Bab 13

1593 Kata
Setiap kali mendapatkan waktu luang, Emily pasti akan memanjakan diri dengan menonton film, berbelanja atau jalan-jalan. Tapi hari ini dirinya memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai. Hanya sekedar melepas penat. Jangan ditanya dengan siapa, ya pasti Emily akan pergi sendirian. Emily sengaja pergi ke pantai yang tidak cukup terkenal untuk menghindari keramaian di hari libur seperti ini. Walaupun tidak cukup terkenal, pantai tersebut juga tampak indah. Hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang di sana. Sangat cocok untuknya yang tak terlalu suka bertemu banyak orang. Kali ini Emily memakai baju cukup santai, baju tanpa lengan dengan celana jeans pendek di atas paha. Menggunakan kacamata hitam serta topi. Gadis itu sedang berjemur santai sekarang. Ditemani dengan semilir angin dan ditambah dengan segelas Orange juice, juga camilan. "Ah, begini rasanya terlepas sebentar dari Hazel." gumamnya bersantai. Bisa berlibur dan memanjakan diri seperti ini memang masuk ke dalam list rejeki nomplok bagi Emily. Karena hati dan otaknya pasti bisa lebih terasa tenang. Ngomong-ngomong soal Hazel, dirinya sempat menanyakan keberadaan gadis itu di mana dan dengan siapa, tapi sayangnya tidak dijawab juga oleh Hazel sampai sekarang. Emily penasaran sekali, sebab semalam ia mencoba ke apartment Hazel untuk sekedar mengeceknya. Tapi sayang beribu sayang, ia tidak menemukan Hazel sama sekali. Emily berpikir jika pasti Hazel sedang enak-enak dengan Daren? Mungkin saja kan? Emily kembali memfokuskan pikiran untuk tidak memikirkan Hazel saat ini. Ini adalah waktu untuk dirinya sendiri. Jadi sangat tidak dianjurkan untuk memikirkan orang lain. Semilir angin kembali membuat Emily merasa tenang tapi minusnya justru membuat rasa kantuknya datang. Lalu kemudian ia berangsur-angsur memejamkan mata dan tertidur. Gadis Faith itu tidur dengan tenangnya. Sembari kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Orang-orang yang berlalu lalang pun tak akan tau jika Emily tengah tertidur. Karena ia tengah memakai kaca hitam. Memang tak banyak orang , jarak antar lokasi dirinya berjemur juga jauh dari orang-orang lainnya. Sepertinya orang yang datang di pantai ini memang khusus untuk menyendiri? Mungkin sudah 30 menit dirinya tertidur dengan tenang. Emily mungkin juga sudah bermimpi bertemu dengan Kim Seokjin salah satu member BTS idolanya. Yang sangat terkenal dengan sebutan 'World Wide Handsome' . Gila sekali memang ketampanannya!. Andai tak terikat kontrak kerja dengan Hazel mungkin tahun kemarin dirinya bisa menonton konsernya. Tapi tidak apa-apa, dengan bekerja Emily bisa menafkahi ketujuh bujang kesayangannya itu. Harusnya saat itu ia menghasut Hazel saja agar pergi menonton konsernya saja. Karena kebetulan Hazel juga menyukai salah satu membernya yang super gemas. Hanya saja, semesta benar-benar sedang tidak berada di pihaknya. Lagi-lagi Emily merutuki nasibnya yang gagal nonton konser. “Eungh, ahh!” “Ah, ya di sana! Eumh,” “Oh s**t! Baby!” Benar-benar sialan! Sepertinya mimpi indah Emily berubah menjadi buruk, bukan! Ini salah. Emily tidak bermimpi. Dia sudah terbangun karena mendengar suara desahan laknat ini. Emily melirik ke samping kanannya, berjarak 1,5 meter dari tempatnya. Oh, kedua matanya ternodai dengan adegan tak senonoh saat ini. Benar-benar gila! Pria yang tengah bertelanjang dadaa sedang berbaring dengan seorang wanita yang sedang bergerak acak di atasnya. Terlihat sekali sedang meraih yang dinamakan puncak kenikmatan. Emily sontak mengumpat dalam hati berkali-kali. Bagaimana bisa, pantai yang memiliki pemandangan cukup bagus ini ternodai? Emily sampai menelan ludahnya berkali-kali melihat adegan enak-enak secara live di depan matanya sekarang. Banyak sekali pertanyaan yang berputar di otaknya. 'Apa mereka gila?' 'Kenapa harus melakukannya di tempat seperti ini?' 'Kenapa harus sekeras itu mendesahnya?' 'Apa mereka pikir aku patung penjaga pantai?' 'Apa mereka tidak malu?' 'Bagaimana jika ada yang merekam?' Kira-kira begitulah pertanyaan-pertanyaan yang mendadak mulai bermunculan di otaknya. Emily agak mulai terangsang juga akibat desahan dua manusia laknat itu. Tapi ia benar-benar merasa jijik juga dengan kelakuan orang-orang yang tidak waras tersebut. Emily juga sempat-sempatnya meneliti wajah dan juga bentuk tubuh sang pria yang sedang sibuk menghentak. Oh s**t! Benar-benar gila, tapi sayang untuk dilewatkan. Pasalnya, tubuh pria itu memang sangat atletis. Katanya, itu ciri-ciri bentuk tubuh yang sangat baik untuk kesehatan mata. Tapi sayang, tingkahnya buruk, jadi tidak perlu untuk dipuji. Emily bergerak gelisah, lalu desahan panjang pasangan di sampingnya itu terdengar menggelegar. Ia sontak buru-buru sok tak melihat. Lalu wanita yang baru saja dinikmati itu berjalan melewati dirinya. Si gadis Faith merasa aman karena wanita itu tak menegur dirinya yang sudah menonton adegan panasnya. Itu tandanya tidak ketahuan kan? Makanya Emily menghembuskan nafas lega. Namun demi apapun, demi dora yang mengatakan ke mana kita? Emily berada dalam bahaya saat ini. Emily bahkan berpura-pura tidur lagi. Ia benar-benar berharap dewi Fortuna membantunya. Atau Super Tuna milik Seokjin membantunya untuk keluar dari situasi buruk saat ini. "Hei, aku tau kau tidak tidur!" seru pria yang tadi dilihatnya. Emily merasa ini jika hari ini merupakan hari sialnya. Bagaimana mungkin pria ini tau jika dia tidak tidur dan hanya berpura-pura saja? Emily malah semakin memejamkan matanya begitu rapat. "Sudahlah, jangan berpura-pura tidak mendengarku, aku tau kau tadi melihatnya kan?" Deg! Matilah kau Emily Faith! Emily terus mengumpat dalam hati. Bahkan dia juga menyumpah serapahi pria itu. Tapi dirinya tak kuasa. Dia menciut tiba-tiba. Lalu jantungnya mendadak terjun payung saat pria mesumm itu melepas kacamata hitamnya paksa. Ok mulailah sebuah drama! Emily membuka matanya, dia memang melihat pria itu berada tepat duduk di sampingnya. Dengan segala keahlian yang dia punya, akhirnya dia berpura-pura saja menjadi buta. Kedua tangannya mencoba untuk meraba-raba agar terlihat menyakinkan. Dan sepertinya itu berhasil. Pria itu nampak menatapnya dengan dahi yang berkerut. "Kau buta?" tanya sang pria sembari melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Emily. Emily hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Lalu detik berikutnya, Emily melotot dan refleks menampar pria itu dan memarahinya. PLAAAKK! "Sialan! Dasar pria mesumm! Brengsekk!" umpatnya dengan jari yang menunjuk-nunjuk tepat di depan wajah pria mesumm, itu yang tiba-tiba saja mencium bibirnya dengan berani. Benar-benar kurang ajar! Emily semakin meradang saat pria mesumm itu malah tertawa terbahak-bahak. Bukannya minta maaf, tapi malah tertawa seenak jidat. "Apa yang lucu?!" tanyanya membentak. "Hidungmu terlihat kempas-kempis saat sedang mengamuk. Lucu!" sahut pria mesum "Sialan kau! Dasar pria me—" Emily tak dapat meneruskan ucapannya karena pria itu membekap mulutnya. "Jangan berteriak! Kalau kau ingin berteriak nanti saja saat aku memasukimu," bisik pria itu tepat ditelinga Emily. Emily berontak ingin menyumpal mulut laknat mesumm itu. Si gadis Faith menendang perut pria itu hingga sang empunya meringis kesakitan. "Mampus! Rasakan! Dasar otak s**********n! Pria mesumm tidak tahu diri!" teriak Emily dengan keras dan penuh emosi. Dia kembali tak percaya karena pria itu kembali tertawa terbahak-bahak. Lalu ada beberapa orang yang lewat, secara refleks Emily menjerit dan mengatakan jika pria di hadapannya adalah pria gila yang m***m. "Maaf, maafkan pacarku ini memang suka drama jika sedang bertengkar denganku." ujar pria mesumm itu tiba-tiba. Dan bagian paling mengesalkan adalah para orang-orang itu percaya dengan mulut pria mesumm yang laknat ini. Darah Emily mulai mendidih. Ingin sekali menjambak rambut pria itu hingga botak. Ingin menendang genitalnya agar susah membuang s****a. Ingin menampar kedua pipinya serta bibirnya. Benar-benar menyebalkan melebihi Hazel. Emily terus saja menyumpah serapahi pria yang ada di hadapannya ini. Sedangkan pria itu hanya diam sambil menggerak-gerakkan kepalanya kiri kanan lalu mangguk-mangguk. "Sialan! Kenapa kau malah tersenyum seperti itu?" tanya Emily yang lagi-lagi berteriak. "Bisakah bicaraku sedikit pelan, Nona?" "Oh s**t! Kepalaku rasanya mau pecah menghadapimu! Enyah kau!" usir Emily sembari kakinya terus menendangi tubuh pria itu. "Hei, santai-santai... Untung tidak kena adik kecilku." "Tidak ada adik kecil di sini ya brengsekk!" Pria itu tertawa dan Emily mengerutkan keningnya. "Adik kecil itu ini sayang, alat pencetak calon penerus kita." Oh, tolonglah Emily saat ini, dirinya benar-benar membuat kesalahan besar dengan datang ke pantai ini. Mata dan telinganya sungguh ternodai. Bukannya healing malah pening! "Tak sudi!" ujar Emily dan berlari kencang kabur dari sana. Jika terus bertahan disana dia pasti bisa mati berdiri karena emosi. Pria itu bahkan terus tertawa geli melihat tingkah Emily yang lucu. Wanita galak, suka mengomel tapi lucu. "Tuan Jeff.." panggil seorang wanita. Pria itu, maksudnya pria yang Emily bilang pria m***m adalah Jeff Levon. Dirinya berbalik dan memeluk tubuh wanita yang memanggilnya. Sedangkan Emily yang tengah menuju tempat parkir terus saja mulutnya komat-kamit menyumpah serapahi pria mesumm tadi. Hingga dirinya tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang ada di sekitarnya. Emily menutup pintu mobil dengan membantingnya kuat, dirinya masih mendidih masih kesal luar biasa dengan pria mesumm kurang ajar tadi. Emily berdoa semoga tak bertemu lagi dengan pria laknat yang mesumm itu. Jika pun tak sengaja bertemu, Emily akan menendang milik pria itu yang dia bilang adik kecil. +++ Siang ini Hazel dan juga Daren sedang menikmati makan siang mereka. Steak sirloin dan soup yang mereka pesan. Jujur saja mereka berdua melewatkan breakfast. Apalagi jika bukan sibuk bercinta? Bahkan Hazel pun tak dibiarkan memakai pakaian apapun. Hanya mengenakan bathrobe saja. Jika di buka maka terpampanglah tubuh polos itu. Hazel menikmati waktu kebersamaannya dengan Daren. Entah mengapa dirinya berpikir ada hal spesial yang Daren miliki. Dirinya merasa Daren berbeda dari yang lain. Mungkin orang-orang akan memberinya cap sebagai wanita murah4n yang mau-mau saja diajak bersenang-senang. Tapi Hazel memang tidak sesuci itu. "Bagaimana? Kau suka steaknya?" tanya Daren. "Ya, cukup enak." jawab Hazel. "Mau makan apa lagi? Akan aku pesankan." "Tidak. Nanti saja." "Serius? Aku bahkan ingin makan lagi." "Kau benar-benar lapar sepertinya yaa?" "Iya tentu saja. Tenagaku habis karena terlalu bersemangat menggempur dirimu," Hazel tersedak makanannya sendiri saat mendengar jawaban Daren yang tanpa filter. Dengan sigap Daren berdiri dan memberikan minum kepada Hazel. "Hati-hati makannya," peringat Daren dan Hazel mengangguk. "Bagaimana? Sudah baik?" tanya Daren lagi. "Iya sudah." Daren nampak terdiam di samping Hazel, dan itu membuat si gadis Oswald sedikit curiga. Lalu ketika sebuah bisikan terdengar di rungunya, maka Hazel nampak ingin melarikan diri. "Sayang, aku ingin...."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN