Bab 10. Jarak Di Antara Kita

1084 Kata
Asisten Aldrich yaitu Connor Archer masuk beberapa saat kemudian setelah ia selesai mengajar di salah satu kelas tambahan milik Aldrich. Ketika masuk, ia sudah melihat Aldrich berbalik ke arah jendela dengan kedua tangan berada di pinggangnya. “Doktor? Pak?” panggil Connor sambil meletakkan dokumen di atas meja Aldrich. Aldrich mendengus kesal dan berbalik masih dengan sikap tubuh yang sama. “Nenek sihir itu mencegatku hanya untuk melawanku. Dasar tidak tahu aturan! Dia bahkan berani tidak sopan padaku!” sahut Aldrich dengan nada kesal sambil menunjuk ke arah luar pada Connor yang tak tahu apa pun. Connor bahkan sampai menoleh ke arah pintu di belakangnya. Sedangkan Aldrich terus mendengus kesal seperti ada asap yang keluar dari lubang hidungnya. “Uhm, siapa nenek sihir ...” Connor sedikit bertanya agak hati-hati. “Chloe Harristian! Dia nenek sihir itu!” sahut Aldrich penuh emosi. Connor menarik napas agak sedikit panjang dan tidak mengiyakan apa pun. Aldrich masih kesal dan Connor kemudian mengambil satu buah botol air mineral dan memberikannya pada Aldrich. “Pak, sebaiknya kamu tenang. Ini minum dulu!” tawar Connor pada Aldrich. Aldrich menyambar botol itu dan menuangkannya ke dalam gelas yang telah lebih dulu diletakkan oleh Connor di atas mejanya. Setelah beberapa teguk, setidaknya perasaan kesal Aldrich sedikit lebih tenang. “Aku tidak mengerti, Pak. Kenapa kamu terlalu mengurusi Nona Harristian? Bukankah dia adalah mahasiswi biasa sama seperti yang lainnya?” tanya Connor setelah beberapa menit. Aldrich lantas duduk di kursinya dan meletakkan gelasnya. Ia menarik napas panjang dan memejamkan matanya sejenak. Entah mengapa Aldrich begitu kesal jika hal itu menyangkut tentang Chloe. Apa pun tentangnya adalah sebuah kesalahan. “Akan sangat kentara jika kamu membenci mahasiswa tertentu karena alasan non akademis. Jika pihak rektorat mengetahui hal ini, mereka bisa saja membatalkan proses pengukuhan Profesor-mu, Doktor!” sambung Connor memberikan pendapatnya. Aldrich masih diam dan menatap permukaan meja kerjanya. Sebelah jarinya saling bergosokan satu sama lain tanda ia sedang berpikir. “Untuk apa dia masuk ke kampus ini? Dia kan punya uang bersekolah di tempat lain!” gerutu Aldrich seakan bicara pada dirinya sendiri. Entah ia mendengar atau tidak yang sudah diucapkan oleh Connor. “Doktor?” Aldrich menaikkan pandangannya pada Connor menatapnya dingin. “Aku rasa aku memperlakukan sama semua mahasiswa yang memang tak memiliki kapasitas untuk berada di kelasku!” ujar Aldrich dengan tegas tanpa senyuman sama sekali. Connor hanya diam dan mengangguk pelan. “Maafkan aku, Pak. Aku tidak bermaksud untuk menyinggungmu.” Aldrich tak menjawab dan membuang pandangannya ke arah lain. Ia berdecap dan menarik napasnya. “Biar bagaimana pun aku harus membuat Chloe Harristian pergi dari kampus ini. Jika dia tidak mau mengundurkan diri dengan cara baik-baik, aku akan membuatnya dikeluarkan dari kampus secepatnya! Anak manja itu harusnya berada di barak militer agar dia bisa mengendalikan perilakunya!” tukas Aldrich kesal lalu bangun dari posisi duduknya dan akan mengambil jas. Connor dengan cepat mengambil dan membantunya memakai jasnya. “Kita ke Princeton sekarang!” cetus Aldrich memberikan perintahnya. Ia berjalan melewati Connor yang sedikit membungkuk dan mengikuti Aldrich setelah membukakan pintu untuknya. Aldrich akan berada di kampus Princeton untuk kuliah umum sejarah Roma. Selain itu ia juga memiliki jadwal untuk bertemu dengan salah satu museum yang akan mengontraknya sebagai pengacara. Aldrich Caesar memiliki lisensi sebagai pengacara di bidang restorasi dan pembelian barang-barang seni seperti lukisan, patung sampai bangunan. Seperti biasanya, Aldrich akan menggunakan helikopternya untuk berangkat ke New Jersey. Ia berjalan melewati beberapa mahasiswa untuk berjalan ke arah capung besi yang sudah menunggunya. Pangeran itu bahkan tak peduli saat ia ikut melewati beberapa mahasiswi yang menundukkan lutut mereka padanya. Kecuali pada Chloe Harristian yang tak akan pernah bertekuk lutut padanya. Mata Aldrich sempat melirik pada Chloe yang kebetulan sedang berada di taman kampus sendirian mengerjakan pelajaran kampusnya. Chloe sebenarnya gadis yang tekun dan Aldrich bisa melihat itu tapi ia menepisnya. “Kenapa dia tak melihat aku melewatinya? Apa yang dia kerjakan?” tanya Aldrich dalam hatinya saat masih memperhatikan Chloe dengan sudut matanya. Tak berapa lama, Knight datang dan duduk di sebelah Chloe sambil memberikannya sebuah minuman. Chloe langsung tersenyum lebar pada Knight. Dua orang mahasiswi juga ikut datang dan bergabung dengan Chloe. Tapi yang dilihat Aldrich hanya Knight dengan pandangannya yang berbinar. Sampai saat helikopter itu mulai naik perlahan, mata Aldrich tak lepas sama sekali dari Chloe dan keakrabannya dengan Knight. Aldrich tak sadar mengeraskan rahangnya dan membuang wajahnya. Ia menarik napas cepat beberapa kali sampai Connor bahkan menegurnya. “Doktor, apa kamu baik-baik saja?” tanya Connor terlihat cemas pada Aldrich yang tampak tegang dan stres. Aldrich menoleh pada Connor dan mengangguk beberapa saat kemudian. Tiba di Princeton, Aldrich disambut langsung oleh Rektor kampus tersebut. Ia di undang khusus ke kampus tersebut untuk memberikan kuliah umum tentang kebudayaan Roma. Bahkan walikota Lambertville yaitu sebuah kota kecil di New Jersey ikut datang bersama istrinya untuk mendengarkan kuliah dan seminar yang diberikan oleh Aldrich. Keduanya adalah pencinta seni dan sangat kagum pada calon profesor muda itu. Saat mengetahui jika Doktor Caesar akan mengisi kuliah umum, Walikota langsung bersedia untuk membuka pameran galeri seni rupa serta lukisan koleksi kampus Princeton dan kota Lambertville. Connor mengikuti Aldrich berjalan bersama jajaran Rektorat yang menyambut Aldrich dan membawanya ke sebuah hall pertemuan. Di sana beberapa orang menyambut kedatangannya termasuk Walikota dan istrinya yang cantik. “Selamat datang, Doktor Caesar! Suatu kehormatan bagiku bisa mendengarkan kuliah umum darimu hari ini. Aku ingin mengundangmu untuk datang makan malam di Princeton bersama istriku dan pihak museum kampus, jika Anda bersedia,” ujar Walikota pada Aldrich. Aldrich tersenyum dan mengangguk dengan sopan. “Tentu saja, Pak Walikota. Aku sangat terhormat bisa bergabung.” Aldrich lalu mengalihkan pandangannya pada istri Walikota yang tersenyum manis padanya menjulurkan tangannya. Aldrich menyambut uluran tangan itu dengan gaya aristokrat yang sopan dan elegan. Istri Walikota sampai terkesima melihatnya. “Anda memang orang yang luar biasa, Doktor Caesar,” puji istri Walikota sampai tersipu. “Anda juga wanita yang sangat cantik, Nyonya. Terima kasih.” Aldrich tersenyum ramah dan sopan. Ia pun kemudian dipersilahkan oleh salah satu dekan untuk naik ke atas podium untuk memberikan kuliah umumnya. Para mahasiswa sudah siap di tribun mereka untuk mendengarkan ceramah dari Aldrich Caesar, calon guru besar bidang sejarah dan kebudayaan Romawi. Aldrich naik ke podiumnya dan bersiap untuk memberikan kuliahnya. Connor mempersiapkan bahan untuk Aldrich dan di saat yang bersamaan ia mengenakan kacamatanya. “Selamat siang, terima kasih untuk kehadiran Anda semua pada kuliah umum kali ini. Namaku Aldrich Caesar dan aku akan memberikan kuliah tentang kuil yang hilang pada akhir kekuasaan Bizantium ...”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN