Vanya mengedikan bahu, tak peduli. Lalu memilih bungkam sambil menatap ke luar jendela lebih menarik dan menenangkan hati dibanding dengan menatap pria di sampingnya. Sepanjang jalan Vanya tahu, meski diam beberapa kali Aric mencuri tatap padanya. “Om Dillan dan Tante Vale, belum tahu jika kamu punya kekasih.” Aric kembali membahasnya, “kenapa? Apa salah satu alasanmu tetap di Italia, karena kekasihmu itu?” Setelah cukup tidak menoleh, menatap Aric, akhirnya Vanya menoleh. Menatap dirinya. Dia tersenyum meledek, “kamu jadi tertarik dengan kisah cintaku?!” Aric diam, satu alisnya naik. Menunggu kalimat Vanya selanjutnya. “Sebaiknya simpan rasa penasaranmu itu, sebab jelas-jelas aku tidak ingin berbagi kisah asmaraku padamu.” Aric tertawa, “kalian hidup bersama, iya kan? Tante Va