Melampiaskan Hasrat Kerinduan

1618 Kata
Hazel menekan tombol beberapa kali, lalu ketika pintu terbuka dirinya disambut oleh Daren yang saat ini hanya mengenakan bathrobe. Daren kembali menutup pintu dan menguncinya. Daren memesan kamar presiden suite yang begitu megah dan mewah. Hazel berjalan masuk dan duduk di tepi ranjang. Rambutnya yang tadi terikat ke atas kini sudah tergerai. Tangan Daren meraih wajah Hazel dan mengecup bibirnya. Tapi dengan cepat tangan Hazel menahan tengkuk Daren dan menaut bibir pria itu lebih dulu. Daren menerima dan mulai membalas ciuman Hazel yang begitu liar. Lidah yang basah dan panas semakin meningkatkan api gairah keduanya. Namun kemudian Daren melepaskan ciumannya. Ditatapnya Hazel yang sudah mulai terangsang ingin segera disetubuhi. Tapi belum waktunya. Daren ingin berlama-lama dulu. Ingin melepas rindu yang lama, sangat lama. "Jangan terburu-buru dulu sayang," ujar Daren deduktif. Pandangan mata Hazel mulai sayu, wanita itu menggigit bibir bawahnya sendiri begitu sensual. Saat ingin mencium bibir Daren, pria itu sedikit memundurkan kepalanya agar wanita itu tak dapat menciumnya. Daren juga menggelengkan kepalanya kecil. "Tidak sayang, tahan dulu." Hazel pun pasrah saja. Dia dengan nekat melepas semua pakaiannya dan hanya menyisakan bra serta celana dalam rendanya yang berwarna merah. Apalagi payudaranya yang menyembul penuh tampak tengah menantang dirinya. Mati-matian Daren menahan diri, belum waktunya untuk bercocok tanam. "Ah, aku benar-benar rindu tubuhmu sayang..." ujar Daren yang sekarang memeluk tubuh seksi itu dan menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Hazel. Hazel mendesis geli karena nafas Daren begitu terasa di lehernya. Membuatnya merinding. Daren lekas melepas pelukannya lalu mengecup pundak kiri Hazel sekilas. Daren menyodorkan segelas wine pada Hazel, dan gadis itu menerimanya. Mereka berdua minum bersama sembari berbincang. Hazel mengatakan jika Daren termasuk orang yang nekat. Tapi pria itu malah tertawa. Sebenarnya Daren sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya ingin sekali menemukan gadis di sampingnya ini, Hazel Oswald. Bahkan setelah bercinta dengannya, Daren tak pernah mau melakukannya dengan wanita lain. Padahal sebelumnya dirinya sering sekali menyewa seseorang untuk one night stand dengannya. Tapi setelah kejadian malam panas dengan Hazel membuat dirinya seperti terikat dengan gadis tersebut. "Besok ada jadwal pemotretan tidak?" tanya Daren. "Tidak, kebetulan besok jadwalku kosong." jawab Hazel jujur. "Besok juga weekend, aku tidak ke kantor." "Lalu?" tanya Hazel sembari jemari lentiknya dengan nakal menyusuri wajah tampan Daren. "Bercinta sampai pagi? Lalu dari pagi sampai malamnya?" jawab Daren, lalu bibirnya mengecup punggung tangan wanita itu. "Kau akan mengurungku, hm?" "Iya mengurungmu untuk membawamu ke surga dunia." "Oh benarkah? Apakah nikmat?" "Nikmat hingga kau menjerit meminta untuk terus ku setubuhi." "Menarik." Daren gemas bukan main dengan jawaban Hazel. Membuatnya ingin cepat menenggelamkan diri di dalamnya. Tangan Daren menepuk pahanya. Seolah mengerti dengan apa maksud Daren, akhirnya Hazel duduk di pangkuannya. Dengan posisi punggungnya ia sandarkan pada dadaa bidang Daren. Hazel mengelus pipi Daren lembut dan terkesan sensual. Pantatnya pun sengaja dirinya tekan kan ke bawah. Membuat Daren menggerang rendah. Tangan Daren sibuk meremas payud4ra Hazel yang masih mengenakan bra. Tangan yang satunya sibuk berada di bawah sembari mengusap sensual dari balik celana dalam tipis itu. Bibir Daren pun sibuk menyusuri leher Hazel. Kulit putihnya yang seputih s**u membuat tanda yang diberikannya nampak terlihat jelas. Warna merah gelap. Daren meninggalkan banyak kissmark disana. Entah bagaimana tangan Daren sudah berhasil menurunkan celana dalam tipis berenda milik Hazel. Jemarinya mengusap lembut bibir bawahnya. Mengusap pelan area sensitifnya, hingga Hazel melenguh tanpa sadar. Usapan demi usapan jemari Daren terus turun naik membuat Hazel mengigit bibirnya kuat-kuat. Hingga tiga jari Daren masuk sekaligus. Wanita itu memekik lalu mendesah karena pergerakan tangan Daren benar-benar cepat. Daren mengajak Hazel berciuman begitu dalam. Saling membelit lidah dan menghisapnya. Lalu ketika jemari Daren menyentuh titik ternikmat membuat Hazel memekik hingga ciuman keduanya terlepas. "Ahh.. Daren enak..." "Ada yang lebih enak sayang." Setelah mengatakan itu Daren langsung mempercepat gerakan jemarinya. Wajahnya Hazel sudah merah padam, dirinya hampir mencapai puncaknya. Tapi disaat-saat itu, Daren malah menghentikannya. Hazel melotot kesal. Hampir saja dirinya sampai tapi malah tidak jadi. Rasanya kepala mau pecah karena tidak terselesaikan. "Sialan!" "Kau semakin seksi jika marah." "Aku hampir melayang tadi, tapi kau malah menghentikannya." Daren mengecup pipi Hazel sekilas, lalu menyuruh Hazel untuk berdiri. Pria itu melepas bathrobe yang dipakainya. Oh astaga! Ternyata Daren memang sudah telanjang di balik bathrobenya. 'Pantas saja sangat terasa' batin Hazel. Kejantanan Daren tampak sudah tegak sempurna, panjang, gemuk dan berurat. Oh shitt! Its a big d**k! Hazel berkali-kali menelan ludahnya menatap perawakan Daren yang terpahat begitu sempurna. Dadanya yang bidang, tubuhnya yang atletis, dan otot-otot di lengan , paha dan perutnya tercetak begitu jelas dan apik. Begitu juga tato ular yang menghiasi lengan kanan Daren. Jemari Hazel menyusurinya. Tak hanya itu, bibir dan lidahnya mulai menyusuri dadaa hingga perut pack pria itu. Hingga sekarang, Hazel sudah berjongkok dengan kepalanya yang berhadapan langsung dengan kejantanan milik Daren. Dikecup kepalanya. Lalu lidahnya terulur untuk menjilatnya dan berakhir mengulumnya. Daren terus mendesis dan menggeram seiring permainan lidah dan mulut Hazel untuk memanjakan miliknya. "Ahh.. Hazel..." Mata Hazel melirik Daren yang tengah merem melek karena keenakan. Sampai-sampai pria itu menekan kepala Hazel agar maju dan miliknya masuk lebih dalam. Saat miliknya mulai berkedut, Daren nampak menggeram keras. Tapi yang terjadi Hazel menghentikan aktifitasnya membuat Daren frustasi karena tak sampai pada orgasmenya. "Makanya jangan mempermainkan aku sayang." ujar Hazel yang berdiri lalu mengecup pelipis Daren. "Nakal!" seru Daren sembari menarik Hazel untuk duduk di pangkuannya, dengan posisi menghadap dirinya. Daren menaut bibir Hazel dengan kasar dan liar. Dia sudah termakan api gairahnya sendiri yang telah ditahan-tahan sejak lama tadi. Jarinya dengan mudah membuat kait belakang bra yang dikenakan Hazel. Bibir Daren menyusuri leher jenjang Hazel, dan sang empu pun mendongakkan kepalanya memberi akses agar Daren dapat dengan mudah menyusurinya. Tangannya pun meremas-remas dadaa bulat padat yang menjadi candu baginya. Ah tidak! Setiap jengkal kulit Hazel dia mencandunya. "Uhh.." Lenguhan Hazel kembali membuatnya semakin bersemangat. Tangannya memeluk pinggang Hazel dengan posesif. Lalu bibirnya mulai mengecup kedua dadaa Hazel yang menggantung indah di hadapannya. Lidahnya terjulur untuk menyusurinya. Menjilat hingga ke putingnya yang berwarna pink kemerahan. Dijilatnya main-main lalu berani mengulum dan menghisapnya kuat bergantian kiri kanan. Dan itu sukses membuat Hazel mendesah tanpa henti. "Kau selalu siap untukku sayang." ucap Daren saat telunjuknya memeriksa bagian inti tubuh Hazel yang sudah sangat basah. Detik berikutnya Daren memposisikan miliknya untuk segera masuk. Tapi sebelum itu digesek-gesekkannya dibibir bawahnya, membuat Hazel merengek dan kesal untuk segera dimasuki. "Cepat sialan! Jangan menyiksaku!" umpat Hazel dan Daren terkekeh geli. Akhirnya Daren benar-benar melesakkan miliknya masuk ke dalam liang surgawi milik Hazel. Keduanya mendesah saat penyatuan itu. Daren menggerakkan miliknya dengan perlahan namun dalam. Hazel menciumi seluruh wajah Daren meskipun tubuhnya terus terhentak-hentak. Mulai dari dahi, pelipis, mata, hidung, pipi, dagu lalu bibirnya yang berakhir ciuman yang sangat lama dan liar. Gerakan Daren dibawah sana pun semakin cepat dan liar saja. Membuat Hazel menjerit-jerit keenakan. "Daren..." "Iya sayang, sebut namaku.." pinta Daren. "Oh, Ahh Daren.. Ahh ahh..." Daren semakin memacu dirinya dengan gerakan brutal. Hazel bahkan berkali-kali mendesah hebat dan menjerit keras saat Daren lagi-lagi menyentuh titik terdalamnya yang begitu sensitif dan ternikmat. "Milikmu sempit dan menjepit sayang!" teriak Daren Lenguhan demi lenguhan, desahan demi desahan yang menyahut menggema di seisi kamar hotel ini. Keduanya sama-sama bermandikan keringat. Gairah dalam diri keduanya benar-benar membakar tubuh untuk terus mengejar dan mencapai puncak kepuasan dan kenikmatan. Hazel menjerit saat dirinya mencapai pelepasannya. Tubuhnya serasa lemas, tapi Daren masih menggempurnya tanpa ampun. Daren belum sampai sama sekali, padahal Hazel sudah keluar dua kali. Daren menggigit telinga Hazel dan meniupnya, membuat sekujur tubuh wanita itu meremang. Lalu mata Daren tertuju pada kedua dadaa Hazel yang bergerak bebas setiap kali dirinya menghentak. Karena gemas akhirnya dia meraup dadanya itu, mengulum dan menghisapnya bak bayi kehausan. Lalu menggigitnya gemas, membuat Hazel memekik. "Akh!" "Maaf sayang..." sahut Daren dengan senyum tanpa dosa. Hazel pun membalas dengan menggigit pundak Daren kuat. Hingga pria itu merasakan sakit, lalu akhirnya dia menghentak super cepat dan brutal. Daren tersenyum senang karena melihat Hazel terus menjerit-jerit. Lalu detik berikutnya dia merasakan genitalnya berkedut ingin segera keluar. Lalu akhirnya Daren menyemburkan cairannya di dalam. Hazel merasakan rahimnya menghangat karena siraman dari cairan Daren yang keluar di dalamnya. Si gadis Oswald tak mempermasalahkan itu, karena dia sedang tidak dalam masa suburnya. Nafas keduanya saling memburu. Saat ini mereka berpelukan begitu erat. Bahkan Daren masih menikmati sisa-sisa cairan kenikmatannya yang baru saja keluar. Si pria Cyrill mengecup pundak polos Hazel berulang kali. Hazel pun juga membalas dengan mencium leher Daren dan menjilat main-main telinganya. Daren mendesis saat Hazel tak sengaja menggerakkan tubuhnya. Membuat milik Daren yang memang masih di dalam kembali menegang meminta asupan lagi. "Kenapa kau nakal sekali?" tanya Daren yang mulai menenggelamkan kepalanya di pertengahan gunung kembar milik Hazel. Mencium aroma tubuh Hazel yang begitu wangi dan khas. "Kau saja yang mudah terangsang!" sarkas Hazel dan Daren langsung menghujani wajahnya dengan ciuman saking gemasnya. Oh ayolah, Daren dan Hazel sepertinya terjebak dengan permainan mereka masing-masing. Yang awalnya hanya ingin bermain dan bersenang-senang lalu dilupakan. Malah sekarang mengulanginya dengan penuh kesadaran dan keinginan. "Jadi bersiaplah menerima hukuman dari pria yang mudah terangsang ini Nona Hazel Oswald..." seru Daren sembari menampilkan senyum smirknya. "Aku menunggunya.." sahut Hazel yang membuat api gairah Daren semakin menggebu-gebu. Tanpa babibu, Daren langsung menghempaskan tubuh Hazel agar berbaring di ranjang. Ya, tanpa melepaskan penyatuan mereka di bawah sana. Kemudian Daren kembali memompa tubuh Hazel. Bergerak menghujam, menghentak, dan menusuk begitu dalam dan kuat. Berkali-kali menyentuh titik ternikmat yang ada di dalam tubuh Hazel. Keduanya sama-sama melepas rindu. Rindu akan sentuhan satu sama lain, rindu akan desahan satu sama lain, rindu akan kenikmatan yang dicapai bersama. Keduanya terus mengais mencari puncak kenikmatan dan kepuasan bersama. Entah sudah berapa kali mereka melakukannya. Yang jelas, Daren benar-benar menggempurnya sampai pagi buta. Lalu berlanjut siang hingga malam, seperti tak akan pernah puas akan satu sama lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN