Bab 9. Nenek Sihir

1103 Kata
“Ternyata kamu tak sepintar yang aku duga, Nona Harristian!” sahut Aldrich dengan nada angkuh yang membuat Chloe kelabakan. Sekarang gadis bernama Nadya Adams itu memandang Chloe dengan angkuhnya dan terkikih dengan temannya mengejek Chloe. Tak hanya mereka tapi juga semua mahasiswa di kelas itu mulai tersenyum mengejek Chloe kecuali Knight. “A-Aku ...” Chloe masih mencoba menyelamatkan harga dirinya. “Jika kamu bahkan tak tahu dasar dari sejarah Roma, lantas kenapa kamu bisa lulus untuk masuk ke kelasku, Nona Harristian?” Aldrich makin menyudutkan Chloe. Kini terdengar kikik yang tertahan dari salah satu sudut kelas. Chloe sempat menoleh tapi kemudian wajahnya yang sedikit murung lantas melihat pada Aldrich lagi. “Aku lulus dengan ujian,” jawab Chloe dengan sisa-sisa kelantangan yang masih ada. Aldrich mengatupkan bibirnya dan mengangguk pelan. “Oh begitu ya!” Aldrich menunduk untuk sekilas melihat absensi yang tengah ia pegang lalu menatap Chloe lagi. “Kalau begitu jawab pertanyaanku yang terakhir ...” “Pada tanggal 8 April 1820, Yorgos Kentrotas menemukan bagian patung perempuan di dalam ceruk yang terkubur di reruntuhan kota kuno Milos di Aegean. Patung tersebut dijuluki Venus de Milo. Apa profesi Venus de Milo yang sebenarnya?” tanya Aldrich pada Chloe. Chloe membesarkan matanya. Pertanyaan tentang profesi Venus de Milo yang coba digambarkan dalam bentuk patung itu cukup kontroversial. Chloe tahu persis jika sekarang Aldrich tengah menjebaknya dengan pertanyaan yang belum ditemukan jawabannya. Jika ia bersikeras pada salah satu pilihan maka Aldrich akan menang. “Ada dua pendapat, satu mengatakan jika dia adalah penggambaran dewi Aphrodite atau Dewi Cinta karena tubuhnya yang setengah telanjang, juga lekuk yang feminin dan sensual atau satu lagi pendapat yang mengatakan bahwa ia adalah penggambaran populer seorang pekerja seks komersial (PSK) di era Yunani Kuno karena posisinya yang tengah memintal benang,” jawab Chloe memilih tak memilih keduanya. Aldrich mendengus tersenyum dan berdecap kecil seperti meremehkan. Ia mengangguk kecil dan menaikkan kedua alisnya bersamaan. “Lalu apa pendapatmu? Yang mana yang kamu pilih?” tanya Aldrich lagi makin mendesak. Chloe mulai gugup tapi ia juga mulai kesal. Aldrich memang hendak menjatuhkannya di depan forum seperti ini. “Uhm, menurutku tidak ada yang benar!” sahut Chloe membuat Aldrich menaikkan kedua alis dan menaikkan ujung bibirnya dengan angkuh. “Oh ya? Kalau begitu kamu pasti punya teori sendiri, bukan? Aku ingin mendengarnya!” DEG – Chloe tercengang dengan tantangan seperti itu. Tentu saja Chloe tak berpikir sejauh itu. Dari mana ia bisa membuat teori dadakan dalam dua menit? Apa hipotesanya? “Mati aku! Dasar berang-berang!” umpat Chloe dalam hatinya. “Uhm ...” “Kamu terlalu lama berpikir dan menjawab!” Aldrich berbalik lalu menaikkan volume suaranya dan separuh melempar absensi di tangannya ke atas meja sehingga menimbulkan bunyi yang lumayan keras. “Jika kamu ingin menjadi seorang arkeolog sebaiknya kamu menyerah saja, Nona Harristian. Kamu bahkan tidak bisa mengambil keputusan dengan cepat!” sambung Aldrich dengan sikap yang marah. Chloe menatap Aldrich dengan tajam dan kesal. Kenapa sekarang ia malah menghina Chloe dengan membawa-bawa bakat? Ini tidak adil! Dan Chloe bukan gadis yang bisa diinjak oleh seseorang terlebih itu adalah Aldrich. “Aku tidak akan menyerah untuk menjadi apa pun yang aku inginkan!” sanggah Chloe pada Aldrich yang mengangguk tersenyum dengan angkuh. “Kamu bahkan tak bisa membuat teorimu sendiri tentang Venus de Milo ...” “Itu karena bisa saja salah ...” sahut Chloe lebih keras. “Jadi kamu takut salah? Atau takut aku marah?” Chloe terdiam pada pertanyaan cepat yang diberikan oleh Aldrich padanya. Aldrich tak ingin ia terlihat terlalu kentara hanya memusatkan kekesalannya pada Chloe maka ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas. “Jika ada yang ragu dan takut, aku sarankan kalian keluar dari kelasku! Kalian bisa mencari dosen lainnya,” sahut Aldrich makin menabuh genderang perang. Sekarang semua orang akan memusuhi Chloe gara-gara ini. Chloe sempat melihat pada teman-temannya yang kemudian membuang muka darinya untuk menyimak kuliah dari Aldrich lagi. “Sudah tak apa-apa,” bisik Knight sambil tersenyum. “Sebaiknya kita lanjutnya pembahasan kita, karena kita sudah buang waktu banyak untuk hal yang tak penting!” tukas Aldrich dengan nada ketus dan kesal melirik pada Chloe. Chloe hanya bisa menahan geraman dengan mengepalkan sebelah tangannya. Ia pun hanya bisa diam sebentar menunggu waktu yang tepat untuk kembali menyerang. Saat Aldrich melanjutkan pelajarannya, Chloe jadi makin kesal. Ia tak lagi bisa berkonsentrasi pada segala kuliah yang diberikan oleh Aldrich di depan kelas. Usai kuliah dan mahasiswa mulai keluar, Aldrich masih berada di tempatnya membereskan beberapa hal sebelum ia berangkat ke Princeton untuk memberikan kuliah umum. Chloe dengan berang langsung menghampiri Aldrich dan bersiap untuk protes atas apa yang dilakukannya. Saat Chloe baru mengumpulkan tenaga untuk membludakkan emosinya, Aldrich malah melengos pergi tak peduli. Padahal ia sudah melihat Chloe hendak bicara dengannya. “Eh, tunggu ...” pekik Chloe mengejar Aldrich. Aldrich tetap berjalan keluar kelas tak memedulikan Chloe sama sekali. “Apa maksudmu menjebak aku dengan pertanyaan seperti itu?” tukas Chloe langsung mencerocos sambil berjalan di samping Aldrich yang melangkah tak peduli. “Pertanyaan apa?” balas Aldrich dengan nada dingin. “Kenapa kamu terus memojokkan aku?” sahut Chloe masih belum puas. Aldrich mendengus dan berhenti berjalan lalu berbalik pada Chloe yang menatapnya dengan wajah tegang. “Kamu tak punya sopan santun mencekalku hanya untuk bertanya hal seperti itu?” “Jangan sombong, Aldrich!” “Panggil aku, Doktor Aldrich atau Pak! Jangan sembarangan bicara, ini bukan di rumahmu atau Golden Dragon!” balas Aldrich dengan cepat sambil menggeram. Ia memandang Chloe dengan tajam dan napas yang tenang. Tapi Chloe mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan menggeram. “Kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti ini!” “Tentu saja bisa! Aku adalah dosenmu dan lulus atau tidaknya kamu pada jurusan ini ada di tanganku. Jadi jika kamu macam-macam, aku akan dengan senang hati mengeluarkanmu dari sini!” geram Aldrich mengancam Chloe. Chloe makin tak mau menyerah. Ia tak akan mau kalah sedikit pun dengan Aldrich. “Aku akan menyelesaikan kuliahku dan lulus dari sini!” “Kita lihat apa kamu bisa melewatiku dengan baik, Chloe Harristian. Karena ini bahkan hanya baru permulaannya saja. Aku tak akan pernah melepaskanmu!” Aldrich berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Chloe yang hanya bisa diam terpaku. Ia begitu kesal melihat perilaku Aldrich yang semena-mena padanya. Chloe pun berbalik pergi dengan kekesalan. Sementara dari balik dinding, mahasiswi bernama Nadya Adams sempat melihat Aldrich dan Chloe berdebat. Nadya memicingkan matanya menatap Chloe yang bisa membuat Doktor Caesar berhenti berjalan dan meladeninya. Sedangkan Aldrich dengan kesal melempar buku dan catatannya di atas meja sambil mendengus kesal sambil berkacak pinggang. “Dasar nenek sihir!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN