Bab 5. Obat penawar Alvaro

1398 Kata
Andrea bekerja seperti biasanya, tidak ada yang berubah dari aktivitasnya walau kini dia sudah tidak sendiri. Wanita itu tidak ingin tahu siapa suaminya karena pernikahan yang terjalin sudah rapi seperti kontrak yang mereka tanda tangani. Gery-asisten Andrea masuk ke dalam ruangan dan memberikan kontrak terbaru untuk kerjasama dengan perusahaan Bentley, semua design sudah di setujui dan kini mereka kembali melanjutkan kerjasama. “Mereka mengundang kita untuk hadir di acara ulang tahun perusahaan, apa anda ingin datang?” Tanya Gery pada Andrea yang kini sedang fokus. “Aku tidak ingin bertemu dengan siapapun,” ujar Andrea yang sudah malas bertemu dengan banyak orang terlebih dia belum siap mengungkapkan identitas aslinya. “Tuhan, anda sungguh diluar nalar. Orang lain bisa saja menggunakan identitas anda,” ujar Gery. Andrea tahu hal seperti itu bisa saja terjadi, tetapi dia tidak ingin memikirkan hal yang tidak membuat dirinya semakin berkembang. Mereka mungkin bisa menggunakan identitasnya, tetapi mereka tidak akan mampu menyamai hasil karyanya. “Biarlah Gery, aku hanya ingin hidup tenang.” “Anda tidak ingin membuat mantan b******n itu nyesal? Harusnya anda jangan diam nona,” ujar Gery yang kesal sendiri. Lelaki itu sudah lama menjadi asisten Andrea, walau hanya mereka berdua tapi pekerjaan ini berjalan lancar, sesekali Gery mengecek kondisi toko perhiasan karena sejak awal Andrea hanya memantau semuanya dari belakang. “Diamlah, aku bahkan sudah menikah. Aku tidak peduli dengan lelaki tidak berguna itu,” ucap Andrea. Andrea memang masih sakit hati, tetapi dia lebih bersyukur karena dengan semua yang terjadi dia kini membuka matanya agar tidak menikah dengan orang yang salah. Tuhan menolongnya untuk tidak mengorbankan kehidupannya yang berharga demi bersama lelaki yang tidak tahu terima kasih seperti Denis. “Sudah menikah? Tuhan apa aku tidak bermimpi?” Tanya Gery. “Tidak, lain kali aku akan memperkenalkannya.” Gery mengangguk, dia baru tahu jika bosnya sangat gila menikah dengan orang yang baru dia kenal. Gery kembali ke luar, seperti biasanya diam-diam dia mengatur semua pekerjaan Andrea dan tidak banyak orang tahu jika toko buku ini adalah suatu alibi untuk menutupi pekerjaan Andrea yang sebenarnya. “Aku hanya berharap kali ini anda bertemu dengan orang yang baik.” Doa Gery dengan tulus, Andrea bukan hanya sekedar bos baginya karena wanita itu yang menyelamatkannya dan membantunya keluar dari neraka dunia yang diberikan oleh keluarga tirinya. *** Alvaro mengepalkan tangannya, dia menahan amarah ketika Gibran mengatakan jika Damian sedang mengumpulkan beberapa orang yang selalu ingin menurunkannya dari posisi pemimpin. “Apapun yang dia lakukan, aku tidak akan membiarkan rencana mereka berhasil.” “Nyonya Diana masih tidak percaya dengan hasil tes yang saya bawa tuan, karena saya tahu jika nyobya Diana bertemu dengan dokter anda,” ujar Gibran. “Biarkan saja, biar dia mencari sendiri kenyataanya. Aku hanya tidak ingin dipaksa dengan Merry, sejak awal aku sudah memiliki feeling buruk kepadanya,” ujar Alvaro. “Apakah anda ingin saya menyelidikinya tuan?” tahya Gibran. “Tidak perlu, nenek akan marah jika aku melebihi batas. Dia sangat percaya dengan wanita itu, percuma saja mengatakan kejelekannya di saat nenek menginginkannya menjadi menantu,” ujar Alvaro. Alvaro kini mengatakan semua rencananya, di saat ulang tahun perusahaan diadakan saat itu pula Damian dan yang lain pasti ingin menjatuhkan martabatnya di depan publik, tetapi dia yakin mampu menghadapinya karena dia kini sudah memiliki istri. “Anda yakin akan mengajak nyonya?” Tanya Gibran. “Aku dilema, aku bahkan tidak mengatakan jujur mengenai identitasku,” ujar Alvaro. Alvaro mengusap wajahnya dengan kasar, dia sungguh pusing menghadapi realita yang kini harus dia jalani, kehidupannya sejak awal memang tidak mudah, jika bukan karena mentalnya yang kuat sejak awal dia sudah menyerah di saat ibunya meninggal karena ulah ayannya sendiri. “Sialan!”umpat Alvaro kesal lelaki itu merasa jika semua ini terlalu melelahkan untuknya, setelah dia merasa menemukan obat penawar sakitnya kini ada orang yang ingin mengusiknya. “Kamu minta orang untuk mengawasi Andrea, aku tidak ingin nenek bertemu dengan Andrea secara tiba-tiba. Aku belum siap mengatakan siapa aku sebenarnya,” ujar Alvaro. Gibran mengangguk, dia lalu keluar dari ruangan dan melihat Merry yang datang. Dia segera menahan Merry agar tidak masuk ke dalam ruangan Alvaro, bosnya pusing karena Damian dan dia tidak ingin Alvaro semakin marah karena kedatangan Merry di kantornya. “Nona, tuan Alvaro tidak ingin diganggu.” Gibran menahan Merry yang ingin membuka ruangan Alvaro. “Emangnya aku harus mendengarkan ucapanmu?” Tanya Merry kesal lalu menyentak tangan Gibran. Merry langsung masuk dan melihat Alvaro yang terlihat tidak baik di kursinya. Wanita itu langsung menghampiri Alvaro dan berusaha memeluknya, Gibran langsung berlari dan menarik tangan Merry, sebentar lagi akan ada rapat penting dan dia tidak ingin Alvaro kembali sakit. “Apaan sih, sama tunangan sendiri ga boleh peluk.” Merry kesal dia berusaha mendekati Alvaro lagi. “Apa kurang jelas apa yang aku katakan semalam? Aku sudah menikah. Tidak pantas kamu menyentuhku,” ujar Alvaro menatap Merry tajam. “Nenek meminta kalian bercerai, aku tidak mau menyerah saat ini.” Merry tersenyum manis menatap Alvaro. Wanita itu memang tidak tahu malu, dia selalu ingin menempel pada Alvaro bahkan terus menggunakan Diana sebagai alasan agar Alvaro tidak menolak kehadirannya. “Terserahmu, tapi pergilah untuk saat ini. Aku sangt sibuk dan tidak ada waktu menghadapimu,” ujar Alvaro. Merry cemberut, dia lalu berlari dengan cepat dan mencium pipi Alvaro. Lelaki itu terkejut dan langsung mengusapnya, tubuhnya terasa gemetar dan rasa aneh itu kembali datang. Gibran yang panik langsung segera membantu Alvaro, dia tidak menyangka jika Merry sangat nekat. “Bagaimana tuan? Sebentar lagi kita harus datang ke tempat pertemuan,” tanya Gibran. “Wanita sialan, obat ini tidak akan mampu menahan reaksinya. Tubuhku bahkan sudah terasa gatal dan sangat lemas,” ucap Alvaro. “Bagaimana dengan nyonya apakah anda bisa meminta bantuannya?” Tanya Gibran. Ketika mereka sudah berada di mobil kini Alvaro langsung menghubungi Andrea, salah satu yang bisa dia lakukan adalah meminta Andrea untuk menolongnya. Tubuhnya memang aneh, dia selalu bereaksi ketika disentuh oleh wanita lain, hanya Andrea yang aman untuknya dan kini dia tidak bisa lagi mengelak semakin lemas jika tanpa bantuan wanitanya. “Tolong aku, kamu dimana.” Alvaro berkata dengan lemas ketika sambungan telepon tersambung. Alvaro langsung mengangguk, Andrea mengirimkan alamat toko bukunya. Dia tahu bahwa apa yang dia lakukan tidak adil untuk Andrea, tetapi dia terpaksa karena tidak ingin gagal mendapatkan project penting dalam perusahannya. “Ke sana sekarang,” ujar Alvaro menunjukkan alamatnya pada Gibran. Sepanjang perjalanan lelaki itu merasa lemas, semakin lama nafasnya terasa semakin tercekat. Dia tidak tahu kelainan apa yang dia alami, selama ini dokter hanya bisa membantu mengurangi efeknya bahkan dia harus dirawat beberapa hari hingga sembuh, tapi kini dia harap Andrea bisa menolongnya. Andrea keluar dari toko menunggu Alvaro dengan khawatir, dia langsung menghampiri mobil ketika melihat Alvaro keluar dari sana dibantu oleh Gibran. “Bantu aku,” bisik Alvaro yang lemas. Andrea meminta Gibran membantu Alvaro untuk masuk ke dalam tokonya, wanita itu langsung meminta Gibran membawanya ke ruangan istirahat Andrea. Ruangan ini baru jadi sebulan yang lalu, dia sengaja membuat kamar kecil karena saat itu dia lelah pulang ke apartemen karena banyak pekerjaan yang harus dia lakukan. “Apa yang terjadi?” Tanya Andrea pada Gibran. “Tuan membutuhkan bantuanmu nyonya,” ujar Gibran lalu keluar ruangan bersama dengan Gery yang terkejut karena dia tahu pasti siapa orang yang menjadi suami Andrea. Gery menatap Gibran dengan tajam karena mereka kini baru mengungkapkan rahasia terbesar. “Jangan katakan apapun pada nyonya sebelum tuan jujur untuk semuanya,” ucap Gibran pada Gery. *** Andrea menyeka keringat dingin itu dengan tisu di kamarnya, dia membantu Alvaro minum dan dia kini bingung harus melakukan apa untuk membantu Alvaro yang terlihat kesakitan. “Bantu aku An,” erang Alvaro yang mulai sesak, dia melonggarkan dasinya dan kini mulai membuka kemejanya dengan kasar, tubuhnya di sentuh wanita lain dia harap setelah bersentuhan dengan tubuh Andrea semua rasa sakitnya akan hilang. “Apa yang bisa aku bantu?” Tanya Andrea. Alvaro langsung menarik Andrea, dia mengungkung wanita itu di bawahnya. Alvaro langsung mencium Andrea dengan liar, dia tidak tahu apakah cara ini efektif atau tidak yang pasti dia harap setelah menyatukan diri bersama dengan obat penawarnya dia akan sembuh dari rasa sakitnya. “Maafkan aku An,” ucap Alvaro yang kini mulai melepas satu persatu pakaian Andrea. Wanita itu terlihat bingung, namun dia pasrah dengan semua perlakuan Alvaro. Lelaki itu adalah suaminya, Andrea pikir tidak ada yang salah bercinta dengan suaminya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN