“Sebaiknya kita segera ke dalam, udara semakin dingin dan kau juga terlihat semakin pucat.” Aksa sudah hendak mengangkat tubuh Rania, namun gadis itu lagi-lagi menahannya dengan tatapan memohon. “Tunggu sebentar. Aku ingin bersamamu lebih lama.” Rania semakin menenggelamkan kepalanya di d**a bidang Aksa. “Kau akan selalu bersamaku.” Ujar Aksa menegaskan, seolah ingin mematahkan perkataan Rania tadi. “Aku merindukanmu Aksa, suatu saat mungkin aku akan merindukanmu, namun aku tidak bisa lagi memelukmu.” “Apa yang kau bicarakan?! Berhenti bicara omong kosong!” Aksa menaikkan satu oktaf suaranya, namun Rania tidak merasa terganggu sama sekali. “Apa aku akan memberikan kesakita