Aku berdiri memaku setelah wanita itu dan dua orang perempuan penghibur pria ini keluar dari ruangan, bahkan seorang pria yang tadinya berada di dalam pun dimintanya untuk keluar. Hanya ada aku dan dia di sini. "Duduklah," perintahnya. Aku duduk di ujung sofa, masih dengan kepala tertunduk tak berani menatapnya. Rasa kantuk perlahan terbit dan sedikit lapar karena belum ada makan nasi selama di perjalanan. "Kemarilah, lebih dekat." Ini harus ditegaskan, agar dia tidak leluasa bertindak padaku. "Maaf, saya tidak jual diri," kataku pelan. "Aku hanya ingin melihatmu lebih dekat, jika kau tidak mendekat maka aku yang mendekat," pintanya. Menghela napas pelan aku maju sedikit. "Lagi," katanya dan aku maju lagi, hingga dia terus mengulangi permintaannya sampai pada akhirnya aku engg