“Mana kuncinya?” tanya Zia. “Aku aja yang bawa.” “Bawa apa?” balas gue. “Motornya, bee.” “Dipanggul?” “Didorong!” ketusnya. “Lucu ih istri aku.” “Suami aku nyebelin,” balas Zia. Memang dasar edan, gue malah cengengesan. “Mana ih? Buruan, bee,” pintanya lagi. Ya sudah, anggap aja angin surga biar bisa meluk kesayangan. Gue kasihlah itu kunci skuter di atas telapaknya. Beres pakai perlengkapan anti angin, Zia duduk di jok, menyalakan mesin motor, sementara gue bantu memberi sedikit dorongan biar ngga terlalu berat pas istri gue menonaktifkan main stand. “Ayo naik, bee?” “Oke.” Gue pun naik ke jok belakang, main peluk ngga pake malu. Bukannya jalan, Zia malah tergelak. “Naon atuh ih?” Pura-pura bloonlah agar menggemaskan, tapi jangan keseringan karena bisa kebablasan. Bablas bloo