Dion memundurkan sedikit tubuhnya, lalu melepas kaos yang Ia pakai. Kemudian Ia kembali mendekat dan membelai bergerak untuk kedua kaki jenjang milik sang gadis. Bersamaan dengan itu, wajahnya terus maju dan langsung menempel pada lutut Dara yang kini seakan menunggunya.
Dara menggerinjal, merasakan sambaran geli pada kedua kaki. Ia berusaha merapatkan keduanya, namun terlambat. Kepala Dion telah menelusup masuk diantara kedua paha dan terus mengecup menyusur inchi demi inchi permukaan lembut dan putih itu.
“Masss ... Hhhhh ... mass Dion..,” rontaan dan jerit lirihnya kini tak dipedulikan lagi oleh sang lelaki.
Dion terus melakukannya. Kecupannya semakin turun dan sampai pada sebuah lembah hangat yang begitu lembut dan terasa basah. Tanpa ragu, dikecapnya kebasahan dari bagian paling sensitif itu dan seketika ia mendengar sebuah jerit kecil dari sang pemilik.
Lalu, kecipak suara air dan dengus nafas yang bersumber dari kegiatan Dion, berpadu dengan desah serta rintih Dara yang baru kali ini merasakan sebuah sensasi yang begitu dahsyat.
Dara merintih bahkan menjerit menyebut nama Dion berulang kali. Namun Dion tak mau mundur lagi. Tetap dengan ritme lembut dan menggoda, Ia mencumbui kebasahan itu dengan mesra dan perlahan.
Sampai pada sebuah titik, Ia menemukan sesuatu yang dicari, lantas mengecup sambil menggelitik dengan lidahnya.
“Massss ... Dara nggak tahan. Mass ... please...,”
gadis itu merintih dengan racauan tak jelas. Ia menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri, sambil dengan menahan geli menjambak rambut Dion dalam gemas.
Dion tak perduli, Ia tahu jika saatnya akan tiba tak lama lagi. Dengan semakin perlahan, Ia terus menggelitik pada sebuah titik yang semakin lama menjadi keras.
Lalu, rintihan Dara berhenti. Hanya terdengar desahan dalam tarikan dan hembusan nafas yang semakin lama semakin berat dan memburu...
Kemudian....
“Mass ... ahhhh...,” kali ini sebuah jeritan panjang terdengar dengan keras.
Wajah Dara menengadah dengan mata yang separuh terpejam dan hanya terlihat putihnya saja. Tangan gadis itu meremas kuat rambut Dion sambil merapatkan kedua lutut sehingga kepala laki-laki terjepit serta menempel kuat pada bagian intimnya tanpa dapat ditarik kembali...
Gadis itu telah merasakan sebuah sensasi yang selama ini belum pernah ia jumpai. Ini adalah pertama kali seumur hidupnya di dunia. Tubuhnya seperti menggigil dan membutuhkan sebuah lengan kuat untuk mendekap agar ia tak jatuh. Setiap bagian dari dirinya menggelenyar bersamaan dengan seluruh bulu halus sekujur badan yang seakan semuanya berdiri tegak.
Badannya serasa luluh lantak dengan segenap tulang yang bagai dilolosi. Ia melepaskan jepitan kakinya, lalu menarik tubuh Dion ke atas dan memeluknya dengan erat sambil menjatuhkan mereka berdu ke atas sofa lembut.
“Thanks, Mas ... its amazing. This is my first time...”
“Are you?”
“Yes, I am,” wajah tersipu Dara langsung disurukkan semakin dalam ke d**a Dion.
Dengan penuh sayang, Dion membelai rambut Dara yang berada dalam pelukannya. Lalu, sebuah kecup di kening Ia berikan saat sang gadis kembali menengadah menatapnya.
“Are you oke?”
“I’m fine. That’s what I want”
“So?”
“I want more than before.”
“Don't...”
“Please, Mas. Sekali ini saja.”
“Why?”
“Aku tahu sifat Mama. Ia terlalu ambisius, dan aku adalah korbannya. Aku ingin yang pertama untukku adalah merupakan pilihan hatiku sendiri.”
“Why me?”
“Why not? Apakah Mas Dion tega melihat aku harus menyerahkan segalanya pada seorang lelaki yang tak aku sayangi?”
“Tapi ...”
“Itulah yang akan terjadi jika kita tak melakukannya malam ini. Besok Mama pulang, dan aku tahu kalau Ia sudah membuat janji dengan seseorang yang telah membantunya melambungkan namaku.”
“Maksudmu?”
“Aku bukan seorang yang bodoh, Mas. Sangat paham jika Mama telah membuat sebuah perjanjian dengan orang tersebut.”
“Perjanjian?”
“Tak ada makan siang gratis, kan? So, kalau orang itu sudah memiliki harta berlimpah.. apalagi jika bukan tubuhku yang dia inginkan?”
“Apakah tuduhanmu itu benar? Mungkin itu hanya dugaanmu saja yang terlalu parnoid.”
“Bukan. semua bukan karena aku curiga berlebihan. Dengan gamblang, Mama menyinggung tentang balas budi padaku. Ia juga selalu menonjol-nonjolkan lelaki itu di hadapanku.”
“Hanya karena itu?”
“Pokoknya, aku yang lebih tahu, Mas.. Mamaku seakan menyodorkan diriku kehadapannya. Itu aja. Dan jika harus terpaksa demikian, aku mau dia bukan menjadi orang pertama bagiku.”
Dion terdiam.. Ia benar-benar bingung menghadapi gadis satu ini yang telah terlanjur merebut simpatinya.
Dara pernah bercerita jika dunia hiburan ini bukanlah sesuatu yang Ia inginkan. Kehendak sang Mamalah yang menyeretnya masuk semakin jauh dalam dunia yang Ia katakan penuh kepalsuan itu. Namun, Ia benar-benar tak menyangka jika ternyata semuanya demikian rumit. Dara telah bertekat untuk menyerahkan dirinya pada Dion, satu-satunya orang yang berhasil merebut simpati gadis itu dalam dunia mereka.
Bagi Dara, semua yang ditemuinya selama ini hanya manusia-manusia dengan seribu topeng kepentingan. Sementara, Dion yang belum lama Ia kenal, telah benar-benar membuatnya jatuh sayang dan percaya.
Dan malam ini, seluruh tekad telah bulat dalam dirinya. Ia akan menyerahkan seluruh jiwa dan raga pada seseorang yang bisa dikenangnya nanti dalam senyum. Ia tak mau melakukan yang pertama dengan orang yang sama sekali tak disayang bahkan malah tak kenal baik.
“Mas ... don't worry about anything...”
“I’m worry about you..”
“Just don't. I’m fine, and I know about what I’m going to do.”
“I really don't have any idea ...”
“Just do it. Be mine, I’m yours tonight. Do it for me ...”
Dara memeluk semakin erat, lalu kedua tangannya dikalungkan pada leher Don dan terus mencari-cari bibir lelaki itu untuk menciumnya.
Kali ini ciuman itu begitu syahdu. Kedua pasang mata mereka terpejam rapat dengan tangan masing-masing yang meraba dan menelusur wajah pasangannya.
Dara telah pasrah dan merelakan miliknya yang paling berharga untuk diserahkan pada Dion.
Sang lelaki yang semenjak tadi telah mabuk kepayang, kini semakin terseret pada arus hasratnya yang menggebu. Walau setitik rasa sayangnya telah sempat menyadarkannya tadi, namun pernyataan dan permintaan gadis itu bukanlah sesuatu yang bisa ditolak begitu saja.
Sebuah permintaan yang tulus dan kepasrahan total baginya. Dion paham, Semua itu dilakukan Dara hanya demi membalas perbuatan sang Mama yang selama ini telah menyiksa batinnya dan merebut semua kebahagiaan yang menjadi hak remaja dirinya.
Dara telah bertekat bulat untuk tak akan pernah membiarkan sang Mama menang mutlak dan menguasai seluruh hidupnya dengan ambisi pribadi. Bagi yang satu ini, Ia akan memberikan sebagai apresiasi yang tinggi bagi sang Maestro yang selama ini telah menjadi seorang teman yang dengan tulus selalu perduli padanya.
Tak ada keraguan dan juga rasa takut dalam hati Dara,
“Please, My lover. I want you so hard tonight.”
Bagaikan sebuah mantera sakti, kata-kata Dara spontan menggerakkan Dion untuk merengkuh tubuh sang Gadis. Kemudian, satu tarikan lembut telah membuat gadis tersebut berada dalam pondongan laki-laki itu.
Dalam buai mesra Dion, Dara dibawanya melangkah menuju kamar yang tadi mereka pergunakan untuk sesi pemotretan penuh debar. Tiada lagi kata yang perlu terucap, karena semua sudah terlambat dan tiada gunanya lagi. Malam menjadi begitu romantis karena penyerahan yang tulus dari sang gadis. Dan lelaki manakah yang akan kuat menahan godaan seperti itu?
Seorang gadis cantik yang sedang mekar bagai bunga yang baru berkembang dari putiknya, kini jatuh dalam pelukan sang kumbang jantan pengisap madu.
Semua bukanlah salah sang kumbang j*****m jika ternyata kuntum bunga yang begitu mendamba telah bersedia berserah diri dalam pelukan laki-laki yang siap untuk mengisap madunya.
...