Kesehatan Oma Maria menurun karena memikirkan Livia yang tak kunjung ditemukan. Terlanjur sayang kepada perawat yang merawatnya dengan tulus membuatnya kehilangan separuh jiwanya. Yah, Livia pergi membawa serta sebagian dirinya.
Dalam keadaan seperti ini Oma Maria tentunya membutuhkan seorang perawat sedangkan Alvaro tidak bisa selalu berada disisinya. Alvaro sudah kehabisan akal dalam hal mencarikan perawat yang baru dan pilihan terakhir yang terpaksa diambilnya adalah mendatangkan ibunya.
“Oma aku terpasang membawa mama ke rumah ini karena aku tidak bisa terus menjaga Oma. Di kantor saat ini sedang ada sedikit masalah dan harus segera aku selesai.”
Wajah Hans Maria mengerut seperti jeruk purut mendengar ucapan Alvaro. Jangankan untuk tinggal satu rumah mendengar nama wanita yang tidak lain adalah menantunya itu saja sangat enggan.
“Aku mengerti hubungan Oma dengan mama sejak dulu tidak pernah baik, tapi aku tidak punya pilihan lain. Kepada siapa lagi harus meminta tolong untuk menjaga Oma selain mama. Oma … Mama tidak mungkin mencelakai Oma,” sambung Alvaro karena oma Maria menutup rapat mulutnya.
“Sekarang kamu baru tahukan bahwa untuk mencari seorang perawat itu tidaklah mudah apalagi yang seperti Livia. Oma sudah beberapa kali berganti perawat hanya Livia ya berhasil membuat Oma nyaman. Livia anak yang baik polos, tulus tapi, dia cerdas. Dia bisa tahu apa yang Oma rasakan, dia paling ngerti keinginan Oma. Kamu tidak pernah merasakan seperti apa diperhatikan dan disayangi sehingga dengan mudahnya kamu membuat dia pergi dari rumah ini,” beber oma Maria akhirnya angkat suara.
“Yah Yah oke baiklah, Oma, aku yang salah. Aku mengaku salah, sengaja membuatnya tidak nyaman di rumah ini, tapi mau sampai kapan Oma terus-terusan memikirkan gadis kampung itu. Saat ini kondisi Oma menurun karena dia. Oma … sekali lagi aku jelaskan, dia pergi dari rumah ini bukan karena aku.” Alvaro mendengus kasar lalu menjatuhkan tubuhnya mensejajari sang oma dengan bertumpu pada kedua lututnya.
“Menjauhlah Oma, jangan dekati Oma. Kamu sengaja mengusik Livia dan mengusirnya agar bisa memasukkan ibumu yang mata duitan itu ke rumah ini sebagai gantinya. Kamu dan wanita itu sama saja. Bekerja sama menentang Oma, atau diam-diam kalian sengaja membuat Oma sengsara kapan perlu cepat mati. Dengan begitu kalian bebas menguasai seluruh harta keluarga kita,” sembur Oma Maria penuh kekecewaan.
Sejak awal Oma Maria memang tidak pernah menyetujui putranya menikahi Diandra. Gadis biasa dari golongan menengah ke bawah. Sangat berbeda dengan keluarga Andestra yang terpandang.
Syarat utama untuk menjadi bagian dari keluarga Andestra adalah hasta setara atau minimal setingkat di bawah. Diandra tidak pernah dianggap bagian dari keluarga dan selalu bertentangan dengan oma Maria.
Perselisihan di antara mereka yang tampak jelas sejak meninggalnya suami Oma Maria. Tampuk tertinggi yang otomatis jatuh ke tangannya membuat semakin berkuasa.
Diandra disingkirkan secara halus dengan cara diletakkan pada salah satu perusahaan di daerah yang sangat jauh dari ibukota. Oma Maria bisa saja menyingkirkannya secara langsung tetapi, itu tidak bisa dilakukan demi menjaga perasaan Alvaro.
Susah payah supaya waktu itu mengirim Diandra ke sana agar tidak terlihat perselisihan mereka. Sekarang Alvaro secara terang-terangan membawanya kembali, wajar ia tidak suka dan menolak keras.
“Astaga Oma … aku tidak sepicik itu. Bahkan pikiran ini tidak sampai sana. Oma, aku sangat menyayangi Oma. Jangan pernah berpikir bahwa aku sengaja mendatangi mama ingin membuat Omah sengsara.”
Alvaro melakukan pembelaan sebab pikirannya tidak sejauh itu. Ide mendatangkan Diandra merupakan pilihan terakhir. Satu-satunya orang yang bisa diminta tolong.
“Pergilah Oma tidak ingin berdebat denganmu.” Oma Maria mengusir Alvaro pergi dari hadapannya.
Alvaro pasrah mengikuti keinginannya meninggalkan ruangan itu dan segera menghubungi ibunya. Ibunya harus segera tiba dalam waktu singkat, soal Oma Maria setuju atau tidak biarlah menjadi urusan belakangan.
Dengan berat hati Alvaro harus tetap meminta bantuan kepada ibunya. Tak mau mengambil resiko bila terjadi sesuatu yang buruk terhadap wanita yang selama ini selalu memanjakan dan mengutamakannya.
“Tidak Alvaro!! Mama tidak mau mengikuti keinginanmu. Datang kembali ke rumah itu sama seperti masuk ke kandang harimau. Wanita tua itu pasti akan menyiksa Mama lahir dan batin. Dia tidak akan pernah berubah dan sampai kapanpun tidak akan pernah mau menerima mama. Alvaro, Kamu sayang pada mama jadi jangan paksa Mama untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin bisa Mama wujudkan,” tolak Diandra lewat panggilan telepon menolak permintaan Alvaro.
Bagi Diandra kembali ke rumah besar itu seperti memutar kaset usang yang menampilkan cerita hidup yang penuh penderitaan. Pada waktu itu nyonya Hans Maria tidak akan pernah membiarkannya untuk beristirahat barang sejenak.
Rumah sebesar itu hanya dirinya sendiri yang membersihkan, tidak cukup sampai di sana dia juga harus menyediakan masakan yang lezat untuk seluruh anggota keluarga. Menunya harus berbeda dari sarapan, makan siang dan makan malam.
Artinya Diandra harus memasak sebanyak tiga kali dalam satu hari supaya makanan saat disajikan dalam keadaan hangat. Hari-hari yang melelahkan dijalani selama dua tahun. Hingga akhirnya memberanikan diri mengadukan semua perbuatan jahat Hans Maria terhadapnya kepada sang suami.
Beruntung Argantara mempercayainya dan memutuskan keluar dari rumah besar keluarga Andestra dengan alasan ingin hidup lebih mandiri. Hans Maria dan suaminya tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah keinginan anak kesayangan mereka.
Kebencian Hans Maria kepada Diandra semakin besar sejak mereka keluar dari rumah. Yang membuat Diandra masih bertahan hingga hari ini karena Hans Maria sangat menyayangi putranya.
“Ayolah Ma, aku mohon bantu aku kali ini. Aku sudah berusaha mencarikan perawat yang baru untuk Oma, tetapi tidak ada satupun yang cocok. Ini tidak akan lama, nanti kita sama-sama mencarikan perawat yang sesuai dengan kriteria yang Oma inginkan,” bujuk Alvaro memelas.
Hampir saja Alvaro kehabisan akal bila sang ibu tetap tidak mau membantunya merawat Oma Maria. Diandra akhirnya mengalah saat mendengar suara anaknya yang memohon memelas.
Langkah yang diambil Diandra ini memang sangat berat. Antara kasih sayang seorang ibu dan kepada anaknya dan luka seorang menantu terhadap ibu mertuanya.
Tiga puluh tahun bukanlah waktu yang singkat bagi seorang Diandra untuk bertahan dalam kubangan luka dan air mata. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila nanti mereka bertemu lagi dan tinggal di bawah atapnya sama.
Hans Maria memang sudah tidak muda lagi, tetapi bukan halangan untuk kembali menyiksanya. Mungkin di hadapan Alvaro dia selamat. Di belakang Alvaro tidak ada jaminan Hans Maria tetap ramah.
“Baiklah demi kamu kali ini Mama mengalah. Mama hanya minta kamu untuk bersikap tegas terhadap wanita tua itu bisa sewaktu-waktu dia kembali menyakiti mama.”
Akhirnya Alvaro dapat bernapas dengan mendengar kesediaan sang ibu untuk merawat Oma Maria. Dalam hati berjanji akan melindungi ibunya dari segala sikap tak ramah Oma-nya.
Mengingat perseteruan ibu dan oma-nya Alvaro mengacungkan empat jempol pada Livia berhasil menundukkan dan menaklukan orang arogan seperti omanya.
“Gadis kampung itu bisa dikatakan sangat luar biasa. Mampu menaklukan oma yang keras. Mama yang telah menjadi menantunya puluhan tahun tetap tidak bisa menaklukan oma.”