"Mas khilaf dek, maafkan, Mas. Mas benar-benar sangat menyesal sudah melakukan semua itu ke Adek. Please maafin Mas, Mas akan tanggung jawab, Dek." Mas Rafi menggenggam tangan Rosa dalam genggamannya.
Khilaf Mas? Gampang sekali bilang khilaf dan menyesal. Penyesalanmu seperti nya hanya bualan saja Mas, dan apa kau bilang, Mas? Tanggung Jawab? Tanggung Jawab yang seperti apa? Menikahiku? Bahkan berpikir untuk menikah saja aku ragu dan tidak percaya, batin Rosa.
"Setelah Adek sembuh, Mas akan langsung urus pernikahan kita. Mas janji Dek, sumpah Demi Allah, maafin mas ya sayang." Dia bersumpah di hadapan Rosa, mencium tangannya dan hampir menangis.
"Tidak semudah itu memaafkan mu, Mas. Kamu sudah berhasil membuat luka didalam hatiku," ucap Rosa sengit dan muak. Akhirnya ia buka suara.
"Dan tolong Mas, tidak usah bersumpah karena aku tak butuh sumpahmu. Sumpah hanya sebatas sumpah tanpa ada perubahan," lanjutnya kesal.
"Mas tau dek, mas minta maaf. Mas pasti akan tanggung jawab, Mas akan menikahimu. Aku Akan bilang sudah setuju akan menikah dengan, Mas." Mas Rafi masih berusaha menyakinkan Rosa.
"Apa kamu pikir dengan kamu minta maaf, Aku bisa melupakan semua kejadian yang kemarin? Apa kamu pikir dengan tanggung jawab dan menikahi diriku, kamu akan dapat maaf ku?" Rosa menatap Mas Rafi dengan sinis.
"Tidak semudah itu Rafi. Kamu terlanjur membuat ku kecewa, oh bahkan sangat kecewa," lanjutnya dengan sinis karena terlanjur kecewa.
"Aku sangat tidak yakin dengan ketulusan mu mengajakku nikah. Itu bisa saja hanya karena obsesi mu untuk memiliki ku seutuhnya." Rosa mulai memaki dan menghardiknya.
"Dek, kamu boleh marah dan benci. Tapi mas minta kamu jangan meragukan ketulusan, kasih sayang dan cinta mas ke kamu. Semua itu rasa tulus Dek, bukan obsesi!" Mas Rafi membentak Rosa dan sedikit ngotot tidak terima atas jawabannya.
"Jika kamu tidak terobsesi denganku. Kamu tidak akan melakukan tindakan yang hina terhadapku. Kamu akan tetap setia menunggu jawaban dari ku kapanpun itu. Bukankah itu yang kamu ucapkan dulu saat kau meminta ku menjadi istrimu?" Rosa mencercanya dengan banyak kata.
"Mas mencintai dan menyayangi mu setulus hati, Dek. Mas melakukan semua itu agar bisa menjaga dan memilikimu seutuhnya. Mas gak mau Dek ada orang lain yang menggantikan posisi Mas. Maka dari itu, Mas melakukannya kemarin. Agar Adek jadi milik Mas dan mau menikah dengan mas," ucap Mas Rafi tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Kata-kata nya sangat menohok sekali ke hati Rosa, karena yang dia lakukan adalah sengaja merusak. Ia melakukan itu agar Rosa mau dan bersedia menikah dengan nya dan menjadi istrinya. Pikiran Rafi itu sebenarnya kemana, kok bisa berfikir cara kemarin adalah agar Rosa tidak berpaling darinya. Ini GILA.
"Mas akan lakuin apa saja, Dek. Agar kamu mau memaafkan dan mau menikah dengan Mas," lanjutnya masih memaksa Rosa untuk menikah dengan dia.
"Yakin apa saja?" tanya Rosa licik dengan senyum sinis.
Aku berpikir, bahwa diri ini sudah hancur. Kenapa aku tidak membuatnya juga hancur karena ulah nya? Apa saja bisa aku minta. Sekalipun aku minta nyawanya, pikiran Rosa mulai bermain licik.
"Iya sayang. Apa saja yang Adek minta akan Mas lakukan dan beri," ucap Mas Rafi menyakinkan gadisnya.
"Baiklah, jika apa saja yang aku minta akan Mas turuti. Di ujung meja ada pisau, bisakah Mas membunuh diri mas sendiri untukku?" Rosa memintanya dengan senyum tipis mengerikan.
"Kamu jangan gila, Dek. Mas akan menuruti semua keinginan kamu. Tapi bukan berarti mas harus mati konyol seperti itu!!" bentak Mas Rafi menolak permintaan Rosa. Ia tidak habis pikir dengan pikiran konyol gadisnya itu.
"Hahaha, bukankah kau sendiri tadi yang bilang kalau apa saja yang aku minta, akan kau turutin? Baru diminta bunuh diri aja sudah protes seperti itu. Payah hahaha." Rosa tertawa dengan sangat keras, tawa yang penuh kebencian.
Rosa mulai memikirkan hal yang lain. Hidupnya sudah hancur. Masa depannya sudah dihancurkan oleh kekasihnya. Persetan dengan keadaan, yang di pikiranku saat itu adalah memanfaatkan uang nya. Ya aku akan menjadi perempuan matre. Menghabiskan semua uangnya untuk membeli apa saja yang aku inginkan.
"Oke kalau begitu, begini saja mas tiap bulan mengirimi aku uang harus lebih dari sebelum nya, bagaimana?" Rosa memberi penawaran opsi yang lain.
"Ya pasti, Dek. Mas udah pasti kirimi uang untuk Adek disini. Mas juga pasti lebihkan uang nya nanti." Mas Rafi setuju dengan tawaran yang diberikan oleh Rosa.
"Tidak hanya uang mas. Apapun nanti nya yang aku minta dan butuhkan baik itu berupa barang atau uang, mas harus bisa memberi nya tanpa protes." Rosa menjelaskan secara rinci apa isi kesepakatan mereka.
"Semua akan mas turuti untukmu. Asal kamu mau nikah sama Mas. Mas janji akan memenuhi semua kebutuhan kamu," Lagi-lagi kekasihnya itu setuju dengan permintaan Rosa. Dasar aneh!
"Lalu, Mas jangan pernah melarang aku sedikitpun untuk bermain dan hangout bersama teman-temanku." Rosa memberikan persyaratan lagi pada Mas Rafi. Ia tidak suka dilarang apapun nanti aktivitasnya.
"Silahkan Dek. Mas tidak akan pernah melarang apapun aktivitasmu setelah kita menikah. Mas akan mempersilahkan apapun yang kau inginkan dan kerjakan, yang terpenting adek mau menikah dan jadi istri Mas." Mas Rafi dengan lantang menyetujui semua permintaan gadisnya. Gila, dia ini cinta atau obsesi, batin Rosa tidak habis pikir.
***
Rosa pov
Beberapa hari yang lalu, Mas Rafi tetap memaksaku untuk menikah dengannya. Aku tidak habis pikir, bisa-bisanya dia sengaja melakukan ini padaku agar aku menjadi miliknya seutuhnya.
Kata-katanya sangat menohok hatiku. Hatiku seperti diremas dan dipatahkan mendengar penuturan nya, yang katanya sengaja memperkosaku.
Dia masih trus menyakinkanku untuk menikah dengannya. Ia berjanji akan menuruti semua apa yang aku inginkan. Konyol memang, tapi aku penasaran seberapa besar keinginannya memilikiku. Aku memintanya mengambil pisau buah diatas meja, dan memintanya untuk bunuh diri, lagi-lagi ia membentakku dan tidak terima dengan permintaanku.
Aku memikirkan hal licik yang lain nya, pikiranku sekarang menjadi benar-benar licik, aku berencana untuk menghabiskan uang yang dihasilkan selama kerja. Aku akan meminta semua apapun yang dibutuhkan.
Aku memberikan banyak syarat padanya, setiap syarat yang aku kasih, ia selalu menyetujuinya. Kadang aku berfikir, dia ini cinta atau obsesi.
Sudah 5 hari Rosa dirawat dirumah sakit, selama sakit ia ditemani oleh Mas Rafi dan Mbak Tuti. Kondisi badannya memang membaik, dan perlahan mulai bisa memaafkan kekasihnya tapi tidak dengan ingatan dan juga hatinya. Kejadian yang lalu sering kali berputar di pikiran nya seperti kaset kusut.
Mas Rafi belum kembali ke Jakarta untuk bekerja lagi. Ia sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Semuanya ia urus sendirian tanpa bantuan siapapun.
Rosa sudah mulai membaik dan sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Alhamdulillah jadi tidak harus terlalu lama, ia memakai infusan dan mengkonsumsi obat lagi.
Mbak Tuti membereskan semua pakaian anak majikan nya selama di RS, Rosa sedang asik bermain game. Mereka menunggu dijemput sama Mas Rafi.
Tidak lama Mas Rafi datang, Rosa hanya melirik nya sekilas lalu melanjutkan bermain game tanpa menghiraukan kedatangannya.
"Gimana Mbak? Sudah siap semua nya? Sudah siap pulang kita?" tanya Mas Rafi pada Mbak Tuti yang sedang asik berkemas.
"Sudah Mas, Non lagi asik main game tuh sambil nunggu dijemput sama, Mas." Mbak Tuti menjawab dengan tersenyum manis.
Rosa masih fokus bermain game, ada langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya, wangi khas parfum nya menusuk sekali hidungku dan memberikan kenyamanan sendiri. Dengan santainya lelaki itu mencium keningnya.
"Siang sayang, kita pulang ya," sapa Mas Rafi pada Rosa yang sedang asik dan fokus pada ponselnya.
"Iya lah pulang. Siapa juga yang betah lama-lama disini, tangan diinfus, konsumsi obat. Lama banget sih jemput nya heran." Rosa masih menjawab dengan nada sinis.
"Iya maaf tadi jalanan macet. Ya sudah ayo kita pulang." Mas Rafi menggandeng dan menuntun Rosa keluar dari pelataran rumah sakit, masuk ke dalam mobil dan kembali pulang ke rumah.
Saat membuka pintu mobil, Rosa terkejut dan bertanya-tanya, mengapa ada buket bunga mawar merah. Ia menatap dengan wajah keheranan, bunga siapa ini atau untuk siapa. Masih dengan hati yang bertanya-tanya, Rosa terkejut karena tiba-tiba Mas Rafi berbicara.
"Kenapa diem aja? Cepat masuk mobil dan duduk," tanya Mas Rafi. Ia segera mengambil buket bunga mawar tersebut. Rosa segera duduk.
"Maaf lama, tadi bukan hanya macet. Mas juga memberikan bunga ini untuk, Adek. Adek kan suka bunga mawar." Mas Rafi bersikap romantis. Sebenarnya, Rosa senang dan ingin menarik bibir nya yang mungkin untuk tersenyum, tapi sebisa mungkin ia tahan karena gengsi.
"Iya makasih. Bunga nya cantik dan wangi sekali." Aku mencium bunganya, wangi sekali.
"Cantik dan wangi seperti yang memegang nya," sahut Mbak Tuti tiba-tiba dari jok belakang membuat Rosa terkejut dan makin membuat pipinya bersemburat merah seperti tomat.
***
Seminggu ke depan adalah hari pernikahan mereka. Nikah? Hahaha seperti mimpi tapi ini adalah kenyataan yang akan terjadi dalam waktu seminggu ke depan, batin Rosa menerawang jauh dengan tatapan yang kosong dan hati yang sulit ditebak rasanya.
Mas Rafi meminta menikah secara sah, tapi Rosa menolak nya. Rosa ingin menikah dengan nya secara siri terlebih dahulu. Untuk membuktikan bahwa ia memang tidak salah memilih. Karena entah mengapa hatinya berkata bahwa suatu saat nanti Mas Rafi akan bertingkah menyakitiku.
Rosa hanya berjaga-jaga saja, jika nanti kekasihnya itu berselingkuh, ia tidak harus mengurus perceraian dengan cara yang sulit.
Lagipula, sekarang Rosa juga masih sekolah. Ia takut jika nanti pihak sekolah tau dan ambil sikap mengeluarkannya dari sekolah. Tapi, memang yang menjadi faktor utama adalah ia belum yakin terhadap Mas Rafi. Terlalu banyak keraguan yang muncul di benak, hati dan pikirannya.