Setelah kejadian di rumah Fay, Vanya berharap tidak ada pertemuan yang harus menjebaknya satu ruangan dan bertemu tatap dengan Aric. Vanya ingin waktu berjalan lebih cepat agar ia bisa kembali ke Italia lalu menjalani hidup di sana dengan tenang. Pagi itu, Valerie berdiri di depan kamar sang putri. Ia mengetuk pintu beberapa kali, Vanya tidak menyahuti. “Pasti belum bangun,” tebak Valerie, menghela napas dalam lalu menggenggam gagang pintu dan menekannya, membuka dan masih gelap. Tirai tertutup rapat, hanya samar terlihat terang di luar. Lampu kamarnya pun sengaja di matikan, kebiasaan Vanya sejak kecil. Valerie menatap ke atas meja kecil dan sofa. Tampak laptop dengan posisi terbuka, di sisinya ada Ipad berwarna merah muda juga beberapa sketsa dasar bersama beberapa alat tulis. “Entah