Langkah pertama sudah John lalui dengan baik hari ini. Dia tidak akan terlalu menunjukkan jika ingin dekat dengan gadis itu. Sebab John yakin, jika Laura tipekal wanita yang tidak suka diganggu.
Selama di perjalanan, John benar-benar tidak bisa berhenti tersenyum. Baginya, Laura benar-benar wujud nyata Sofia yang seolah kembali hidup. Meskipun dari segi sikap dan tingkahnya yang berbeda, tapi dari tatapannya saja, John bisa merasakan jika itu seperti tatapan mata dari Sofia.
Membayangkan Laura adalah wujud nyata Sofia yang kembali hidup, membuat John merindukan wanita itu. Sofia adalah wanita yang berhasil merebut hatinya dengan kelembutan dan sopan santun dari perkataannya.
Memang aneh, seorang pria kejam dan penuh dosa sepertinya justru mendapatkan cinta dari seorang wanita yang bisa dibilang sangat sempurna seperti Sofia.
Dia sering disebut sebagai iblis tampan yang beruntung mendapatkan seluruh cinta dari Sofia sang Dewi kemurnian.
Banyak orang mungkin tidak akan percaya. Tapi kenyataannya memang seperti itu. Dia lemah dan tunduk pada orang dia cintai. Tapi sesuatu yang mengusik hatinya, bisa memunculkan percikan amarah yang bisa saja meledak secara tiba-tiba. Bukan berarti John tak pernah marah atau pun kasar pada Sofia. Justru... Ah, tidak. John bahkan tak bisa kembali mengingat kejadian yang buruk serta memilukan.
John memarkirkan mobilnya dan terburu masuk ke sebuah mansion miliknya. Dia mendudukkan diri di sofa panjang, ketika Griffin sudah menyambutnya dengan berdiri di ruang tamu.
"Kau sudah menemukan alamat baru wanita itu?"
Griffin mengangguk, "sudah, Tuan John. Laura kembali pindah ke sebuah apartment murah yang berada di belakang toko minimarket tempatnya bekerja. Sudah terhitung sebanyak tiga kali wanita itu pindah apartment, Tuan."
"Menurutmu, kenapa dia sering pindah-pindah apartment?" tanya John sembari melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.
"Saya rasa, ini perihal uang dan kebutuhannya yang mungkin banyak."
John sontak menaikkan sebelah alisnya. Dia tau jika menyewa apartment murah sekali pun di kota tersebut tetap saja terbilang sangat mahal.
Jika memang alasan utama Laura sering pindah karena masalah uang, lalu kenapa? Bagaimana bisa? Sebab menurut info sebelumnya yang dia dapatkan, Laura sekarang hanya hidup seorang diri. Apa sebegitu mahalnya hidup di kota tersebut, sampai-sampai Laura harus sering pindah ke apart yang jauh lebih murah?
John jadi penasaran dengan gaji yang Laura dapatkan. Sebab John tau jika Laura bekerja di dua tempat. Di minimarket sekaligus di klub khusus tamu privat sebagai penari tiang.
"Bukankah seseorang yang menjual lekuk tubuhnya untuk dipertontonkan seharusnya mendapatkan upah yang banyak?"
"Maaf, apa maksud Anda, Tuan John?" tanya Griffin saat tidak mengerti dengan pertanyaan sang tuan.
John menatap Griffin malas, sebab pria itu mendadak berubah menjadi bodoh di hadapannya.
"Striptease dancer macam Laura, bukankah seharusnya mendapatkan uang yang banyak?"
"Mungkin memang seharusnya begitu, Tuan. Tapi saya juga kurang tau soal hal tersebut. Atau anda ingin saya menyelidiki ini? Mungkin saja, terjadi kecurangan dalam membagi hasil uang yang di dapatkan."
Tangan John terangkat tanda dia tidak menginginkannya.
"Tidak perlu, biarkan saja." ujar John, lalu tiba-tiba tersenyum sendiri, seolah sedang memikirkan sesuatu.
Griffin memperhatikan hal itu dengan lamat. Dia yakin 100% jika John pasti sedang merencanakan sesuatu yang di luar batas. Yang tentunya tanpa memberitahunya nanti seperti apa yang terjadi hari ini. Griffin benar-benar sama sekali tidak tau jika John nekat mengikuti Laura hari ini.
"Maaf jika saya lancang kali ini, Tuan. Tapi melihat senyuman Anda yang seperti ini, saya berpikir jika anda pasti sedang merencanakan sesuatu kan?"
John menatap tak suka ke arah Griffin yang mulai ikut campur kembali pada urusannya. "Apa masalahnya denganmu? Apa aku merugikanmu jika merencanakan sesuatu yang baru?"
"Saya hanya ingin mengingatkan pada Anda, bahwa wanita itu hanyalah orang biasa yang kebetulan memiliki kemiripan dengan Nona Sofia. Tolong, jangan membuat masalah dengan menganggapnya sebagai Nona Sofia, Tuan. Mereka dua orang yang berbeda."
"Apa aku memberimu izin untuk berkomentar mengenai apa yang akan aku lakukan? Kau pikir kau punya wewenang yang bisa menghentikan aku melakukan apa saja yang aku inginkan? Kau pikir kau siapa?!"
John mulai menaikkan nada bicaranya dengan kedua mata yang menatap tajam dan tidak suka ke arah Griffin saat ini.
"Maaf, saya benar-benar minta maaf atas kelancangan yang sudah saya lakukan, Tuan John. Tapi ini yang terbaik untuk Anda. Saya bukan melarang Anda berteman dengan wanita itu. Saya hanya mengingatkan Anda jika wanita itu bukanlah Nona Sofia. Jadi tolong sedikit tahan keinginan Anda sekaligus apa saja yang anda pikirkan tentang wanita itu, Tuan. Jangan bertindak sampai di luar batas."
"Beraninya kau bicara begitu padaku? Kau ingin mati ditanganku sekarang juga, hah? Aku ingatkan di mana posisimu berada jika kau melupakannya!"
Griffin sangat sadar akan posisinya. Tapi kali ini dalam keadaan sadar juga dia harus memberitahu John agar bisa menahan diri. Itu juga demi kebaikan John sendiri.
"Maaf, Tuan. Saya siap menerima hukuman apa saja, asal bukan hukuman mati. Sebab sejauh ini, hanya sayalah tangan kanan yang begitu anda percayai."
John mendecih dan tertawa sarkas, "hukuman cambuk 30 kali menantimu!"
Setelah mengatakan keputusan finalnya, John dengan cepat naik ke lantai atas menuju kamar utama. Sementara Griffin masih berdiri di tempatnya sejak awal.
Griffin akan menerima apa pun hukumannya. Bagi dirinya sendiri, hukuman seperti ini benar-benar sudah biasa. Tuannya sudah sering disebut sebagai iblis tampan.
Panggilan tersebut sudah tersebar luas di kalangan para pelayan dan bawahan yang lainnya jika John Nicholas Leister adalah iblis tampan yang sangat mematikan.
Tidak pernah memberikan hukuman yang ringan, dan semua hukuman yang pria itu berikan selalu berat. Bahkan pada tangan kanannya sendiri, John tidak memiliki belas kasihan sama sekali.
Sementara itu, John yang baru saja melepaskan pakaian atasnya itu mulai membuka sebuah lemari pakaian. Matanya berbinar kala menyaksikan banyaknya gaun-gaun wanita tergantung rapi di dalam sana. Gaun-gaun milik mendiang Sofia—sang kekasih.
John memang meminta pelayannya untuk tetap membersihkan dan menjaga barang-barang apa pun milik Sofia dengan baik. Entah itu gaun, perhiasan, sepatu, tas, dan berbagai aksesoris lainnya.
John mungkin sering di anggap gila oleh para pelayannya, karena selalu menganggap jika Sofia masih hidup dengan terus mempertahankan semua barang-barang milik wanita itu di rumah ini.
"Sebentar lagi, aku akan membawanya datang kemari."
John benar-benar sangat terobsesi pada Laura yang baginya merupakan jelmaan dari Sofia yang hidup kembali untuk bersamanya. John begitu percaya hal ini setelah merasakan ada keterikatan antara dia dengan Laura.