Dendam (Flashback)

1041 Kata
Malam ini, Laura baru saja mengistirahatkan tubuhnya setelah membereskan beberapa barang yang belum sempat dia bereskan sebelumnya. Dia mendadak memikirkan soal terjadinya kejanggalan atas kematian Mr Sammy yang terjadi secara tiba-tiba itu. Laura sangat yakin sekali, jika di malam terakhir mereka bertemu, Mr Sammy dalam keadaan yang baik-baik saja. Bahkan tidak ada hal yang mencurigakan sama sekali. Semuanya terlampaui aman, bahkan sampai pada tujuan mereka bertemu pada malam tersebut. "Aneh, apa ada orang yang sengaja melenyapkan Mr Sammy?" monolognya sembari menyandarkan punggungnya ke kepala kursi. "Jika iya, siapa orangnya?" Laura kembali mencoba untuk berpikir lebih dalam lagi. Memikirkan seseorang yang kemungkinan besar berpotensi membenci dan menginginkan Sammy tiada. Tapi Laura benar-benar tidak bisa menemukan clue apa pun, meskipun hanya sekecil biji jagung. Sedikit menghentikan pikirannya tersebut, Laura justru memilih mengambil sebuah tas hitam dan mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas tersebut. Laura mendapatkan buku tersebut dari Sammy pada malam itu. Sebuah buku yang berisi sesuatu yang begitu penting. "Aku yakin Mr Sammy memberikan ini padaku karena yakin aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri." Laura mulai membuka lembar demi lembar tanpa membacanya terlebih dahulu. Hingga sebuah amplop terjatuh ke lantai. Tangan Laura meraih dan mulai memeriksa apa yang ada di dalam amplop tersebut. Dia terlihat begitu terkejut saat mendapati sebuah foto berada di dalamnya. Lengkap dengan nama di baliknya. "Aku benar-benar tidak menyangka..." +++ Laura berdecak sendiri, lalu lebih memilih untuk kembali mempelajari file-file yang sempat Mr Sammy berikan padanya. Banyak sekali file penting di sana. Mengenai biodata, orang-orang yang terlibat dalam kasus penggelapan obat-obatan terlarang dan juga kasus penggelapan senjata. Semuanya sudah dirangkum sedemikian rupa oleh Mr Sammy. Jika mau, malam itu, Mr Sammy sudah akan melakukan penangkapan pada mafia yang sebenarnya sudah di incar sejak lama. Namun, butuh mengorek banyak bukti agar jatuhan hukumannya berat. Akan tetapi di malam itu, Mr Sammy berubah pikiran. Pikiran Laura kini terpental pada malam itu. Malam di mana terakhir kali dia bertemu dengan Mr Sammy. "Sudah lama menunggu, Nak? Maaf, aku harus mengurus beberapa berkas di kantor kepolisian." Laura segera menggelengkan kepalanya, begitu seorang pria paruh baya yang sudah dia tunggu-tunggu kini datang juga. "Tidak masalah, Mr Sammy. Aku juga baru sampai." "Ini," pria itu menyodorkan sebuah buku dan juga flashdisk berwarna hitam pada Laura. "Apa ini?" tanya Laura yang kebingungan. "Info mengenai seseorang yang selama ini kau cari-cari." jawab Sammy dan Laura menatapnya dengan serius. "Maksudnya? Aku tidak—" "Sofia, saudara kembarmu. Bukankah kau meminta bantuanku untuk mencari orang yang kau duga sudah menghabisinya kan?" Mata Laura sontak membulat. Emosi mendadak menyambangi dirinya. Tangannya mulai meraih buku yang ada di hadapannya, namun Sammy segera menahan Laura agar tidak membukanya di tempat umum. "Jangan di baca di sini. Kau bisa melakukannya di rumah. Terlalu berbahaya." "Aku harus tau seperti apa wajah bajingann itu, Mr Sam!" "Tenang Laura. Aku tau kau pasti sangat emosi. Tapi tahan dulu. Sebelum kau mengetahuinya lebih detail, aku ingin memberitahumu hal penting. Orang itu, orang yang kau cari selama ini bukanlah orang biasa. Dia—" "Aku tidak peduli dia orang biasa atau tidak. Dia seorang pejabat atau apa pun itu aku tidak peduli, Mr Sammy. Aku hanya ingin balas dendam padanya. Nyawa, harus dibalas dengan nyawa! Dan kau tau apa tujuanku memilih untuk berhenti dari pekerjaanku." Laura sengaja berhenti dari pekerjaannya begitu saja, demi mencari seseorang yang sudah membunuh saudara kembarnya. Laura tau tujuannya sangat buruk. Karena itulah, lebih baik dia keluar dan fokus untuk menjalankan balas dendamnya. Padahal, sebenarnya dia baru saja mendapatkan misi baru untuk mengungkap seorang mafia yang sangat sulit ditangkap sejak lama. "Laura, kau masih ingat dengan misi yang seharusnya kau tangani sebelum memilih untuk mengundurkan diri?" "Misi? Misi yang sekarang sedang kau jalankan? Kenapa? Apa hubungannya dengan—" "Dialah orangnya. Mafia itu, dialah orang yang kau cari-cari." "A-apa?!" "Karena itu aku memberitahumu jika dia bukanlah orang biasa." Laura benar-benar syok saat mengetahui fakta tersebut. Fakta bahwa orang yang selama ini dia cari nyatanya adalah seorang mafia? "Gilaa! Bagaimana mungkin Sofia menjalin hubungan dengan orang seperti itu?" Laura sampai tertawa tidak percaya. Tapi dia tidak heran jika mafia seperti itu tega menghabisi kekasihnya sendiri. Namun, Laura masih sangat yakin jika pasti dulu Sofia sama sekali tidak mengetahui identitas asli kekasihnya itu yang ternyata adalah seorang mafia. Laura tau betul jika Sofia gadis baik-baik yang tidak mungkin berani berkenalan dengan orang yang berbahaya seperti itu. Melihat pistol miliknya saja, Sofia sudah ngeri sendiri dan takut padanya. "Aku berniat untuk melakukan penangkapan dan mengepungnya. Tapi aku ingat bagaimana selama ini kau mencari orang itu." "Apa kau—" "Ya," sahut pria paruh baya itu sembari mengangguk. "Kau sudah seperti putriku sendiri, Laura. Aku bisa merasakan bagaimana hancurnya hatimu karena orang itu sudah merenggut nyawa saudara kembarmu. Satu-satunya keluarga yang kau miliki. Aku, mendukungmu untuk melakukan balas dendam pada orang itu. Bahkan jika kau mau, aku bisa membantumu lebih jauh lagi. Itu pun, jika aku masih bisa bernapas esok hari." "Apa yang kau bicarakan?" Sammy menggeleng pelan. Mana bisa dia mengatakan jika mungkin nyawanya saat ini sedang di incar? Karena dia yakin, mafia itu tidak akan mungkin diam saja. Tidak ada yang bisa menebak bagaimana takdir bekerja. Tidak, Sammy tidak mau membebani Laura akan hal tersebut. Ini jalan yang sudah dia ambil. Setidaknya dia punya keyakinan jika Laura bisa membalaskan dendam pada mafia tersebut. "Ingat kata-kataku, Laura. Rahasiakan semua yang aku berikan padamu. Jangan percaya pada siapa pun selain dirimu sendiri. Dan yang terakhir yang perlu kau ingat, dia bukan orang sembarangan. Dia, lebih kejam dari yang terlihat. Pelajari semua file yang ada di sana di rumah." Laura hanya bisa mengangguk mengiyakan pesan terakhir dari Mr Sammy kala itu. Mengingat semua percakapan terakhirnya dengan Mr Sammy, rasanya darah Laura kembali mendidih. Dia yakin sekali jika kematian seniornya itu bukan karena sakit. Tapi karena dihabisi oleh seseorang. "Aku yakin, kau juga yang sudah menghabisi Mr Sammy!" monolognya menatap profil seseorang yang ada di layar laptopnya. "John Nicholas Leister, akan aku pastikan, kau mati di tanganku! Nyawa, harus dibalas dengan nyawa juga!" lanjutnya dengan tekad yang begitu besar. "Sedikit lagi, Sofia. Sedikit lagi aku akan menguasai pria itu. Dia, harus membayar semuanya. Semuanya!" Dendam Laura begitu besar pada John Nicholas Leister. Dendam yang dia rasa sampai mati pun akan tetap ada. Dia, akan menjadi malaikat maut bagi pria itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN