"Tinggal berapa sesi lagi?" tanya Andrew pada Emily yang tengah duduk santai sembari menonton Hazel yang sedang berpose.
"Setelah ini tinggal satu sesi lagi, kenapa?"
"Baguslah, Mr. Daren akan sampai sebentar lagi. Jadi, aku harap Hazel bisa menemui beliau nanti."
"Dia benar-benar akan datang kemari?" tanya Emily, memastikan.
"Tentu saja lah. Dia pasti datang kemari, karena kemarin—nah! Itu dia! Aku akan menyapanya dahulu.” ujar Andrew sembari menepuk pelan pundak Emily. “Tolong ajak Hazel ke sana nanti setelah pemotretannya selesai,"
"Oke!"
Andrew dengan cepat menghampiri Daren yang baru saja sampai di dampingi oleh Mike. Daren tak banyak senyum keramah-tamahan. Karena memang dia orang yang kaku dan dingin ketika bekerja.
Hingga Andrew sedikit bingung harus mengajaknya mengobrol apalagi. Daren bahkan tak mendengarkan apa saja yang dikatakan oleh Andrew padanya. Dia terlalu fokus menatap Hazel Oswald. Wanita cantik bermata indah nan tajam yang bertemu dengannya di sebuah club malam beberapa waktu lalu.
"Nah, itu dia Hazel! Cepat kemari Hazel!" teriak Andrew saat mengetahui Hazel sedang berjalan ke arah mereka saat ini.
Hazel berhenti dan berdiri tepat di hadapan pria yang membuatnya sedikit gila akhir-akhir ini. Ya, gila karena diam-diam meng-stalk akun media sosialnya seperti, i********: dan juga twitter.
Masalahnya bukan itu, masalahnya adalah pria di hadapannya ini punya banyak sekali penggemar wanita. Lalu pikirannya melayang teringat pada malam panas itu, membuat darahnya berdesir hebat.
"Hazel, ini dia CEO muda yang terkenal itu." ujar Andrew.
"Aku tau," sahut Hazel menatap manik mata Daren yang tengah menatapnya juga.
"Daren Cyrill!" ujar Daren memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya terlebih dahulu.
"Hazel Oswald." sahut Hazel, lalu menerima jabatan tangan dari pria itu.
Cukup lama mereka berdua saling tatap dan berjabat tangan. Bahkan Daren juga sempat-sempatnya mengusap punggung tangan Hazel, sampai membuat sang empu tersenyum. Lalu ketika Andrew berdehem keras, jabatan tangannya langsung dilepaskan.
"Tinggal satu sesi bukan?" tanya Andrew pada Hazel.
"Ya, aku akan bersiap dulu,” jawab Hazel. Lalu kemudian ia menoleh kembali ke arah Daren, “permisi Mr. Daren..." pamit Hazel dan Daren mengangguk sebagai balasan.
Hazel kembali mempersiapkan diri untuk sesi foto terakhirnya pada hari ini. Sedangkan Daren tengah berjalan-jalan melihat se-isi lokasi pemotretan. Sesekali dia akan melirik ke arah Hazel yang tengah berpose.
Memang tak perlu diragukan lagi kemampuan Hazel dalam berpose. Daren juga merasa kagum akan rasa profesionalitas seorang Hazel.
Saat semua sesi foto sudah selesai, Hazel pun tengah terduduk sendirian sembari menghapus makeup yang ada di wajahnya. Kemudian Daren menghampiri bahkan masuk tanpa permisi.
"Kenapa kau tidak menghubungiku?" tanya Daren tiba-tiba.
Hazel menoleh menatap Daren yang sudah menyampirkan jasnya di lengan kirinya. Kedua lengan kemejanya pun sudah digulung keatas. Hingga mata gadis itu menangkap sesuatu yang baru, Tatto.
"Karena ku tau, kau pasti akan menemukan aku."
"Percaya diri sekali,"
"Tentu! Aku tahu kau pasti akan terobsesi padaku."
"Tapi kau benar, aku bisa menemukanmu." jawab Daren yang mulai mendekat ke arahnya.
Hazel mulai mengubah posisi duduknya dengan menghadap ke samping, persis di hadapannya adalah Daren yang berdiri menjulang. Dengan berani Daren mengukung tubuh Hazel. Tangannya pun ia topangkan di atas meja rias.
Wanita itu tersenyum manis. Lalu fokusnya teralih pada lengan kanan Daren.
"Kapan kau membuatnya?" tanya Hazel menunjuk lengan kanan Daren yang terdapat tato.
"Baru seminggu yang lalu,"
Hazel hanya ber-oh ria mendengar jawaban Daren. Sejujurnya Hazel tak dapat melihat keseluruhan tato yang tergambar di lengan kanan Daren. Dia hanya melihat ujungnya saja. Seperti ekor ular.
"Sepertinya bagus," ujar Hazel tiba-tiba, sembari jari lentiknya mengusap lengan kanan Daren.
Daren tersenyum penuh arti. Melihat penampilan Hazel yang begitu memukau membuat jantungnya berdebar. Jemari Hazel yang dingin tengah mengusap lengannya membuat tubuhnya merinding dan darahnya berdesir hebat.
Ingin sekali menerkam gadis di hadapannya ini. Tapi dia masih waras untuk tidak melakukannya di sini. Tapi suara-suara desahan manja, erangan nikmat yang keluar dari bibir Hazel seolah terekam jelas di rungu Daren.
Sial! Daren merasakan miliknya berkedut minta untuk dipuaskan. Sedangkan Hazel tertawa kecil karena menangkap ekspresi Daren yang tengah mencoba menahan gairahnya. Namun cengkraman tangan Daren di lehernya yang tiba-tiba membuatnya melotot terkejut.
"Kau penasaran dengan tato milik ku?" tanya Daren. Sedangkan Hazel mengangguk.
"Mau melihatnya di rumahku?" tanya Daren sambil tersenyum miring.
Hazel tau apa maksud pertanyaan Daren. Wanita itu tidak bodoh. Dia tau makna tersembunyi dari pertanyaan tersebut. Jadi, Hazel hanya tersenyum sebagai respon.
Sedangkan diluar ruangan, Emily tak sengaja mendengar. Otaknya tak bisa diajak berpikir dengan baik disaat yang seperti ini. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
Bagaimana bisa bertemu dengan Daren?
Mengapa bisa mengenalnya?
Ada apa di antara mereka berdua?
Kemarin Ellard Walton, lalu sekarang Daren Cyrill. Besok siapa? Pikir Emily.
Sontak Emily berbalik badan saat Daren tiba-tiba sudah berjalan keluar dari ruangan Hazel. Lalu dia tak sengaja bersitatap dengan Daren. Menurutnya, Daren memang tampan, tapi sepertinya dia orang yang sulit untuk ditebak.