Aroma parfum lelaki, rumah, hangat. Mataku perlahan terbuka, seketika syok melihat siapa yang berada di depanku. "Sa--saya, ampun ... bukan mau saya semuanya ini--" Astaga, kenapa khayalanku menjadi kenyataan. Atau ini sambungannya lagi! Mataku berkedip berapa kali untuk meyakinkan dan ini adalah nyata. "Minum." Segelas air langsung disodorkannya padaku. Dengan napas tersengal aku berusaha meminumnya hingga tandas. "Haus?" tanyanya dan aku menggeleng sembari mengucapkan terimakasih. Dia berdiri dan mengisi gelas itu kembali. Mataku memperhatikan sekeliling, apakah ini klinik kampus, mungkin. Tetapi seperti rumah, bukan klinik yang seperti biasanya, dikelilingi oleh pintu kaca. "Kok saya ada di sini Pak Ben." Dia tak menjawab malah memberikan gelas yang tadi dan berkata, "Kamu