah dan muak. Suatu hari, Rosa bersiap untuk berangkat ke rumah guru les. Ia sudah menyiapkan diri seperti biasanya akan memasang wajah datar dan dingin apabila digoda oleh para lelaki itu. Saat Rosa memacu motornya, ia memperlambat laju dan melihat tidak ada satu orang pun disana, entah kenapa hatinya merasa lega karena tidak akan drama digoda sore itu. Ah aman gak ada para lelaki rese itu! umpatnya dalam hati. Ia melanjutkan kembali perjalanannya menuju rumah ibu Guru. Fokus belajar untuk masuk SMA, banyak tugas yang diberi oleh ibu Lina. Namun ibu Lina seringkali terlihat kagum saat melihat hasil Rosa. "Alhamdulillah, perkembangan belajarmu pesat sekali, Rosa. Ibu yakin kamu pasti akan diterima di sekolah favorit yang kamu inginkan," ujar Ibu Lina begitu bangga pada anak didiknya itu. "Semua berkat Ibu Lina. Selalu sabar menghadapi Rosa yang seringkali merasa tak bisa mengerjakannya, tetapi Ibu selalu berkata Rosa bisa. Jadi seperti sekarang inilah, Rosa bisa karena terbiasa dengan ucapan Ibu Lina," sahut Rosa sangat bahagia. Memang benar, ia berhasil seperti ini karena gurunya yang benar-benar sabar menghadapinya. Selalu ada semangat yang dikobarkan oleh sang guru setiap waktunya. "Ya sudah, tugas selanjutnya adalah berdoa dan berusaha fokus saat mengerjakan soal-soalnya nanti ya." Ibu Lina selalu memberikan wejangan yang membuat Rosa yakin bisa, senyumnya merekah melihat semangat anak didiknya itu. Rosa mengangguk yakin dan membereskan semua bukunya. "Rosa pamit ya, Ibu. Assalamualaikum." Rosa memacu motornya, melaju dengan santai nya dan bernyanyi sepanjang jalan. Ia merasa bahagia karena sorenya aman dari para lelaki penggoda itu. Merasa terlalu bahagia, tapi tiba-tiba ia memelankan laju motornya sangat pelan. Matanya tertuju pada sebuah pendopo di ujung pinggir jalan tersebut, baru saja merasa bahagia karena terhindar dari mereka. Namun pikirannya salah, perjalanan pulang ternyata ada salah satu lelaki yang duduk dengan santainya disana. Rosa secepat kilat mengubah mimik wajahnya menjadi datar dan dingin. Ia cukup terkejut saat sosok lelaki itu beranjak dan duduknya dan berdiri ditengah jalan menghalangi jalan Rosa. Ia meneguk salvina nya susah payah, merasa takut akan suatu kejadian yang tidak diinginkan. Terlalu banyak yang ia terka dan tebak. Ia menebak lelaki tinggi, berkulit hitam manis itu ingin menyakitinya tetapi ia salah, lelaki itu tersenyum saat Rosa menghentikan laju motornya. Rosa menatap lelaki itu heran, menaikkan satu alisnya dan berkata dalam hati, "Kenapa dia tersenyum manis seperti itu?" "Eh maaf, ada apa? Kenapa menghalangi jalanku?" tanya Rosa sedikit takut karena tiba-tiba lelaki itu menghentikan jalannya. "Maaf ya, jangan takut. A-aku gak ada niat jahat kok, hanya ingin ... berkenalan saja denganmu." Lelaki berambut keriting itu terlihat sangat gugup karena pertanyaan Rosa. Terlihat dari bahasa tubuhnya, tapi ia mencoba kembali tenang menghadapi perempuan cantik di hadapannya itu. "Huft … Kirain ada apa, aku sudah takut dan berpikir negatif terhadapmu, hehe …, " ucap Rosa lirih, itu membuatnya sedikit tenang dan lebih santai. "Jadi, aku boleh kenalan sama kamu gak?" Lelaki itu mengulurkan tangannya, tanpa berbasa-basi lagi. Rosa mulai menilai lelaki yang ada di hadapnya dari atas sampai bawah, mengamati dan menilai wajah juga style nya. Manis, satu kata yang muncul di benak dan di pikiran Rosa saat itu. Ia berpikir, lumayan juga wajahnya dan tidak memalukan kalau untuk diajak jalan. "Hello, kok diam aja? Gak mau kenalan ya?" Lelaki itu melambaikan tangan di depan wajah Rosa membuyarkan lamunannya. "Eh maaf maaf, boleh kok boleh hehe." Rosa tersadar dari lamunannya yang mengamati lelaki tersebut. "Aku Rosa Khairunnisa Wijaya. Kamu bisa memanggilku Rosa. Kalau kamu?" Rosa menerima uluran tangannya untuk berkenalan dan bertanya balik. "Aku Rafi Antares. Rosa, boleh panggil Rafi. Salam kenal ya, senang sekali akhirnya bisa berkenalan denganmu," jawab nya terkekeh. Seketika pipi Rosa bersemu merah merona seperti tomat. "Ah kamu bisa saja. Memang kenapa sepertinya senang sekali kenalan denganku?" "Gak pa-pa. Senang aja kenalan sama kamu hehe. Dari pada cuma godain kamu tiap lewat seperti teman-temanku yang lain, ya lebih baik kenalan dong hehe," katanya jujur, terlihat dari sorot matanya yang bulat, ia berkata dengan jujur. "Eh iya, boleh 'kan minta no handphonenya?Biar enak gitu kita komunikasinya," lanjutnya to the point, tanpa basa-basi dan gugup lagi. Rosa mengetik no handphonenya. Dan segera pamit pulang. "Ya sudah, aku balik dulu ya hm Mas Rafi. Udah sore juga. Nanti aku dicari ibu kenapa belum pulang les hehe," ucap Rosa malu-malu saat memanggil nama lelaki itu dengan sebutan Mas. Ia menghidupkan mesin motor dan meninggalkan Mas Rafi. "Oh iya, mau diantar gak?" tawar Mas Rafi tanpa canggung lagi. "Gak usah, Mas. Aku 'kan menyetir motor sendiri hehe." Rosa menolak halus. Ia mencoba menstabilkan jantungnya yang sejak tadi berdegup kencang. Ia bingung, perasaan apa yang sedang merasuk ke dalam dirinya. Rasanya aneh sekali, apa aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Ah mana mungkin, aku tak percaya jatuh cinta pada pandangan pertama, ucapnya dalam hati. Tanpa sadar pipinya merona karena pikirannya itu. "Ya sudah hati-hati ya. Nanti kalau aku sms dibalas ya, Dik," katanya. Rosa menganggukan kepala lalu melambaikan tangan dan pamit pulang. *** Sampai juga Rosa di sebuah rumah minimalis dan teduh karena dikelilingi tanaman hijau yang membuat sejuk. Rosa berjalan menuju ke kamar. Ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang kebesarannya itu, tetiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. "Adik, lagi apa?" Suara lembut yang selalu dirindukan setiap waktunya. Ialah Ibu Desti Khumairah-Ibunya Rosa-wanita muda yang cantik dan pekerja keras. "Tiduran Ibu sayang, masuk aja," sahut Rosa lembut mempersilahkan Ibu masuk. Ibu masuk dan duduk di pinggir ranjang. Melihat Rosa yang masih rebahan dan belum juga mandi, membuatnya menggelengkan kepala. "Kok Adik pulang nya telat, Sayang. Tumben banget lebih lama dari biasanya?" tanya Ibu heran, mencoba mencari tahu. Tangannya membelai rambut hitam Rosa. "Iya Ibu. Tadi ibu guru Lina agak lama menjelaskan materi nya, jadi telat deh pulangnya. Memang kenapa sih Ibuku sayang?" Rosa tersenyum manis dan menyelipkan sedikit kebohongan di dalamnya. Karena kebenaran nya adalah ia sempat mampir ngobrol dengan seorang lelaki. "Oh begitu, gak pa-pa Sayang. Ibu pikir, Adik nyasar hehe. Ya Sudah Ibu keluar ya." Ibu ini ada-ada saja, mana mungkin Rosa nyasar pulang ke rumah sendiri hehe. Ibu pamit keluar dari kamar. "Jangan tidur, Dik. Sudah mau maghrib." Kepala Ibu melongok ke dalam kamar, membuat Rosa terkejut. *** Rosa Pov Sore ini, aku berkenalan dengan seorang lelaki yang menurutku manis dan tidak bosan untuk memandangnya. Dia menyita perhatianku karena berani memberhentikan laju motorku secara mendadak di persimpangan jalan sana. Awal nya, aku takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan, tapi ternyata aku salah. Ia mengajakku berkenalan dengan percaya diri. Kami bertukar nomor handphone dan aku pamit pergi meninggalkannya pulang. Sesampainya dirumah, aku tidak menemui ibu dan langsung berlari masuk ke dalam kamar untuk rebahan. Ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku, ternyata itu adalah suara ibuku. Ibu heran, kenapa hari ini aku pulang telat. Aku beralasan bahwa guruku telat memberikan materi, maafkan aku ibu, aku sedikit berbohong. Beginilah keseharianku jika ada ibu di rumah. Ibu dan ayahku orang sibuk, mereka jarang sekali ada waktu untukku. Aku terlalu sering ditinggal dirumah hanya bersama pembantuku. Bahkan mereka seringkali tidak ada waktu untukku, karena pekerjaan mereka yang terlalu banyak menyita waktu dan membuat mereka tidak fokus memperhatikanku. Seringkali aku protes dan meminta hak sebagai anak untuk diperhatikan tapi mereka dengan santai menjawab ini semua kami lakukan untuk masa depanmu, Rosa. Jawaban yang selalu membuatku terdiam mematung karena tidak tahu harus membalas perkataan mereka seperti apa lagi. Aku Rosa Khairunnisa Wijaya. Anak semata wayang dari pasangan Wahyu Wijaya Kusuma dan Desti Khumairah. Sejak kecil hingga dewasa, mereka selalu memanggilku dengan panggilan "ADIK". Karena menurut mereka, aku tetaplah anak kecil gembul, dengan wajah yang bulat, mata belo, pipi merah yang masih sering menangis. Hidupku dengan duniaku sendiri. Aku punya banyak teman hanya disekolah saja. Jika sudah dirumah temanku ya si Mbak Tuti, asisten rumah tangga yang selalu menemani ku setiap waktu, dan setiap saat jika tidak ada ayah dan ibu dirumah. Eh, tapi sekarang aku mempunyai teman baru bernama Rafi Antares dan aku memanggilnya Mas Rafi Sedang asik dengan lamunanku dan meratapi nasib yang selalu sendirian dirumah. Tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada sms. Aku lihat ternyata nomor baru. Siapa ya yang sms dengan nomor baru, ucapku menerka dalam hati heran. Apa Mas Rafi? *** +628790853900 Adik Rosa. Hm … siapa yang sms ya, apa Mas Rafi. Rosa Khairunnisa Hmmm … Maaf ini siapa ya? Rosa membalas pesan tersebut dengan cepat, ia sungguh penasaran siapa gerangan yang sms. Mas Rafi Yah … Adik masa sebentar saja sudah lupa, ini Mas Rafi hehe. Rosa menyimpan no Mas Rafi. Entah kenapa, pipi Rosa terasa panas, mungkin sekarang pipinya itu sudah seperti tomat yang bersemu merah. Rosa Khairunnisa Oh iya maaf Mas, nomornya belum di save. Obrolan mereka berlanjut di sms hingga waktu makan malam tiba. Cukup asik juga komunikasi dengan Mas Rafi. Sampai tidak terasa, Ibu memanggil dari luar untuk segera makan malam. Rosa menyudahi komunikasi dengan Mas Rafi dan bergegas keluar kamar, sebelum suara ibu makin menggelegar dirumah ini. Rosa duduk di kursi sebelah Ibu. Mengambil makanan dengan terburu-buru dan langsung menghabiskan makan malam, agar bisa melanjutkan sms dengan Mas Rafi. "Adik, makan nya pelan-pelan dong. Nanti tersedak!" tegur Ibu. Banyak sekali teguran dan aturan kalau Ibu dirumah. Maka dari itu Rosa sering kali kesal kalau ada Ibu di rumah, tapi kalau ibu tidak dirumah, Rosa merindukannya. Rosa memelankan kunyahan nya dan segera menghabiskan makanan nya. Minum s**u yang sudah Ibu sediakan. Dan berniat kembali ke kamar. "Adik sudah selesai makan. Balik ke kamar dulu ya, Bu. Banyak PR yang belum diselesaikan," ujar Rosa. Ia memberi alasan banyak PR yang belum diselesaikan, agar tidak diganggu oleh Ibu. Dikamar, bukannya belajar Rosa mengambil kembali ponselnya dan segera membalas sms Mas Rafi. Cukup lama Rosa berkutik dengan ponsel, matanya merasa lelah, menyudahi komunikasi tersebut dan bergegas tidur karena sudah malam larut malam. Rosa meletakkan ponsel di atas nakas disebelah ranjangnya, menarik selimut dan sedikit menerawang. Rafi Antares lelaki tinggi, bermata bulat dengan bulu mata yang lentik, berkulit hitam manis, berambut ikal dan berwajah arab. Entah sejak kapan Rosa merasakan perasaan aneh ini tapi sungguh ia merasa jatuh cinta saat melihat mata indah dan bulu mata lentiknya. Ada kedamaian tersendiri ketika menatap lekat mata indah itu. *** Rosa Pov Pagi ini dingin sekali, udara dingin nya menusuk ke tulang. Tapi aku harus bangun, hari ini ada tes masuk SMA. Sejak subuh ibu sudah bolak-balik mengetuk pintu kamar, terus memanggil namaku menyuruh bangun. Ibu adalah Alarm hidup hehe. Aku bergegas mandi, dan bersiap, memasukan semua barang yang akan diperlukan saat tes. Sudah disiapkan dari malam sebenarnya, dasar aku baru memasukan ke dalam tas saat pagi. Setelah semua dirasa sudah beres. Aku segera keluar kamar dan bergegas ke ruang makan. Sudah ada ibu yang menungguku untuk sarapan bareng. *** "Hari ini tes, ingat ya Dik kerjakan soal yang paling mudah terlebih dahulu. Ibu yakin, Adik bisa masuk ke sekolah yang diinginkan." Ibu menasehati dan menyemangati Rosa. "Siap Bu bos, laksanakan. Doa 'kan Adik ya," jawab Rosa tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang imut. Meminta doa tulusnya. Ia memeluk sang Ibu dengan pelukan hangat. Setelah selesai makan, Rosa pun pamit dan segera berangkat ke sekolah diantar jemput oleh mobil jemputan. *** Sampai juga di sekolah, Rosa mempercepat langkahnya mencari ruangan untuk tes. Saat itu Rosa sama sekali tidak ingat dengan ponselnya dan Mas Rafi. Sekarang, Rosa sedang memikirkan agar bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan lulus tes. Lulus dengan nilai baik dan masuk sekolah yang diinginkan. Akhirnya tes selesai, Rosa sedang duduk manis di halte menunggu jemputan. Tiba-tiba Rosa teringat akan ponselnya. Ia membuka tas dan mencari ponsel. Rosa terkejut karena banyak sekali sms dan telpon dari Mas Rafi. Ada apa ya? Kenapa banyak sekali telpon dan sms? batin Rosa bingung Rosa Khairunnisa Maaf ya, baru kasih kabar. Aku hari ini tes dan ini baru selesai tes, lagi nunggu jemputan. Mas Rafi Ya Allah Dik, bikin khawatir aja sih. Mas pikir, Adik sakit. Saat ingin Rosa balas lagi, jemputan sudah datang. Ia mengurungkan niatnya untuk membalas dan masukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Ah nanti saja balas nya saat sudah sampai di rumah, pikir Rosa. *** Sesampainya dirumah, Rosa disambut oleh Ibu. Ia menyalami tangan Ibu, berjalan ke arah dapur meminta Mbak Tuti membuatkannya jus, dan minta diantarkan ke dalam kamar. Ganti baju, cuci kaki, cuci tangan dan bersantai adalah yang paling nikmat. Mbak Tuti datang membawa jus yang ia minta, menambah nikmat bersantai siang ini. Di tengah teriknya matahari, meminum es jus yang sangat dingin membuat tenggorokan segar. Rosa mencari ponselnya dan mencoba menghubungi Mas Rafi, memberitahu bahwa ia sudah sampai dirumah. Dari komunikasi semalam membuat Rosa mengenal lebih jauh siapa Mas Rafi. Ternyata, Mas Rafi masih sekolah, Ia sekolah 2 tahun diatas Rosa. Jadi nanti, saat Rosa kelas 1 SMA, Mas Rafi duduk di kelas 3. Sekarang, dia sedang Ujian Sekolah. Rosa mengetahui, Mas Rafi ini tergolong murid yang pintar dan cerdas. Tepat hari ini ia test untuk loncat kelas ke kelas 3 sesuai dengan permintaan gurunya yang paham akan kemampuannya dalam pelajaran. Mas Rafi sekolah jurusan informatika, masih sekolah saja dia bisa menghasilkan uang karena dia membuka jasa servis laptop juga. Memang ya orang pintar dan cerdas itu pasti menguntungkan untuk diri sendiri. Rosa mengecek kembali ponselnya, berharap ada balasan dari lelaki itu. Tapi ternyata tidak ada balasan. Matanya sangat lelah dan mengantuk, karena tidak ada balasan, Rosa pun memilih untuk tidur siang mengistirahatkan pikirannya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Karma : Nino, The Man with The Broken Heart

read
83.4K
bc

Hubungan Terlarang

read
507.6K
bc

Kali Kedua ( Banyu - Rara )

read
227.0K
bc

Bercumbu dengan Bayangan

read
22.0K
bc

Brother In Law

read
514.5K
bc

OM's Mine

read
36.5K
bc

You Hurt Me (Bahasa Indonesia)

read
473.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook