BAB 19 - Kali Pertama

1181 Kata
Gadis yang baru saja lepas anniversary ke 21 itu ternyata belum pernah merasakan sedikitpun sentuhan laki-laki dalam hidupnya. Dari remaja sampai telah menjadi dewasa, selama itulah ia terkekang. Semua mata memandangnya sebagai manusia merdeka yang bergelimang kebahagiaan sebagai publik figur yang tengah naik daun. Berbagai sinetron Ia bintangi, belum lagi iklan beberapa produk yang dibintangi. Segala yang dicapai itu semakin melambungkan namanya di jagat hiburan tanah air. Namun dibalik kemilaunya, Dara hanyalah seorang gadis pingitan yang kesepian. Sejak Ia beranjak kanak-kanak, kehidupan yang Ia kenal ternyata dirasakannya semu. Ia adalah bintang, populer, dan tentu saja mendapatkan semua kelimpahan harta benda yang bisa diraih bersama kesuksesannya itu. Namun, bak dua sisi mata uang, semua ketenaran ternyata menampilkan gambaran berbeda yang ia rasakan dalam kehidupan pribadinya. Dara Jelita adalah sesosok individu tak terjamah kasih murni.   Hal itulah yang membuat dirinya merasa kesepian selama ini. Sebagai remaja normal, Ia juga membutuhkan kehidupan yang nyata, bukan seperti dunianya kini yang penuh kepalsuan. Sebagai bunga yang sedang mekar, tentu saja Ia membutuhkan kumbang-kumbang jantan yang mengitari untuk memuja serta memuji keindahannya. Dan bukan itu saja. Dara adalah seorang gadis yang telah melewati pubertas dengan banyak menahan diri akibat tekanan dari Pingkan, sang Mama. Bagai gadis dalam sangkar emas, tak ada satupun lelaki yang diijinkan walau hanya untuk mendekat, apalagi menyentuhnya.   Yang terjadi kini, sebuah kesempatan emas telah berpihak pada Dara agar Ia dapat melepaskan semua yang tersumbat dan terkekang sekian lamanya. Ini adalah tentang mimpi-mimpi jiwa yang terpendam bahkan sebelum Ia mampu merasakannya. Gairah yang menggebu, hasrat hati yang meletup tak terkendali akhirnya tertumpah ruah ketika Ia mencicipi betapa indah serta nikmat sentuhan seorang lelaki yang melumerkan seluruh jiwa dan raga. Ia meleleh, lemah lunglai dan bertekuk lutut dihadapan amuk birahi yang melanda jiwa. Dahaganya akan sentuhan lembut penuh cinta, kini seolah terobati dalam sambutan gairah Sang master foto yang demikian mahir menunjukkan sisi lain keahliannya. Dara yang masih lugu dan baru mencoba untuk mereguk madu asmara, ternyata telah menjadi mabuk kepayang dipenuhi nikmat madunya cumbu rayu lelaki matang dengan banyak pengalaman itu.   Dengan penuh kelembutan, Dion merebahkan gadis yang sudah tak tertutupi selembar benangpun ke atas peraduan. Kemudian dengan penuh mesra, sang lelaki menindih kehangatan murni altar suci gadis yang tengah diamuk api asmara. Kembali sebuah pagutan manis mendarat di bibir merah merekah Dara, yang kemudian disambut dengan desah penuh gelora sang gadis saat merasakan jiwanya kembali terbang ke angkasa. Kali ini semua menjadi begitu intens dan nyaman. Kehangatan tubuh yang menyatu seolah telah menghilangkan setitik ragu yang sempat membayang dalam benak Dara. “Do it, Dear ... Do it for me...’” bisik lirih itu menerpa hangat telinga Dion ketika sang gadis menempelkan bibir pada telinganya.   Dion menghentikan semua gerakan, menarik wajahnya hingga dapat memandang wajah dengan mata yang kini hanya setengah terpejam. “Are you sure?” “Yes, just do it. Be mine tonight.” Dara membuka matanya yang bersinar sayu dengan lebih lebar lagi, lalu sebuah senyum manis penuh cinta merekah seiring anggukan kepalanya. Gadis itu telah demikian pasrah dan rela untuk menyerahkan semuanya tanpa syarat pada Dion. Ia tahu, apa yang dilakukannya adalah untuk dirinya pribadi. Ia mengerti semua konsekuensinya, dan telah membulatkan semua tekat untuk menanggungnya sendiri. Rasa kagumnya pada laki-laki jantan yang tengah memeluknya telah mendorongnya mengambil keputusan tersebut. Meski mengerti jika tak ada masa depan baginya bersama sang lelaki pujaan ini, namun Ia akan merasa bahagia saat mengenangnya di kemudian hari.   Naluri seorang wanita sejati membisikkan pada Dara untuk secara alami membuka kedua pahanya semakin lebar. Dion mengerti isyarat tersebut. Setelah mendapatkan perkenan dalam senyum keikhlasan yang begitu tulus, laki-laki itu menempatkan dirinya diantara kedua kaki Dara yang telah terbuka lebar. Lembut, hangat dan penuh sejuta rasa sayang, Dion menempatkan posisi agar miliknya berada tepat di depan kewanitaan Dara. Perlahan, ditelusupkannya benda itu dengan lebih lembut lagi. Ia mengerti jika ini adalah yang pertama bagi sang gadis. Karena itu, ia akan melakukan segala sesuatunya dengan gentle.   Percobaan pertama gagal, karena Dara menggelinjang serta meronta hebat tanpa mampu menahan rasa geli saat sebuah benda asing mencoba memasuki dirinya. Namun Dion adalah seorang yang ahli dan matang dalam pengalamannya. Percobaan kedua dilakukannya, kali ini dengan disertai kecupan-kecupan panas yang mendarat pada leher dan telinga sang gadis yang membuat gelinjang tubuhnya menghebat akibat rangsangan yang ditimbulkan dari itu. Dara merintih dan mendesah ketika secara intens, kecupan-kecupan Dion terus menyerangnya pada bagian atas. Rintihannya terdengar begitu syahdu akibat tak mampu lagi membendung apa yang kini dilakukan laki-laki itu padanya. Lalu, sebuah sentakan halus membuat sang gadis menjerit kecil. Spontan, mata indah Dara terbelalak saat tanpa disadari sebuah kehangatan telah menerobos ke dalam bagian miliknya yang paling berharga. Rubrikasi berjalan sempurna, tiada hambatan yang berati karena apa yang mereka lakukan sebelumnya telah menjadikan kewanitaan Dara menjadi siap untuk menerima kejantanan Dion.   Bola mata indah itu masih membulat menatap sang pujaan hati yang juga tengah memandanginya dengan sejuta perasaan terpendam. Sesaat kemudian, bibir dara membentuk sebuah senyuman manis. Lalu, disusul dengan uluran tangan sang gadis yang langsung mengalungkannya pada leher Dion. Tangan itu menarik lembut, mengajak wajah jantan di depannya untuk menyatu dalam sebuah ciuman panjang penuh makna. “I’m yours,” Dara berbisik lirih. Tanpa komando, dengan kelembutan syahdu mereka bergerak bersamaan untuk saling mengisi dalam melakukan pencarian yang selama ini hanya ada dalam angan. Perlahan, semakin lembut dan intens, Dion menggerakkan bagian bawah tubuhnya untuk menari dan memberikan sejuta nikmat bagi gadis yang tengah mendamba itu. Dara terengah dalam napas tersengal yang semakin lama semakin berat ia raih. Kepalanya menggeleng ke kanan dan kiri saat rasa asing namun nikmat itu terus saja merejam seluruh pori dalam tubuhnya. Matanya terpejam rapat dengan bibir setengah terbuka yang mengeluarkan desis, desah serta rintihan. Dion semakin melembut sehingga membuat Dara menggelinjang dan menjerit kecil. Kemudian, kelembutan itu bergerak lebih cepat lagi untuk menghujam dan menggesek dinding-dinding basah yang semakin peka terhadap sentuhan. “Hhhhh ... Mas Dion. Iya, ya ... aku suka. Terus ... miliki aku, Mas...” suara gadis itu semakin meracau tak karuan. Lalu, tiba-tiba saja Dara terdiam. Wajahnya terlihat semakin memerah, hidungnya berkembang kempis dengan seluruh badan yang kini juga diam mematung tak bergerak. Dion mengerti jika saatnya telah tiba....  Dengan gerakan lebih perlahan lagi, Ia menggesekkan bagian tubuhnya secara lebih lembut. Dan.... “Ohhhh ... Masss ... Iyahhh ... Dara nggak tahan lagi ... Masss.....,” gadis itu meronta dengan kuat, pinggulnya kini bergerak tak terkendali untuk mengejar sesuatu yang dirasakan kosong. Sang lelaki yang matang dalam setiap medan pertempuran, dengan mantap dan masih tetap lembut, kini menggerakkan tubuhnya lebih cepat dan memadukan ritme seperti yang diinginkan gadis di bawahnya. Mereka bergerak bersamaan, berpelukan erat dan saling memagut saat ledakan dahsyat melemparkan keduanya ke angkasa jauh tinggi.   Lalu semuanya sunyi. Hanya pelukan dan kecupan kecil yang terdengar. Sesekali isak ringan keluar dari tenggorokan Dara, bukan sebuah tangis namun lebih berarti pada sisa-sisa kenikmatan yang pertama ini Ia nikmati dalam hidupnya di dunia.   “Thanks, Mas. Terima kasih untuk menjadi yang pertama bagiku,” sebuah kecup manis mendarat di bibir Dion yang masih memeluk Dara dengan erat. “Terima kasih juga, Dara. Sebuah kehormatan dan anugerah untuk menjadi yang pertama bagimu.” “Dara sayang Mas Dion.” “Mas Dion juga sayang Dara.” Senyum manis keduanya terkembang. Tiada penyesalan, tanpa kesedihan. Mereka bahagia bisa saling memiliki walau hanya sesaat ini saja. Namun, keindahannya akan tetap menjadi kenangan sepanjang sisa hidup mereka di dunia. Keduanya terlelap dalam pelukan manis yang seakan tak pernah ingin mereka akhiri. ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN