Flashback ONS in Berlin

1775 Kata
Setelah ajakan Daren, Hazel sempat mau menolak. Tapi apa daya ketika tangan besar dengan jari yang panjang itu mulai mengelus pipinya, membuat sekujur tubuhnya menegang. Hazel merasa aneh dengan dirinya. Bisa-bisanya hanya dengan sentuhan di pipi membuat tubuhnya menginginkan pria itu segera. Hampir saja Hazel akan melahap bibir pria itu jika saja Daren tak memberitahunya soal Emily yang sedang mengintip. Daren pun mengirim pesan pada Hazel. Hazel mengernyit bingung, bagaimana bisa Daren mendapatkan nomornya? Dia bahkan belum pernah menghubungi pria itu sama sekali. Hazel mulai mengenyahkan pikiran-pikiran itu. Daripada dirinya sibuk dengan hal itu lebih baik dia segera membaca pesan Daren. Toh, dia tau siapa Daren Cyrill itu. Pasti sangat mudah baginya untuk mengetahui hal kecil seperti nomor ponselnya ini. Pupil mata Hazel melebar sempurna. Pasalnya, isi pesan tersebut adalah, sebuah alamat hotel yang tidak jauh dari sini. Bahkan Daren sudah menyebutkan nomor berapa kamar hotelnya. "Sudah sore. Aku tunggu di sana, sampai jumpa." ucap Daren sembari mengusap bibir bawah Hazel menggunakan ibu jarinya dengan gerakan sensual. Hazel menatap punggung lebar Daren yang lama-kelamaan menghilang tak terlihat lagi. Kemudian muncul sosok orang yang begitu dirinya kenal melangkah ke arahnya tanpa keraguan. Hazel tau jika dia akan diterjang oleh banyaknya pertanyaan-pertanyaan dari rasa keponya sang sahabat. Siapa lagi yang masuk menghampirinya jika bukan Emily Faith? Bahkan mata Emily juga sudah memicing tajam, pun bibirnya sudah bersiap untuk melayangkan banyak pertanyaan. Memang gatal sekali pasti jika tidak berbicara atau mengomel sebentar saja. "Kau mengenal Daren sebelumnya?" tanya Emily tanpa basa-basi sama sekali. "Apa yang dia katakan tadi? Kenapa dia berbisik begitu? Oh ayolah beritahu aku! Katakan kapan dan di mana sebelumnya kalian bertemu? Ada hubungan apa kau dengannya? Ku harap kau tak gila ya! Apa dia—” "Satu-satu tanyanya, Emily.” sela Hazel memotong ucapan Emily yang panjang tanpa putus seperti kereta api. “Bagaimana aku menjawabnya jika kau bertanya seruntut itu tanpa jeda sama sekali?” Emily menghirup oksigen banyak-banyak dan menghembuskannya. Dia menatap manik mata Hazel penuh selidik. Dia tak mendengar ucapan Daren yang terakhir tadi. "Percuma Em, kau tak akan mendapatkan jawaban apapun dariku.” "Terserah. Suka-suka dirimu sajalah kalau begitu," sahut Emily pasrah. Hazel kembali mengemasi barangnya sendiri dan memasukkannya dalam tas. Emily terus saja memperhatikan setiap gerakan apa saja yang dilakukan oleh Hazel. "Em, aku ada urusan. Jadi, aku duluan." "Ke mana?" "Apa harus aku mengatakannya, Em?" "Aku hanya bertanya, dan memastikan kau pergi ke tempat yang tidak berbahaya." "Tapi aku tidak wajib untuk menjawabnya kan? Jadi, tidak perlu aku jawab." "Kau ingin menemuinya?" "Siapa?" "Daren!” jawab Emily spontan. Hazel nampak terdiam lalu detik berikutnya dia tersenyum. Emily yakin jika ucapannya adalah benar. Daren, Hazel ini akan menemui pria itu. "Mungkin..." sahut Hazel. "Berhati-hati dengannya. Aku sedikit takut kau dekat dengannya." "Kata siapa aku dekat dengannya?" "Ah sial! Terserah kau saja! Pergi sana! Muak aku." "Hahaha.. Baiklah, aku pergi dulu Em!" Emily kesal karena Hazel sulit sekali diberitahu. Dia sedikit merasa takut dengan pria bernama Daren. Sosok yang dingin, kaku itu cukup misterius dan susah untuk ditebak. Apalagi tadi tatapan Daren benar-benar tajam. Emily memang mengagumi ketampanan Daren. Apalagi tubuhnya yang tinggi, kekar berotot. +++ Sementara itu, Hazel yang sedang dalam perjalanan menuju hotel yang dimaksud oleh Daren, mendadak teringat dengan malam panasnya bersama pria itu. Lolongan penuh kenikmatannya terasa terdengar begitu keras. Padahal, ia hanya mengingatnya. Hazel tersenyum asimetris saat teringat dari awal pria itu mencumbunya. Bahkan sejak baru saja memasuki kamar hotelnya. "Akh—" Hazel memekik terkejut saat Daren menaut bibirnya begitu menggebu. Dia pun membalas ciuman Daren tak kalah liarnya. Mereka sama-sama mencoba mendominasi. Daren menggigit bibir bawah hazel dan gadis itu membuka mulutnya. Dengan cepat Daren melesakkan lidahnya masuk untuk mengabsen seluruh deretan gigi milik hazel. Lalu tak lupa lidah mereka saling bertarung. Saling membelit dan menghisap. Sesekali ciuman terlepas agar mereka meraih oksigen sebanyak-banyaknya. "Eumh, ahh..." desah Hazel saat jemari Daren mulai mengusap bagian inti tubuhnya yang masih terbalut celana dalam renda tipisnya. Usapan demi usapan membuat Hazel merasa geli namun nikmat. Dia bahkan menjepit jemari Daren yang masih mengusap di bawah sana. "Jangan mendesah begitu. Apa kau ingin aku menyetubuhimu dengan berdiri begini?" "Kalau begitu bawa aku ke ranjang sayang." sahut Hazel dengan tatapan sayu. Daren tersenyum puas saat menatap mata Hazel yang sayu. Terlihat sudah b*******h seakan ingin segera untuk di setubuhi. Dengan gerakan gesit Daren langsung membopong tubuh seksi itu dan menghempaskannya di atas ranjang. Hazel tertawa saat dirinya seperti dilempar, karena ekspresi Daren benar-benar sudah dipuncak gairah ingin segera dituntaskan birahinya. Daren Cyrill dengan terburu-buru melepas semua pakaian yang melekat pada tubuhnya dan menyisakan bokser ketat di bagian bawahnya. Hazel pun sama, dirinya juga dengan lihai melucuti seluruh pakaiannya sendiri hingga polos di depan seorang Daren Cyrill. Daren meneguk salivanya susah payah. Sial! Genitalnya semakin keras meminta untuk dikulum dan dimanjakan. "Can we play.... Baby?" tanya Daren yang mulai menindih tubuh Hazel yang polos. "Lakukan.." sahut Hazel dan detik berikutnya Daren menyambar bibir itu dan mengajaknya berciuman. Ciuman yang menggebu dan begitu menuntut lebih. Setelah puas berciuman, lidah Daren mulai mengecupi leher jenjang sang gadis. Menjilatnya, menghisapnya bahkan menggigit kecil dan meninggalkan bekas kemerahan di sana. Tangannya juga tak berhenti meremas dadaa yang begitu besar dan sekal dengan lembut. Lidahnya masih sibuk menyusuri leher turun kebawah hingga di pertengahan bukit kembar yang akan menjadi kesayangannya. Hazel merinding saat seruan nafas Daren berada di pertengahan payud4ranya. "Uhhh.." desah Hazel. Mendengar desahan Hazel membuat bibir Daren tersungging. Dia menjilati dadaa kanan Hazel. Tubuh gadis itu meremang karena sapuan lidah Daren yang menyusuri dadanya hingga pucuknya sudah tegang dan mengeras. Sedangkan tangan daren yang satunya pun masih meremas-remas dadaa kiri gadis itu. "Oh, ahh..." desah gadis itu saat Daren sudah mengulum dadanya begitu liar. Lidahnya menyentil pucuk dadanya dan berakhir mengulum dan menghisap begitu kuat seperti bayi kehausan. Hazel tak kuasa menahan desahan atas perlakuan Daren padanya. Dia bahkan meremas rambut Daren dan menekan kepala pria itu agar lebih dalam mengulum dadanya. Daren melakukannya dengan sangat lihai. Dia melakukannya secara bergantian. Dari kanan kanan lalu kemudian dadaa kiri. "Oh, ya sayang, terusss..." Desahan Hazel membuat Daren bersemangat saat menghisap dadaa gadis itu. Membuatnya menghisap begitu kuat. Setelah puas, lidah Daren turun menyusuri perut rata Hazel. Seolah setiap inci tubuh Hazel tak boleh terlewatkan barang sedetikpun. Bahkan jemarinya pun masih sibuk memilin kedua puncak dadanya. "Bagaimana? Kau ingin lanjut?" tanya Daren tiba-tiba "Memangnya kau ingin berhenti?" tanya balik Hazel dengan suara sensual, lalu detik berikutnya jemari kakinya mengusap milik Daren. Walaupun di balik boxer, Hazel dapat melihat milik pria tampan ini sudah menggembung sempurna. "Oh shitt!! Jadi terimalah ini!" ujar Daren dan Hazel tertawa. Si pria Cyrill langsung membuka lebar paha wanita yang berada di bawahnya ini. Gadis yang begitu pasrah. Jemarinya mengusap milik Hazel dan sang empu mendesis. Daren menundukkan kepalanya dan menghirup aroma khas seorang wanita. Bau milik Hazel begitu wangi, menggoda dan tentunya mahal. Hazel Dapar merasakan deru nafas Daren dibagian miliknya. "Ahh..." desahnya saat merasakan sapuan lidah Daren di bawah sana. "Kau sangat basah sayang." ujar Daren mendongak menatap wajah Hazel yang sudah amat terangsang. Kembali lidah Daren menjilati inti tubuh Hazel dengan rakus. Hingga miliknya pun sesekali Daren hisap. Semuanya disesap begitu liar. Hingga lidahnya mendorong masuk ke dalam lubang sempit itu. Begitu lihai menusuk-nusuk didalamnya. Membuat Hazel terus mendesah, menjerit nikmat. "Daren—ah geli... Enak sayang" "Daren..." Desah panjang Hazel terdengar sangat erotis di telinga Daren. Lidahnya terus bergerak menusuk dan memutar didalamnya. Membuat tubuh Hazel berkali-kali melengkung ke atas. Sampai Daren harus terus menahan pinggul Hazel agar tak bergerak. Hazel merasakan hampir sampai di o*****e pertamanya. Hingga tak sadar kedua pahanya menjepit kepala Daren di bawah sana. Bahkan tangannya turut serta menekan kepala pria itu ke bawah. "Ahh... Uhhh.." lenguh panjang Hazel. Daren mendongak lalu mencium bibir Hazel sekilas. Namun Hazel kembali mencium Daren dan menahan tengkuknya. Mengajaknya berciuman dengan liar. Daren juga tak mau menyia-nyiakan waktunya dengan menganggur saja. Dimasukkannya jari tengahnya ke dalam lubang kenikmatan Hazel. Membuat Hazel melotot kaget. Lalu kemudian Daren menambah jarinya satu hingga dua jari masuk. Total tiga jari tengah keluar masuk dari dalam inti tubuh Hazel. Ciuman terlepas, bibir Daren kembali mengincar payud4ra sekal milik Hazel dan menghisapnya kuat. "Lebih cepat, eungh.." desah Hazel dan Daren mempercepat kerja jarinya. Hazel kembali menggelinjang, dia telah sampai lagi. Sembari bibir Daren menghisap dadanya, jemari lentiknya mengusap milik Daren yang sudah begitu besar dan tegang. Dengan lihai hazel melepas boxer Daren. Setelah terlepas Hazel shock karena ukuran milik Daren begitu besar panjang dan berurat. Ah, Hazel jadi tak sabar merasakannya. Daren kemudian mendekatkan miliknya tepat di hadapan wanita itu dan sang empu mengerti. Hazel mencium pucuknya lalu membawanya masuk ke dalam mulutnya. Dengan begitu lihai dirinya mengulum dan memanjakan milik Daren sampai sang pemiliknya di buat merem melek saking keenakan. "Aahhhh aahhh.." desah Daren. Hazel sesekali tersedak saat Daren malah menggerakkan pinggulnya maju mundur. Membuat miliknya masuk terlalu dalam. Mungkin sampai dinding tenggorokan gadis itu. Daren tak ingin keluar dulu, maka dirinya langsung meminta Hazel untuk berhenti. "Stop baby.." Hazel menurut, wajahnya sudah berantakan. Tapi terkesan begitu seksi sekali dimata Daren. Hazel pun juga tak berkedip menatap tubuh atletis seorang Daren. Tubuhnya begitu kekar berotot. Apalagi perut packnya yang menggoda. "Sudah puas memandangi tubuhku baby?" Daren menyeringai dan membuka lebar paha Hazel. Sang wanita begitu pasrah dan itu membuat Daren begitu suka. Wanita penurut yang manis. Daren mulai memposisikan genitalnya dan kemudian melesak masuk kedalam lubang sempit itu. "Akh!" Hazel memekik saat milik Daren memasukinya. Dapat dirinya rasakan jika milik Daren begitu penuh memasuki miliknya. Awalnya Daren memompa perlahan. Tapi kemudian saat melihat Hazel menggigit bibir bawahnya dan meremas payudaranya sendiri membuat gairah Daren semakin memuncak. Dirinya mendorong kuat. Menghentak-hentak begitu kuat dan dalam. "Aahhh..." desah manja Hazel. Hunjaman demi hujaman Hazel terima dari Daren. Pria itu begitu liar menusuk-nusuk miliknya hingga menyentuh titik ternikmatnya yang paling terdalam. Tubuh keduanya sudah dipenuhi keringat. Ac di dalam kamar hotel pun tak terasa saat ini. Keduanya begitu panas terbakar api gairah. Mencari kepuasan dengan berbagai gaya. Dari yang biasa, woman on top, 69, doggy style dan masih banyak yang lainnya. "Faster please baby!" suara serak yang menggoda dari Hazel. "As you wish baby!" sahut Daren dan menghujam begitu cepat, kuat dan begitu dalam. "Oh, eungh—ahh..." Hazel semakin menjerit-jerit. Daren terus mendesis dan menggeram tertahan, dia merasakan miliknya dijepit begitu kuat. Terasa seperti diremas di dalam sana. Membuatnya ingin terus menghentak begitu dalam. Saat sesuatu ingin keluar, Daren mengajak Hazel berciuman. Sementara pinggulnya semakin cepat menghentak dan kembali mencapai kepuasan dan mengeluarkannya di dalam atas persetujuan hazel sebelumnya. Entah sudah berapa kali mereka mencapai kenikmatan bersama. Bahkan sampai dini hari pun mereka kembali melakukannya. Seperti tak pernah puas, saling mencari kenikmatan terus menerus.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN