Waktu yang ditunggu telah tiba. Keadaan kampung kami sudah ramai didatangi orang-orang dari kampung sebelah. Mataku jadi segar melihat keramaian ini dan sepertinya akan seru.
Aku dan Ani jalan beriringan sementara Ian sedang membantu para ibu-ibu untuk mengangkut barang-barang ke tempat acara.
"Jadi kamu benaran mau sama si Gerry? " tanya Ani menyelidik dan aku menggeleng.
"High level," ucapku dan Ani terkekeh.
"Jodoh gak ada yang tau, siapa tahu kamu jadi nyonya jutawan lagi pula orang tuanya hanya PNS biasa bukan pejabat negara atau orang penting lainnya, gak masalah dong hanya pacaran, belum tentu menikah 'kan."
Memang sih hanya pacaran belum tentu menikah tetapi aku ingin sekali seumur hidup untuk merasakan cinta dan cintai jadi gak perlu patah hati berkali-kali dan sakit hatinya berkali-kali.
Seperti temanku di sekolah yang katanya si cowok selingkuh dan mereka putus lalu dia gak mau makan, gak semangat belajar lalu akhirnya badan menjadi lemah, jatuh sakit berhari-hari, dinfus segala karena sakit maag kambuh.
Aku yang belum pernah merasakan cinta, jadi terlalu hati-hati untuk menjaga hatiku. Bagaimana caranya move on, semoga saja aku tidak mengalami hal itu.
"Wulan --"
Aku berbalik badan menoleh ke belakang ketika namaku dipanggil nyaring oleh seseorang yang ternyata dia adalah temanku seperguruan di pencak silat. Sudah 2 hari aku tidak latihan karena banyak PR dari sekolah.
"Hei, ikut datang juga ... yuk kita jalan sama-sama," ajakku, tetapi dia malah menarik tanganku menjauh dari Ani lalu berbisik ditelingaku, "Ada yang mau ketemu kamu."
Sontak saja mataku melebar dan mulutku terbuka, sedikit terkejut. Apakah itu seorang cowok dan apakah itu Gerry, mungkinkah mereka saling kenal?
"Aku? "
Aku bertanya dengan menunjuk diriku sendiri dan dia mengangguk cepat, meyakinkan aku agar bisa ikut dengannya dan katanya hanya sebentar padahal langit sudah mulai senja dan tak lama lagi bakal gelap gulita.
"Ni, aku kesana sebentar ya."
"Loh, jangan lama."
"Duluan saja kamu nanti aku menyusul, " kataku yakin karena kata temanku ini gak lama.
Kakiku melangkah cepat sama juga dengannya yang berjalan cepat membawaku ke suatu tempat di ujung gang dan disanalah ada 2 orang pria yang aku pikir dia sudah dewasa mungkin sudah bekerja.
"Dek Ulan ya? "
Aku mengangguk tetapi pikiranku penuh dan bertanya-tanya, menelisik keseluruhan wajahnya, apakah aku pernah melihatnya?
Ingatanku masih tidak bisa menjawab apa yang mungkin aku lupakan. Siapa sih orang ini. Dia mengulurkan tangan untuk bersalaman denganku, tanpa ragu aku menyambutnya dengan ramah berharap perkenalan ini sebentar saja dan tak lama kemudian setelah berjabat tangan aku merasa sekelilingku berputar lalu ... gelap.
***
Aku mengerjap ketika melihat sekelilingku terasa asing, ini dimana? Tetapi saat aku menoleh kesamping ada Ani tidur bersamaku berarti ini sudah malam dan acara sudah selesai?
Kenapa aku, kenapa aku tidak ingat apa-apa?
"Ni, Ni ... bangun Ni."
Aku menggoyang lengannya dan dia membuka mata lalu bergumam, "Masih awal, tidur lagi."
"Aku mau pipis."
"Hmmm -- keluar belok kanan, di ujung ...."
"Takut Ni', " rengekku karena ini malam dan bunyi suara anjing menggonggong di luar rumah menjadikan suasana agak horor.
Ani mendengus, lalu beranjak bangun dengan wajah ketekuk malas, "Ayo," ajaknya dan aku pun cepat mengikutinya dari belakang dan masuk ke kamar mandi cepat lalu mengeluarkan yang tak tertahan ini.
"Aduh ... ssshhh kok perih yah, awwwwssshh ... kayak habis digigit semut gitu tapi perih, kena apa ya ... Awwww. "
Aku lekas berdiri dan sepertinya alat vitalku terasa gak nyaman, berdenyut nyeri atau mungkin mau datang bulan ya, tetapi gak pernah perih seperti ini.
"Kenapa? "
Ani bertanya melihat wajahku yang meringis kesakitan.
"Itu aku digigit semut kali yah, pedih ... nyut ... nyut."
"Udah ah, yuk tidur lagi atau kamu mau di kompres biar gak nyut-nyut perih," sahutnya asal.
"Ada-ada saja dikompres memangnya demam, " balasku dan dia tidak menjawab apa pun sampai ke dalam kamar langsung naik ke atas ranjang lalu kembali ke alam mimpi dengan cepat.
Banyak yang ingin aku tanyakan karena semua ini aneh. Aku tidak punya penyakit apa pun yang bisa membuat aku pingsan karena yang aku ingat terakhir saat aku sedang berkenalan dengan seorang pria, tiba-tiba saja aku tidak ingat apa-apa.
***
Aku pulang ke rumah sekitar jam 6 pagi dari rumah Ani dan sudah mandi juga sudah sarapan dengan dia karena dipaksa ibunya. Diperjalanan aku baru sadar, baju yang aku pakai ini bukannya bajuku tetapi punya Ani lalu dimana bajuku?
Sampai di rumah aku disambut tatapan aneh dari ibuku dan ternyata ada Ian dan ibunya juga disana.
"Eh, ada apa ini ... mau ada acara lagi ya? "
"Udah, kamu mandi sana," ucap Ibuku dan aku pun berlalu tidak ikut campur urusan apa antara mereka meski aku ingin tahu.
Aku masuk kamar lalu ganti baju untuk bersiap, tak lama kemudian ibu masuk ke dalam kamar lalu bertanya,
"Kamu semalam kemana dengan siapa? "
Nah, itu yang aku lupa dengan siapa dan kenapa ada di rumah Ani.
"Tiba-tiba bangun udah di rumah Ani, " jawabku.
"Sebelumnya kemana? "
Aku mencoba mengingat lagi, apa yang aku lakukan tetapi tetap saja blank, gak tahu apa-apa.
"Ketemu teman terus gak ingat lagi."
Ibu menatapku sendu lalu membelai puncak kepalaku, "Ya sudah, siap-siap sekolah dan ayo sarapan."
"Sudah bu, sebentar lagi pasti mereka jemput aku."
Dan benar saja, teriakkan Ani dan Ian bersamaan dari arah depan menyapa pendengaranku.
"Aku pergi ya Bu."
Aku menarik tangan ibu dan mencium punggung tangannya lalu berjalan cepat menghampiri kedua sahabatku dengan wajah yang ceria tetapi mereka malah kelihatan muram.
"Kenapa sih kalian, marah sama aku?" tanyaku sambil memperhatikan wajah mereka secara bergantian tetapi mereka tetap diam dan sangat mencurigakan.
"Siapa yang manggil kamu kemarin? " tanya Ian ketus seperti tidak suka dan aku pun menjelaskan bahwa itu adalah temanku dan temannya ingin berkenalan denganku lalu Ian berkata,
"Kenapa mau? "
"Lah gimana, mau nolak gak bisa dan hanya kenalan pikirku gak butuh waktu lama. "
Dia tak menyahut dan perjalanan kami sepanjang sekolah menjadi hambar. Tidak ada obrolan yang membuat kami semangat pagi ini. Jarak yang biasanya jauh jadi dekat malah terasa lebih jauh dan membosankan. Apakah Ian dimarahi ibu karena aku?
"Oh, ya Ni ... baju aku kemana ya ... kok tadi aku pakai baju kamu? "