“Gak usah gombal!” seru Indira. “Mas Ihsan tuh nyebelin banget kalau lagi cemburu. Dorong aku sampai terjungkal sekarang nyuruh aku berlari dari kantor Bunda sampai panti. Kalau sudah gak suka bilang aja. Biar aku cari yang baru.” “Cari apa?” Ihsan masih membersihkan keringat kekasihnya menggunakan sapu tangannya. Tidak ada raut wajah bersalah telah membuat Indira kelelahan berlari di bawah teriknya matahari. “Paca ...” “Cup!” Plak ... “Awwww ...” Ihsan mengaduh saat wajahnya terkena gamparan dari Indira. “Sakit, Sayang.” “Kebiasaan suka cium-cium sembarangan. Kalau ada yang lihat gimana? Di sini juga banyak CCTV.” “Biarkan saja, Yang. Palingan juga kita disuruh nikah besok.” “Jangan lupa Mas Ihsan masih dalam masa hukuman.” Indira berdiri dari tempat duduknya. Membersihkan celana