Berhadapan dengan musuh untuk bicara baik-baik bukanlah keahlianku. Panca sangat memaksa dan tidak membiarkan aku lolos sedikit pun meskipun harus menunggu di depan kelas. Semua temanku memandang ke meja kami. Mereka rela keluar kelas demi melindungi aku agar tidak babak belur untuk kedua kalinya. Aku dan dia berada di kantin. Duduk berhadapan saling menatap penuh benci, hingga akhirnya es teh manis tersaji di depan kami. "Cepat katakan Ulan, jangan buang-buang waktu. Aku akan selalu mengikuti kamu kemana pun kamu pergi sebelum info keberadaan Suci aku dapatkan." "Untuk apa, bukannya cinta dan nafsu itu tidak bisa satu orang. Kamu coba cintai saja Ayu, maka komplit hidupmu." Dia menatapku kesal, kedua tangannya mengepal erat diatas meja. Dia mau apa, kalau aku memilih bungkam. "Cin